10
c. Tuba Fallopii
Tuba  fallopii  juga  disebut  dengan  tuba  uterina  atau  oviduct adalah  saluran  bersilia  yang  terdapat  pada  bagian  lateral  uterus,  dan
menghubungkan  antara  uterus  dengan  ovarium.  Organ  ini  berfungsi sebagai penangkap ovum yang diovulasikan oleh ovarium dan menjadi
tempat  terjadinya  pertemuan  antara  ovum  dan  sperma  yang  disebut dengan fertilisasi.
8-10
Gambar 2.5. Anatomi dan histologi tuba fallopii
.
Sumber: Cunningham F G, Leveno K J, Bloom S L, Hauth J C, Rouse D J, Spong C Y. 2010. telah diolah kembali
9
Secara  histologis,  tuba  fallopi  terdiri  lapisan  mukosa, muskularis,  dan  serosa.  Sel  pada  organ  ini  terdiri  dari  sel  yang
kolumnar  bersilia  yang  berfungsi  dalam  proses  fertilisasi  dan  transfer zigot  ke  uterus  setelahnya,  dan  sel  yang  tidak  memiliki  silia  namun
11
memiliki  mikrovili  dan  mensekresikan  cairan  sebagai  nutrisi  untuk kelangsungan  ovum  setelah  ovulasi.  Tuba  fallopi  juga  dibagi  menjadi
infundibulum  yang  merupakan  bagian  terdekat  dengan  ovarium  dan pada  bagian  ujungnya  terdapat    fimbrae  yang  berfungsi  menangkap
ovum  yang  telah  diovulasikan,  selanjutnya  terdapat  ampula  yang merupakan  bagian  terluas  dari  tuba  fallopii,  pada  bagian  inilah
terjadinya  fertilisasi  pada  umumnya,  kemudian  dilanjutkan  dengan isthmus yang merupakan bagian tersempit dari tuba fallopi, dan terkahir
intramural yang merupakan bagian terdekat dengan uterus.
8
d. Ovarium
Ovarium  adalah  organ  yang  analog  dengan  testis  pada  pria. Organ  ini  berfungsi  sebagai  tempat  dihasilkannya  hormon-hormon
reproduksi  wanita  seperti  estrogen  dan  progesteron,  selain  itu  juga berfungsi  sebagai  penghasil oosit  sekunder  yang akan matang menjadi
ovum setelah terjadi fertilisasi.
Gambar 2.6. Struktur ovarium dan perkembangan folikel
Sumber: Tortora G J, Derrickson B. Principle of Anatomy and Physiology. 2009. telah diolah kembali
8
Organ  ini  terdiri  atas  dua  bagian  yaitu  korteks  dan  medula. Korteks  berisi  folikel-folikel  yang  berkembang  dan  menghasilkan
12
hormon  seks,  sedangkan  bagian  medula  terdiri  dari  jaringan  ikat longgar.
Gambar 2.7. Perkembangan folikel dan oogenesis.
Sumber: Tortora G J, Derrickson B. Principle of Anatomy and Physiology. 2009. telah diolah kembali
8
2.1.2.     Prematuritas 2.1.2.1. Definisi
Prematur  atau  kelahiran  preterm  menurut  WHO  didefinisikan sebagai  sebagai  kelahiran  hidup  dengan  usia  gestasi  kurang  dari  37
minggu, atau kurang dari 259 hari terhitung dari hari pertama haid terakhir HPHT.  Sedangkan  menurut  The  American  Congress  of  Obstetricians
and  Ginecologists  ACOG  dan  Center  for  Disease  Control  and Prevention  CDC    persalianan  preterm  didefinisikan  sebagai  kelahiran
pada usia gestasi antara 20 minggu sampai kurang dari 37 minggu.
1,3,11,12
13
Definisi  preterm  ini  dibagi  kembali  menjadi  beberapa  subdivisi, yaitu sebagai berikut:
a.  Extremely  pretem,  yaitu  kelahiran  pada  usia  gestasi  dibawah  28 minggu
b.  Very  preterm,  yaitu  kelahiran  pada  usia  gestasi  antara  28  minggu samapai dengan kurang dari 32 minggu
c.  Moderate  preterm,  yaitu  kelahiran  pada  usia  antara  32  minggu sampai kurang dari 37 minggu.
3,13
Gambar 2.8. Definisi preterm dan hubungannya dengan hasil akhir kehamilan.
Sumber: Howson, Kinney MV, Lawn JE
,
2012. telah diolah kembali
3
Definisi  dan  sub  divisi  ini  didasarkan  pada  tingginya  angka mortalitas  dan  morbiditas  yang  akan  diterima  oleh  noenatus  yang
dilahirkan  dalam  usia  tersebut.  Risiko  yang  akan  dialami  oleh  neonatus dengan kelahiran preterm antara lain gangguan penglihatan, serebral palsy,
gangguan  pendengaran,  dan  beberapa  gangguan  kesehatan  lainnya  yang bersifat jangka panjang.
11,12
Walaupun  preterm  didefinisikan  hanya  untuk  neonatus  yang  lahir pada usia gestasi sebelum 37 minggu sejak HPHT, namun neonatus  yang
14
dilahirkan  pada  usia  37  sampai  dengan  38  minggu  pun  masih  memiliki keadaan yang suboptimal.
11,13
2.1.2.2. Epidemiologi
Angka  kejadian  kelahiran  preterm  masih  menjadi  salah  satu masalah  yang  memiliki  angka  prevalensi  tinggi.  Selain  itu,  angka
morbiditas  dan  mortalitas  neonatus  yang  mengalami  kelahiran  preterm juga  masih  tinggi.  Hal  ini  dibuktikan  dengan  lahirnya  kurang  lebih  15
juta neonatus per tahunnya, dan lebih dari 1 dari 10 neonatus  yang lahir di  dunia  adalah  preterm.  Dan  yang  lebih  memprihatinkan  adalah  setiap
tahunnya  kurang  lebih  1  juta  bayi  meninggal  akibat  dari  komplikasi kelahiran preterm tersebut.
3,11,13
Gambar 2.9. Estimasi angka kelahiran preterm 2010.
Sumber: Howson, Kinney MV, Lawn JE
,
2012. telah diolah kembali
3
Indonesia  sendiri  menduduki  peringkat  kelima  dunia  dalam  hal angka kejadian preterm setelah India, China, Nigeria, dan Pakistan. Yaitu
angka  kejadian  preterm  pada  tahun  2010  sebanyak  675.700  kejadian. Prevalensi  kejadian  kelahiran  preterm  di  Indonesia  dilaporkan  sebanyak
4,1.  Dan  kejadian  preterm  ini  merupakan  salah  satu  penyebab  utama terjadinya kematian perinatal dengan prevalensi sebesar 28, prematuritas
sendiri memiliki angka mortalitas dan morbiditas sebesar 60-80.
3,13-15
15
2.1.2.3. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Kelahiran preterm merupakan kejadian  yang sering ditemukan di masyarakat  umum,  tidak  memandang  sosioekonomi  dari  seseorang,
namun  faktor  risiko  pasti  dari  proses  ini  masih  sulit  ditemukan  karena kejadian  preterm  ini  memiliki  beberapa  faktor  yang  berkaitan  alias
multifaktorial.  Faktor-faktor  tersebut  meliputi  faktor  yang  berhubungan dengan keadaan medis, keadaan kehamilan, dan sosiodemografi dari sang
ibu.
1,16
Beberapa  faktor  risiko  yang  diduga  memiliki  peran  signifikan dalam proses kelahiran preterm, diantaranya adalah sebagai berikut:
17
a.  Abortus Iminens
Abortus iminens atau yang disebut dengan threatened abortion yaitu  keluarnya  darah  pervaginam  dari  wanita  hamil  pada  usia
kehamilan  kurang  dari  20  minggu  atau  taksiran  berat  badan  janin kurang dari 500 gram, dengan ditemukan ostium tertutup dan keadaan
janin dalam keadaan baik.
1,18
Kejadian  kelahiran  preterm  meningkat  pada  wanita  yang memiliki  riwayat  abortus  iminens,  baik  pada  perdarahan  minimal
ataupun  perdarahan  yang  masif.  Proses  terjadinya  kelahiran  preterm sebagai komplikasi lanjut dari wanita yang mengalami abortus iminens
diduga  disebabkan  oleh  adanya  kerusakan  pada  plasenta  dan dikeluarkannya Reactive Oxigen Species ROS pada awal usia gestasi.
9,18
b.  Berat Badan Rendah