Angka Kejadian Persalinan Preterm, Berat Badan Lahir, dan Kematian Perinatal di RS Prikasih Tahun 2010-2014. 2015

(1)

DI RUMAH SAKIT PRIKASIH

TAHUN 2010-2014

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

Muhammad Ilyas Saputera

NIM: 1112103000082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M


(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 01 Oktober 2015

Materai

Rp 6000


(3)

iii


(4)

iv


(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW karena dengan rahmat dan ridho-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian dan laporan penelitian dengan judul “Angka Kejadian Persalinan Preterm, Berat Badan Lahir, dan Kematian Perinatal di Rumah Sakit Prikasih Tahun 2010-2014”

Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. DR. (HC) Dr. MK Tajuddin, Sp. And dan Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes. selaku Dekan lama dan baru Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keseharatan UIN Jakarta,

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp. GK dan dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua lama dan baru Program Studi Pendidikan Dokter beserta segenap dosen prodi ini yang selalu membimbing dan memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Flori Ratna Sari, Ph.D. dan dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS selaku Penanggung Jawab Modul Riset Program Studi Pendidikan Dokter 2012.

4. dr. Taufik Zain, Sp.OG (K-Onk) selaku pembimbing pertama saya yang walaupun dengan kesibukan yang padat tetap selalu memberikan bimbingan, arahan, saran dan semangat kepada saya agar penelitian ini berjalan dengan sebaik- baiknya.

5. dr. Nina Afiani, Sp.OG, M.Kes selaku pembimbing kedua saya yang walaupun dengan kesibukan yang padat, masih selalu bersedia memberikan bimbingan, arahan, saran dan semangat kepada saya agar penelitian ini berjalan dengan sebaik- baiknya khususnya tentang kaidah penulisan.


(6)

vi

6. Kedua orang tua saya tercinta, H. M. Jamni (alm) dan Hj. Siti Fatimah, ke-enam kakak perempuan saya, serta seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan kasih sayang, doa, inspirasi, dan semangat, sehingga memotivasi dan menguatkan saya dalam penelitian ini.

7. Direktur beserta jajaran Rumah Sakit Prikasih yang telah memberikan izin untuk pengambilan data di rumah sakit tersebut.

8. Bu Desi selaku Kepala Bidang Rekam Medis Rumah Sakit Prikasih yang telah memberikan arahan dan bantuan dalam pengambilan data rekam medis dalam penelitian ini.

9. Teman seperjuangan penelitian, Ilham Murtala, A. Fahmi Akbar, Rivki Wida Sarandi, M. Ramadhian Prawiro, dan Yunisa Khulqi yang telah menyemangati, membantu, dan berjuang bersama di dalam penelitian ini. 10. Orang yang spesial buat saya dan teman- teman CSS 2012 dan PSPD 2012

untuk waktu yang telah dilalui bersama selama masa pendidikan saya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kalian adalah api semangat buat saya.

11. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan doa kepada saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

Saya menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan saya terima demi terwujudnya laporan penelitian yang lebih baik. Saya berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata, semoga segala bantuan dalam yang diberikan dalam penelitian ini akan mendapat balasan, barokah dan ridho dari Allah SWT, Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ciputat, 01 Oktober 2015


(7)

vii

ABSTRAK

Muhammad Ilyas Saputera. Program Studi Pendidikan Dokter. Angka Kejadian Persalinan Preterm, Berat Badan Lahir, dan Kematian Perinatal di RS Prikasih Tahun 2010-2014. 2015.

Kelahiran preterm masih menjadi masalah global, baik di Indonesia ataupun di dunia. Kelahiran preterm menjadi masalah yang penting mengingat dampak dari kelahiran ini sangat besar, diantaranya lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah atau sangat rendah, dan risiko kematian perinatal yang jauh lebih tinggi dibandingkan yang lahir aterm. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian kelahiran preterm, berat badan lahir, dan kematian perinatal di Rumah Sakit Prikasih pada tahun 2010-2014. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif-analitik berdasarkan rekam medis seluruh subjek yang melahirkan di Rumah Sakit Prikasih yang melahirkan dalam usia preterm pada tahun 2010-2014 yang berjumlah 13 orang pasien dari 4.063 kelahiran. Dari penelitian didapatkan bahwa angka kejadian kelahiran preterm sebesar 0,3%, dengan BBLSR 69% dan BBLR 31%. Angka kematian perinatal sebesar 69,2%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa angka kejadian kelahiran preterm di Rumah Sakit Prikasih cukup rendah dan angka kejadian bayi dengan berat badan di bawah normal dan kematian perinatal pada bayi preterm masih tinggi. Dan kelahiran preterm secara signifikan bermakna menyebabkan berat badan lahir rendah dan sangat rendah dan kematian perinatal (P <0,05)


(8)

viii

ABSTRACT

Muhammad Ilyas Saputera. Study Program of Medical Education. The Incidence of preterm labor, birth weight, and Perinatal Mortality in Prikasih Hospital in the period 2010-2014. 2015.

Preterm birth remains a global problem, either in Indonesia or in the world. Preterm birth become an important issue in view of the large impact of it, such as the labor of low or very low birth weight babies, and the risk of perinatal mortality is much higher than term labor. This study aimed to determine the incidence of preterm birth, birth weight, and perinatal mortality in Prikasih Hospital in 2010-2014. The study was conducted with descriptive-analytic methods based on clinical records of all subjects who had preterm labor at the Prikasih Hospital in the period 2010-2014 which amounts to 13 babies from 4063births. From this study, we found that the incidence of preterm birth is 0.3%, with 69% of VLBW infants and 31% of LBW, and the perinatal mortality rate is 69.2%. It can be concluded that the incidence of preterm birth at Prikasih Hospital is quite low and the incidence of low and very low birth weight and perinatal mortality of preterm infants is still high.And preterm birth was significantly associated with low and very low birth weight and perinatal mortality (P <0,05)


(9)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...ii

LEMBAR PERSETUJUAN ...iii

LEMBAR PENGESAHAN ...iv

KATA PENGANTAR ...v

ABSTRAK ...vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

DAFTAR SINGKATAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah... ...2

1.3 Tujuan Penelitian... ... ...3

1.3.1 Tujuan Umum ...3

1.3.2 Tujuan Khusus ...3

1.4 Manfaat Penelitian... ...3

1.4.1 Bagi Peneliti ...3

1.4.2 Bagi Instansi Terkait ...3

1.4.3 Bagi Masyarakat Umum ...4

1.4.4 Bagi Peneliti Lain ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ...5

2.1.1 Organ Reproduksi Wanita ...5

2.1.1.1 Organ Reproduksi Eksternal ...6

2.1.1.2 Organ Reproduksi Internal ...7


(10)

x

2.1.2.1 Definisi ...12

2.1.2.2 Epidemiologi ...14

2.1.2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi ...15

2.1.3 Berat Badan Lahir ...18

2.1.3.1 Definisi Berat Badan Lahir ...18

2.1.3.2 Epidemiologi Berat Badan Lahir ...18

2.1.3.3 Klasifikasi Berat Badan Lahir ...19

2.1.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir ...19

2.1.4 Kematian Perinatal ...20

2.1.4.1 Definisi Kematian Perinatal ...20

2.1.4.2 Epidemiologi Kematian Perinatal ...21

2.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Kematian Perinatal ...22

2.2 Kerangka Teori...23

2.3 Kerangka Konsep ...24

2.4 Definisi Operasional...25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ...26

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...26

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...26

3.4 Kriteria Sampel ...26

3.4.1 Kriteria Inklusi ...26

3.4.2 Kriteria Ekslusi ...26

3.5 Sampel Penelitian ...27

3.6 Cara Kerja Penelitian ...27

3.7 Alur Penelitian ...27

3.8 Rencana Analisis Data ...28

3.8.1 Instrumen Penelitian ...28

3.8.2 Pengumpulan Data ...28

3.8.3 Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data ...28


(11)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil ...29

4.1.1 Gambaran Kelahiran di RS Prikasih ...29

4.1.1.1 Jumlah Kelahiran dan Jenis Kelamin ...29

4.1.1.2 Insidensi Berat Badan Lahir ...30

4.1.1.3 Insidensi Kematian Perinatal ...31

4.1.1.4 Insidensi Kelahiran Preterm ...32

4.1.2 Karakteristik Sampel ...34

4.1.2.1 Sebaran Sampel berdasarkan Demografi ...34

4.1.2.2 Sebaran Sampel berdasarkan Status Gestasi Ibu...35

4.1.3 Gambaran Berat Badan dan Kematian Perinatal pada Kelahiran Preterm ...35

4.1.3.1 Gambaran Berat Badan Lahir pada Kelahiran Preterm ...35

4.1.3.2 Gambaran Kematian Perinatal pada Kelahiran Preterm ...36

4.2. Analisis Hasil ...39

4.2.1. Hubungan antara Jenis Kelahiran dengan Berat Badan Lahir ...39

4.2.2. Hubungan antara Jenis Kelahiran dengan Kematian Perinatal ...39

4.3. Keterbatasan Penelitian ...40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...41

5.2 Saran ... ... ... ... ... ...42

DAFTAR PUSTAKA ...43


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Operasional ...25

Tabel 4.1 Jumlah Kelahiran dan Jenis Kelamin di RS Prikasih tahun 2010-2014 ...29

Tabel 4.2 Insidensi Berat Badan Lahir di RS. Prikasih tahun 2010-2014 ...30

Tabel 4.3 Insidensi Kematian Perinatal di RS Prikasih Tahun 2010-2014 ...31

Tabel 4.4 Insidensi Kelahiran Preterm di RS Prikasih Tahun 2010-2014 ...32

Tabel 4.5 Kategori Preterm Tahun 2010-2014 ...33

Tabel 4.6 Tingkat Pendidikan dan Sebaran Usia Ibu ...34

Tabel 4.7 Status Gestasi Ibu ...35

Tabel 4.8 Gambaran Berat Badan lahir berdasarkan Kategori Preterm ...35

Tabel 4.9 Gambaran Kematian Perinatal berdasarkan Kategori Preterm ...36

Tabel 4.10 Gambaran Kematian Perinatal berdasarkan BBL Bayi Preterm ...37

Tabel 4.11 Gambaran Kematian Perinatal berdasarkan Kategori Preterm dan BBL ...37

Tabel 4.12 Hubungan antara Jenis Kelahiran dengan Berat Badan Lahir di Bawah Normal ...39


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Organ reproduksi wanita ...5

Gambar 2.2. Organ reproduksi eksternal wanita ...6

Gambar 2.3. Organ reproduksi internal wanita ...8

Gambar 2.4. Anatomi dan histologi uterus ...9

Gambar 2.5. Anatomi dan histologi tuba fallopii ...10

Gambar 2.6. Struktur ovarium dan perkembangan folikel ...11

Gambar 2.7. Perkembangan folikel dan oogenesis ...12

Gambar 2.8. Definisi preterm dan hubungannya dengan hasil akhir kehamilan ...13

Gambar 2.9. Estimasi angka kelahiran preterm 2010 ...14

Gambar 2.10. Rute Potensial Infeksi Intrauterin ...16

Gambar 2.11. Kerangka Teori ...23

Gambar 2.12. Kerangka Konsep ...24


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Riwayat Hidup ...47

Lampiran 2. Output SPSS ...48


(15)

xv

DAFTAR SINGKATAN

ACOG The American Congress of Obstetricians and Gynecologists

ANC Antenatal Care

BBLB Berat Badan Lahir Berlebih

BBLN Berat Badan Lahir Normal

BBLR Berat Badan Lahir Rendah

BBLSR Berat Badan Lahir Sangat Rendah

CDC Center for Disease Control and Prevention

DHS Demographic Health Survey

DKI Daerah Khusus Ibukota

HPHT Hari Pertama Haid Terakhir

IMT Indeks Massa Tubuh

NAPZA Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya

POGI Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia

RJK Rasio Jenis Kelamin

ROS Reactive Oxygen Species

RS Rumah Sakit

SMA Sekolah Menengah Atas

SMP Sekolah Menengah Pertama


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka kematian bayi masih menjadi masalah yang harus terus diperhatikan dan dicegah, mengingat kematian neonatus dan kematian perinatal masih menjadi hal yang memiliki persentase tinggi di Indonesia. Menurut WHO tahun 2012, angka kematian bayi umur dibawah 1 tahun mencapai 15 bayi per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan berdasarkan Demographic Health Survey (DHS) tahun 2012, angka kematian perinatal masih mencapai angka 26 bayi per 1.000 Kelahiran. (1)

Dua pertiga dari kasus kematian neonatus di Indonesia disebabkan oleh kelahiran preterm atau yang biasa disebut dengan prematur, tertinggi kedua setelah gangguan atau kelainan napas, dan 48% kematian neonatus kurang dari 1 bulan disebabkan oleh kelahiran preterm. Sedangkan di negara barat, 80% dari kematian neonatus disebabkan oleh prematuritas. Dan yang lebih buruk adalah 10% dari neonatus yang selamat memiliki kecacatan jangka panjang. (1,2)

Kelahiran preterm merupakan salah salah satu faktor penting dalam lahirnya neonatus dengan berat badan dibawah rata-rata, baik bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2.500 gram, ataupun bayi dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) yaitu bayi yang memiliki berat badan lahir kurang dari 1500 gram. Adapun angka prevalensi BBLR menurut Riskesdas tahun 2013 sebesar 10,2%. Dan berat badan rendah memiliki kontribusi 60%-80% dalam terjadinya kematian perinatal. (4,5)

Dampak dari kelahiran preterm dan rendahnya berat badan lahir adalah tingginya angka kematian perinatal. Kematian perinatal sendiri diartikan sebagai kematian bayi mulai dari 20 minggu kehamilan sampai 7 hari kehidupan. (6)

Berdasarkan penelitian Allen J dkk, yang dilakukan pada 400.000 kelahiran di Norwegia, bahwa terdapat keterkaitan yang kuat antara berat


(17)

badan lahir dengan kematian perinatal yang disebabkan oleh usia kehamilan, dan usia kehamilan merupakan faktor prediksi yang baik terhadap berat badan lahir dan harapan hidup perinatal. Tindakan preventif dari kelahiran preterm akan sangat bermanfaat dalam menurunkan angka BBLR ataupun BBLSR, serta angka kematian perinatal. (7)

Berdasarkan kuatnya keterkaitan antara kelahiran preterm dan BBL serta kematian perinatal, dan perlunya data epidemiologi tentang kelahiran preterm, serta masih minimnya penelitian yang membahas tentang keterkaitannya dengan BBL dan kematian perinatal, kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang angka kejadian persalinan preterm, berat badan lahir, dan kematian perinatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian persalinan preterm, berat badan lahir, dan kematian perinatal, serta hubungan dari variabel tersebut, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat tentang kelahiran preterm dan melakukan hal-hal preventif untuk menghindarinya. Serta dengan peningkatan kepedulian masyarakat tersebut, akibat kasus prematuritas berupa berat badan lahir rendah atau sangat rendah dan mortalitas perinatal dapat diturunkan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana angka kejadian persalinan preterm di RS Prikasih selama tahun 2010 - 2014?

2. Bagaimana gambaran berat badan lahir dan kematian perinatal pada bayi dengan persalinan preterm di RS Prikasih selama tahun 2010 - 2014?

3. Bagaimana hubungan antara kelahiran preterm, berat badan lahir, dan kematian perinatal di RS Prikasih selama tahun 2010 - 2014?


(18)

3

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui angka kejadian persalinan preterm dan gambaran berat badan lahir serta kematian perinatal di Rumah Sakit Prikasih tahun 2010 - 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui jumlah persalinan preterm di Rumah Sakit Prikasih tahun 2010-2014

2. Mengetahui gambaran berat badan lahir bayi yang lahir di Rumah Sakit Prikasih tahun 2010-2014

3. Mengetahui gambaran kematian perinatal di Rumah Sakit Prikasih tahun 2010-2014

4. Mengetahui hubungan antara kelahiran preterm, berat badan lahir, dan kematian perinatal di Rumah Sakit Prikasih tahun 2010-2014

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti

1. Untuk mengamalkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari di preklinik untuk memajukan kesehatan masyarakat

2. Untuk melatih dan meningkatkan kemampuan diri khususnya dalam bidang penelitian

1.4.2. Bagi Instansi Terkait

Memberikan informasi tentang angka kejadian persalinan preterm, gambaran berat badan lahir, dan kematian perinatal di Rumah Sakit Prikasih tahun 2010 - 2014.

1.4.3. Bagi Masyarakat Umum

1. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap persalinan preterm dan dampaknya

2. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam tindakan preventif terhadap persalinan preterm


(19)

3. Untuk menurunkan angka mortalitas perinatal akibat persalinan preterm.

1.4.4. Bagi Peneliti Lain

Hasil dari penelitian yang kami lakukan ini diharapkan dapat menjadi suatu dasar dan acuan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian selanjutnya demi kemajuan ilmu pengetahuan.


(20)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita memiliki peran yang penting dalam proses kehamilan, dan organ ini lebih rumit jika dibandingkan dengan yang dimiliki oleh pria. Terdapat banyak fungsi yang dimiliki oleh organ tersebut, mulai dari pembentukan ovum (oogenesis) sampai menjamin perkembangan janin dan melahirkannya. Organ reproduksi ini secara garis besar dibagi menjadi:

a. Organ reproduksi interna b. Organ reproduksi eksterna

Gambar 2.1. Organ reproduksi wanita.


(21)

Kedua kelompok organ tersebut memiliki stuktur anatomi dan histologi yang berbeda antara satu organ dengan organ lainnya, sesuai dengan fungsi yang dimilikinya. (8-10)

2.1.1.1 Organ Reproduksi Eksternal

Organ reproduksi wanita yang masuk dalam organ reproduksi eksternal antara lain labia mayora, labia minora dan klitoris. Genetalia eksternal ini secara kolektif disebut dengan vulva atau pedendum. Selain itu, kelenjar mamae juga banyak dianggap sebagai organ reproduksi wanita eksternal, selain juga dianggap sebagai organ dalam sistem integument, namun kita tidak akan membahasnya pada tulisan ini. (8-10)

Gambar 2.2. Organ reproduksi eksternal wanita.


(22)

7

a. Labia Mayora

Labia mayora adalah lipatan kulit pada genitalia ekterna secara longitudinal. Labia mayora ini memanjang ke bawah dan ke belakang. Kulit pada organ ini ditutupi oleh rambut pubis, organ ini juga banyak mengandung adiposit, kelenjar sebasea, dan kelenjar apokrin. Labia mayora analog dengan skrotum pada organ genetalia pria. (10)

b. Labia Minora

Labia minora adalah lipatan kulit longitudinal yang terletak lebih medial dan lebih kecil dari labia mayora yang lebih menonjol. Labia minora berbeda dengan dengan labia minora karena tidak memiliki rambut pubis, simpanan lemak, dan hanya memiliki sedikit kelenjar apokrin. Organ ini analog dengan urethra. (8,10)

c. Klitoris

Klitoris adalah organ erektil kecil yang terdapat pada bagian anterior labia minora, terdapat banyak saraf dan pembuluh darah pada organ ini. Klitoris ditutupi oleh kulit yang disebut dengan preputium klitoris, sedangkan bagian klitoris yang terlihat dari luar disebut dengan glans klitoris. Organ ini analog dengan penis pada organ reproduksi pria.

(10)

2.1.1.2. Organ Reproduksi Internal

Selain organ eksternal, reproduksi wanita juga memiliki organ-organ internal yang terdiri dari luar ke dalam yaitu vagina, uterus, tuba fallopii, dan ovarium. Semua organ ini berperan penting dalam proses haid, pembuahan, kehamilan, sampai pada proses kelahiran. (8-10)


(23)

Gambar 2.3. Organ reproduksi internal wanita.

Sumber: Tortora G J & Derrickson B, 2009. (telah diolah kembali) (8) a. Vagina

Vagina adalah organ reproduksi internal wanita yang berukuran panjang 6-8 cm pada bagian depan dan 7-10 cm pada bagian belakang dan menghubungkan uterus dengan lingkungan eksternal. Pada bagian atas dari vagina ditemukan bagian uterus yang menonjol ke dalam vagina yang disebut dengan serviks atau leher rahim. Secara histologis vagina dilapisi oleh mukosa yang terdiri dari epitel berlapis gepeng non keratin dan terdapat lipatan-lipatan mukosa secara transversal yang disebut dengan rugae. Vagina tidak memiliki kelenjar, namun mengalami lubrikasi dengan adanya transudat dari flexus kapiler subepitelial. (8-10)

b. Uterus

Uterus adalah organ berongga dan memiliki dinding yang tebal. Uterus memiliki panjang 7,5 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5 cm pada wanita yang belum pernah hamil, ukuran ini berubah saat wanita hamil dan akan mengecil pada keadaan menopause. (8,10)


(24)

9

Uterus merupakan organ penting dalam reproduksi wanita karena berfungsi sebagai penghubung antara vagina dalam tuba fallopii yang akan dilalui oleh sperma untuk melakukan fertilisasi, selain itu juga berfungsi dalam proses implantasi dan perkembangan janin. Uterus juga merupakan organ yang luruh secara periodik dalam tiap bulannya dan menghasilkan darah haid atau yang disebut dengan menstruasi. (8,9)

Secara anatomi, uterus dibagi menjadi 2 bagian, yaitu korpus yang didalamnya juga termasuk fundus uteri, dan yang kedua yaitu serviks. dan terdapat bagian yang mengalami kontriksi pada bagian antara korpus uterus dan serviks yang disebut dengan istmus, bagian ini penting karena istmus akan menjadi segmen bawah rahim saat terjadi kehamilan. Dan secara histologis, uterus dari bagian luar dibagi menjadi perimetrium yaitu bagian peritoneum visceral, miometrium yang merupakan anyaman otot polos uterus, dan endometrium yang terdiri dari stratum basal dan stratum fungsional yang akan luruh setiap 28 hari berupa darah menstruasi. (8,9)

Gambar 2.4. Anatomi dan histologi uterus.

Sumber: Cunningham F G, Leveno K J, Bloom S L, Hauth J C, Rouse D J, Spong C Y. 2010. (telah diolah kembali) (9)


(25)

c. Tuba Fallopii

Tuba fallopii juga disebut dengan tuba uterina atau oviduct adalah saluran bersilia yang terdapat pada bagian lateral uterus, dan menghubungkan antara uterus dengan ovarium. Organ ini berfungsi sebagai penangkap ovum yang diovulasikan oleh ovarium dan menjadi tempat terjadinya pertemuan antara ovum dan sperma yang disebut dengan fertilisasi. (8-10)

Gambar 2.5. Anatomi dan histologi tuba fallopii.

Sumber: Cunningham F G, Leveno K J, Bloom S L, Hauth J C, Rouse D J, Spong C Y. 2010. (telah diolah kembali) (9)

Secara histologis, tuba fallopi terdiri lapisan mukosa, muskularis, dan serosa. Sel pada organ ini terdiri dari sel yang kolumnar bersilia yang berfungsi dalam proses fertilisasi dan transfer zigot ke uterus setelahnya, dan sel yang tidak memiliki silia namun


(26)

11

memiliki mikrovili dan mensekresikan cairan sebagai nutrisi untuk kelangsungan ovum setelah ovulasi. Tuba fallopi juga dibagi menjadi infundibulum yang merupakan bagian terdekat dengan ovarium dan pada bagian ujungnya terdapat fimbrae yang berfungsi menangkap ovum yang telah diovulasikan, selanjutnya terdapat ampula yang merupakan bagian terluas dari tuba fallopii, pada bagian inilah terjadinya fertilisasi pada umumnya, kemudian dilanjutkan dengan isthmus yang merupakan bagian tersempit dari tuba fallopi, dan terkahir intramural yang merupakan bagian terdekat dengan uterus. (8)

d. Ovarium

Ovarium adalah organ yang analog dengan testis pada pria. Organ ini berfungsi sebagai tempat dihasilkannya hormon-hormon reproduksi wanita seperti estrogen dan progesteron, selain itu juga berfungsi sebagai penghasil oosit sekunder yang akan matang menjadi ovum setelah terjadi fertilisasi.

Gambar 2.6. Struktur ovarium dan perkembangan folikel

Sumber: Tortora G J, Derrickson B. Principle of Anatomy and Physiology. 2009. (telah diolah kembali) (8)

Organ ini terdiri atas dua bagian yaitu korteks dan medula. Korteks berisi folikel-folikel yang berkembang dan menghasilkan


(27)

hormon seks, sedangkan bagian medula terdiri dari jaringan ikat longgar.

Gambar 2.7. Perkembangan folikel dan oogenesis.

Sumber: Tortora G J, Derrickson B. Principle of Anatomy and Physiology. 2009. (telah diolah kembali) (8)

2.1.2. Prematuritas 2.1.2.1. Definisi

Prematur atau kelahiran preterm menurut WHO didefinisikan sebagai sebagai kelahiran hidup dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu, atau kurang dari 259 hari terhitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). Sedangkan menurut The American Congress of Obstetricians and Ginecologists (ACOG) dan Center for Disease Control and Prevention (CDC) persalianan preterm didefinisikan sebagai kelahiran pada usia gestasi antara 20 minggu sampai kurang dari 37 minggu. (1,3,11,12)


(28)

13

Definisi preterm ini dibagi kembali menjadi beberapa subdivisi, yaitu sebagai berikut:

a. Extremely pretem, yaitu kelahiran pada usia gestasi dibawah 28 minggu

b. Very preterm, yaitu kelahiran pada usia gestasi antara 28 minggu samapai dengan kurang dari 32 minggu

c. Moderate preterm, yaitu kelahiran pada usia antara 32 minggu sampai kurang dari 37 minggu. (3,13)

Gambar 2.8. Definisi preterm dan hubungannya dengan hasil akhir kehamilan.

Sumber: Howson, Kinney MV, Lawn JE, 2012. (telah diolah kembali) (3)

Definisi dan sub divisi ini didasarkan pada tingginya angka mortalitas dan morbiditas yang akan diterima oleh noenatus yang dilahirkan dalam usia tersebut. Risiko yang akan dialami oleh neonatus dengan kelahiran preterm antara lain gangguan penglihatan, serebral palsy, gangguan pendengaran, dan beberapa gangguan kesehatan lainnya yang bersifat jangka panjang. (11,12)

Walaupun preterm didefinisikan hanya untuk neonatus yang lahir pada usia gestasi sebelum 37 minggu sejak HPHT, namun neonatus yang


(29)

dilahirkan pada usia 37 sampai dengan 38 minggu pun masih memiliki keadaan yang suboptimal. (11,13)

2.1.2.2. Epidemiologi

Angka kejadian kelahiran preterm masih menjadi salah satu masalah yang memiliki angka prevalensi tinggi. Selain itu, angka morbiditas dan mortalitas neonatus yang mengalami kelahiran preterm juga masih tinggi. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya kurang lebih 15 juta neonatus per tahunnya, dan lebih dari 1 dari 10 neonatus yang lahir di dunia adalah preterm. Dan yang lebih memprihatinkan adalah setiap tahunnya kurang lebih 1 juta bayi meninggal akibat dari komplikasi kelahiran preterm tersebut. (3,11,13)

Gambar 2.9. Estimasi angka kelahiran preterm 2010.

Sumber: Howson, Kinney MV, Lawn JE, 2012.(telah diolah kembali) (3)

Indonesia sendiri menduduki peringkat kelima dunia dalam hal angka kejadian preterm setelah India, China, Nigeria, dan Pakistan. Yaitu angka kejadian preterm pada tahun 2010 sebanyak 675.700 kejadian. Prevalensi kejadian kelahiran preterm di Indonesia dilaporkan sebanyak 4,1%. Dan kejadian preterm ini merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kematian perinatal dengan prevalensi sebesar 28%, prematuritas sendiri memiliki angka mortalitas dan morbiditas sebesar 60%-80%.(3,13-15)


(30)

15

2.1.2.3. Etiologi dan Faktor Predisposisi

Kelahiran preterm merupakan kejadian yang sering ditemukan di masyarakat umum, tidak memandang sosioekonomi dari seseorang, namun faktor risiko pasti dari proses ini masih sulit ditemukan karena kejadian preterm ini memiliki beberapa faktor yang berkaitan alias multifaktorial. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor yang berhubungan dengan keadaan medis, keadaan kehamilan, dan sosiodemografi dari sang ibu. (1,16)

Beberapa faktor risiko yang diduga memiliki peran signifikan dalam proses kelahiran preterm, diantaranya adalah sebagai berikut: (17) a. Abortus Iminens

Abortus iminens atau yang disebut dengan threatened abortion yaitu keluarnya darah pervaginam dari wanita hamil pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau taksiran berat badan janin kurang dari 500 gram, dengan ditemukan ostium tertutup dan keadaan janin dalam keadaan baik. (1,18)

Kejadian kelahiran preterm meningkat pada wanita yang memiliki riwayat abortus iminens, baik pada perdarahan minimal ataupun perdarahan yang masif. Proses terjadinya kelahiran preterm sebagai komplikasi lanjut dari wanita yang mengalami abortus iminens diduga disebabkan oleh adanya kerusakan pada plasenta dan dikeluarkannya Reactive Oxigen Species (ROS) pada awal usia gestasi.

(9,18)

b. Berat Badan Rendah

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan klasifikasi yang digunakan untuk mengelompokkan orang berdasarkan perhitungan antara berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Berdasarkan klasifikasi Asia-Pasifik, termasuk berat badan rendah jika IMT kurang dari 18,5 kg/m2. (19)


(31)

Berat badan rendah merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya kelahiran preterm khususnya pada wanita-wanita dengan selain ras hitam. Mekanisme terjadinya kelahiran preterm akibat berat badan rendah masih belum jelas, namun diduga berat badan rendah berkaitan dengan tingginya pH vagina dan neutrofil pada vagina pada usia awal gestasi yang akan meningkatkan risiko infeksi dan inflamasi.

(20,21)

c. Infeksi intrauterin

Infeksi intrauterin merupakan salah satu faktor penting dalam terjadinya kelahiran preterm, menurut beberapa referensi didapatkan bahwa 25%-40% dari kasus kelahiran preterm disebabkan oleh terjadinya infeksi intrauterin. Mekanisme yang mendasari ini semua diduga berkaitan dengan diproduksinya sitokin-sitokin proinflamasi seperti IL-8, IL-1β, dan TNF-α. Sitokin-sitokin tersebut akan mengaktifkan prostaglandin. Adanya prostaglandin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus, selain itu, dengan adanya endotoksin dari bakteri itu sendiri, kemudian prostaglandin yang dihasilkan, dan berbagai faktor lain akan mendegradasi ekstraseluler matriks dari membran fetus akan mencetuskan terjadinya kelahiran preterm. (9,22)

Gambar 2.10. Rute Potensial Infeksi Intrauterin

Sumber: Goldenberg RL, Iams JD, Mercer BM, Meis PJ, Moawad AH, Copper


(32)

17

Dua mikroorganisme yang sering menjadi penyebab adalah

Ureaplasma urealyticum and Mycoplasma hominis, adapun jalur masuknya bakteri tersebut sebelum menginfeksi dapat melalui beberapa jalur, diantaranya melalui vagina secara asendens, saat melakukan amniosentesis, ataupun secara hematogen. (9,22)

d. Bakterial Vaginosis

Bakterial vaginosis merupakan salah satu faktor risiko penting dalam proses terjadinya kelahiran preterm, bahkan wanita yang mengalami bakterial vaginosis memiliki risiko untuk mengalami kelahiran pretem 1,5-3 kali lebih besar, selain itu wanita yang mengalami bakterial vaginosis dan memiliki genotif kerentanan TNF-α memiliki risiko sembilan kali lebih besar dibandingkan dengan wanita normal lainnya. (9,22)

Bakterial vaginosis terjadi karena adanya perubahan ekosistem dalam vagina dan didiagnosis dengan adanya clue cell, ditemukan fishy odour, dan pH meningkat menjadi lebih dari 4,5. Adapun mekanisme terjadinya preterm akibat bakterial vaginosis ini juga masih belum jelas, tetapi diduga adanya bakteri yang masuk ke dalam uterus baik sebelum atau awal kehamilan. (22-24)

e. Infeksi Saluran Kemih

Sekitar 40% dari kasus kelahiran preterm disebabkan oleh infeksi. Salah satu infeksi yang berhubungan dengan terjadinya kelahiran preterm adalah infeksi saluran kemih. Mekanisme terjadinya kelahiran preterm akibat infeksi saluran kemih tidak jauh berbeda dengann infeksi pada saluran genital dan infeksi intrauterin. (9,22,25)

Mekanisme yang diduga berperan dalam proses ini yaitu adanya mikroorganisme yang langsung masuk secara asenden ke dalam uterus. Mekanisme lainnya yaitu melalui sitokin, yaitu diantaranya IL-1β, IL-6, dan prostaglandin. IL-1β akan menyebabkan sintesis IL-6 dan IL-8 yang selanjutnya akan menyebabkan sintesis


(33)

prostaglandin dan akhirnya akan menyebabkan kontraksi uterus, dan menjadi salah satu sebab terjadinya kelahiran preterm. (9,22,25)

f. Kelahiran Preterm Sebelumnya

Wanita yang memiliki riwayat kelahiran preterm sebelumnya lebih berisiko mengalami kelahiran preterm dibandingkan dengan yang tidak. Risiko yang dimiliki wanita yang sudah pernah mengalami kelahiran preterm untuk mengalami hal serupa pada kelahiran setelahnya adalah tiga kali lipat dibandingkan dengan wanita yang melahirkan cukup bulan. (9)

Mekanisme terjadinya hal ini masih belum jelas, namun diduga bahwa persisten ataupun rekuren infeksi merupakan faktor terjadinya kelahiran preterm berulang. Selain itu penyakit-penyakit seperti hipertensi, diabetes, ataupun obesitas juga diduga menjadi penyebab pada kejadian ini. (22)

2.1.3. Berat Badan Lahir

2.1.3.1Definisi Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir adalah berat badan yang didapatkan pada saat bayi yang baru lahir, dan berat badan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari faktor maternal, faktor janin, ataupun faktor palsenta yang merupakan saluran penghubung antara ibu dan janin. Berat badan lahir ini merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi kematian perinatal ataupun neonatal. Selain itu, berat badan lahir juga mempengaruhi kesehatan seseorang di masa selanjutnya. (26,27)

2.1.3.2Epidemiologi Berat Badan lahir

Berat badan lahir masih menjadi permasalahan global, termasuk di Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2013, didapatkan bahwa persentase berat badan lahir rendah (BBLR) mencapai angka 10,2 %, angka ini sudah mengalami penurunan dari angka sebelumnya yaitu 11,1% pada tahun 2010. Persentase BBLR pada perempuan (11,2%) lebih tinggi


(34)

19

daripada presentase laki-laki (9,2%). Di daerah DKI Jakarta sendiri persentase BBLR masih berkisar pada angka 10%. (4)

2.1.3.3Klasifikasi Berat Badan Lahir

Berat badan lahir diklasifikasikan dalam beberapa kategori. a. Berat Badan Lahir Berlebih (BBLB)

Bayi dengan berat badan berlebih adalah bayi yang memiliki berat badan lahir lebih atau sama dengan 4000 gram.

b. Berat Badan Lahir Normal (BBLN)

Bayi dengan berat badan normal adalah bayi yang memiliki berat badan lahir pada kisaran 2.500 gram sampai dengan 3999 gram c. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Bayi dengn berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir dibawah 2.500 gram.

d. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR)

Bayi dengan berat badan sangat rendah adalah bayi yang memiliki berat badan lahir kurang dari 1.500 gram. (27)

2.1.3.4Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir

Berat badan lahir seorang neonatus dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari faktor ibu, faktor plasenta ataupun dari faktor dari neonatal itu sendiri saat masih menjadi janin. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga akan menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, dan akhirnya menyebabkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

a. Faktor Maternal  Malnutrisi

 Memiliki penyakit kronik

 Anemia

 Toksemia  Hipoksemia  Hipertensi


(35)

 Obat-obatan (NAPZA, alkohol, kokain)  Merokok

b. Faktor Janin

 Gangguan kromosom  Gangguan kongenital  Kehamilan multipel  Infeksi intrauterin  Kekurangan insulin c. Faktor Plasenta

 Gangguan plasenta (berat, diameter, jumlah sel)  Infeksi plasenta

 Solusio Plasenta

Twin transfusion syndrome. (27)

2.1.4 Kematian Perinatal

2.1.4.1Definisi Kematian Perinatal

Kematian perinatal yang merupakan indikator kualitas asuhan antenatal dan perawatan perinatal memiliki beberapa pengertian, diantara 3 pengertian yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

a. Definisi I

Kematian perinatal didefinisikan sebagai kematian bayi kurang dari 7 hari kelahiran dan kematian janin pada lebih atau sama dengan 28 minggu kehamilan.

b. Definisi II

Kematian perinatal didefinisikan sebagai kematian janin pada usia lebih atau sama dengan 20 minggu kehamilan, sampai dengan 28 hari kelahiran.


(36)

21

Kematian perinatal didefinisikan sebagai kematian janin dari usia kehamilan lebih atau sama dengan 20 minggu sampai dengan 7 hari kelahiran.

Walaupun National Center for Health Statistic dan World Health Organization menggunakan definisi I, definisi kedua merupakan definisi yang sangat baik digunakan untuk mengetahui dan memonitoring kematian perinatal karena lebih inklusif, selain itu kebanyakan kematian janin terjadi pada usia kurang dari 28 minggu. (1,6)

Selain dari definisi kematian perinatal terdapat definisi lain yang perlu kita ketahui, yaitu kematian bayi (infant) yang didefinisikan sebagai kematian pada bayi dalam tahun pertama kelahiran (<365 hari), kematian bayi ini dibagi kembali menjadi beberapa pembagian yaitu early neonatal (<7 hari), late neonatal (7-27 hari), neonatal (<28 hari), dan post-neonatal (28-364 hari). Definisi lainnya yaitu stillbirth yang diartikan sebagai kematian janin pada usia kehamilan lebih dari sama dengan 20 minggu. (6)

Adapun pada penelitian ini, definisi kematian perinatal yang digunakan adalah definisi yang digunakan oleh WHO Indonesia yaitu, kematian early neonatal ditambah dengan stillbirth. (1)

2.1.4.2Epidemiologi Kematian Perinatal

Kematian perinatal masih menjadi masalah dalam kesehatan Indonesia, angka kematian perintal pun masih tinggi yaitu 26 bayi per 1.000 kelahiran, dengan rincian 15,6 dari kematian early neonatal rate dan 10,6 dari stillbirth rate. (1)

Adapun kematian perinatal pada daerah DKI Jakarta lebih rendah dari rata-rata nasional yaitu 18 bayi per 1.000 kelahiran, dengan data tertinggi berada pada Papua Barat yaitu 51 bayi per 1.000 kelahiran, dan data terendah terdapat pada Kepulauan Riau dan Bali yaitu 15 bayi per 1.000 kelahiran. (1)


(37)

2.1.4.3Faktor yang Mempengaruhi Kematian Perinatal

Kematian perinatal dan kematian neonatal dipengaruhi oleh beberapa faktor, adapun faktor yang memiliki pengaruh penting dalam hal tersebut yaitu usia kehamilan dan berat badan lahir.

Adapun angka survival pada janin dengan usia kehamilan 22 minggu hampir mencapai 0%, 23 minggu sekitar 15%, 24 minggu sekitar 56%, dan 25 minggu sekitar 79%, hal ini membuktikan bahwa semakin lama usia kehamilan, semakin tinggi angka survival bayi tersebut. Selain itu, berdasarkan penelitian oleh Rush R W, et al didapatkan bahwa kelahiran preterm menyebabkan 85% dari kematian perinatal. (27,28)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pakistan secara Kohort, didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi kematian neonatal yang 85% nya adalah kematian bayi kurang dari 7 hari (early neonatal death) dan merupakan bagian dari kematian perinatal adalah sebagai berikut kelahiran preterm (26%), asfiksia atau hipoksia (26%), dan infeksi (23%). Selain itu, 54% kematian neonatal adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram, dan 87% bayi dengan berat badan lahir rendah tersebut adalah bayi dengan kelahiran preterm. (1,29)

Salah satu faktor lain yang memepengaruhi kematian perinatal adalah berat badan lahir. Menurut WHO, berat badan lahir rendah menyumbang angka 60-80% dari seluruh kematian neonatus. Angka tersebut sangat tinggi, dan menunjukkan bahwa kematian bayi erat hubungannya dengan berat badan lahirnya. (30)


(38)

23

Kerangka Teori


(39)

Kerangka Konsep


(40)

25

Definisi Operasional

Tabel 2.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara

Ukur Alat Ukur

Skala

Pengukuran 1 Kelahiran

preterm

Kelahiran pada usia gestasi kurang dari 37 minggu. Extreme preterm (20-27 minggu), very preterm 28-31 minggu), Late Preterm 32-36 minggu) Observasi dokumen Data proses persalinan berdasarkan rekam medis RS. Prikasih

Ordinal (extreme preterm, very preterm, late preterm)

2 Berat Badan Lahir

Berat badan saat baru lahir. BBLB (>3999 gram), BBLN (2500-3999 gram), BBLR (1500-2499 gram), BBLSR (<1500 gram) Observasi dokumen Data proses persalinan berdasarkan rekam medis RS. Prikasih Ordinal (BBLB, BBLN, BBLR, BBLN)

3 Kematian Perinatal

Kematian janin usia kehamilan lebih atau sama dengan 20 minggu sampai kematian bayi kurang 7 hari

Observasi dokumen

Data ANC dan proses persalinan berdasarkan rekam medis RS. Prikasih Nominal (meninggal saat perintal, tidak meninggal saat perinatal)


(41)

26

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif-analitik untuk mengetahui angka kejadian persalinan preterm, gambaran berat badan lahir, dan kematian perinatal di Rumah Sakit Prikasih pada periode 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2014.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada :

Waktu : April - Juni 2015

Tempat : Rumah Sakit Prikasih, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan pada data rekam medis pasien Rumah Sakit Prikasih yang melahirkan dari tahun 2010-2014. Sampel yang diambil berasal dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan terlepas dari kriteria ekslusi. Pengambilan subjek penelitian dilakukan dengan cara total sampling. (31-33)

3.4. Kriteria Sampel 3.4.1. Kriteria Inklusi

 Pasien yang melahirkan sejak 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2014 di RS. Prikasih

 Pasien yang melakukan persalinan di RS. Prikasih.


(42)

27

3.4.2. Kriteria Eksklusi

 Pasien yang mengalami malnutrisi

 Pasien yang memiliki serviks inkompeten, panjang serviks kurang dari 1 cm.

3.5. Sampel Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dan cara pengambilannya dengan cara total sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua bayi preterm yang lahir dari tanggal 1 Januari 2010 sampai 31 Desembar 2014.

3.6. Cara Kerja Penelitian

Hal yang pertama kali dilakukan oleh peneliti adalah mempersiapkan proposal penelitian, kemudian setelah proposal sudah selesai dilanjutkan dengan pembuatan izin untuk pengambilan data berdasarkan rekam medis pasien yang melahirkan pada 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2014 di RS. Prikasih. Setelah data didapatkan dilanjutkan dengan analisis data dan menentukan hasil serta kesimpulan dari penelitian ini.

3.7. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Persiapan penelitian

Pemilihan sampel

Kriteria inklusi

Kriteria ekslusi Tidak memenuhi kriteria inklusi

Masuk dalam kriteria ekslusi Pengolahan data


(43)

3.8. Rencana Analisis Data 3.8.1. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menggunakan rekam medis pasien yang melakukan persalinan pada 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2014 di RS. Prikasih.

3.8.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data rekam medis yang didapat dari RS. Prikasih

3.8.3. Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data

Semua data dari data rumah sakit dan rekam medis dikumpulkan, kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS 22 for windows dan Microsoft Excel 2013.

Langkah awal dimulai dengan editing, coding, data entry, dan dilanjutkan dengan tabulasi. Selanjutnya akan dilakukan analisis univariat untuk melihat frekuensi dan proporsi dari setiap karakteristik responden, serta angka kejadian persalinan preterm dan gambaran berat badan lahir serta kematian perinatal.

3.9. Manajemen Data

Penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk mengetahui:

 Sebaran atau frekuensi dan proporsi dari setiap karakteristik dari masing-masing responden.

 Angka kejadian persalinan preterm  Gambaran berat badan lahir bayi  Gambaran kematian perinatal. (17,32)


(44)

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data rekam medis pasien yang melahirkan preterm dan bayi dari kelahiran pretem dari tanggal 1 Januari 2010 sampai 31 Desembar 2014 di Rumah Sakit Prikasih, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif dengan metode pengambilan sampel yaitu total sampling. Dari hasil pengambilan data dengan cara tersebut didapatkan bahwa bayi yang dilahirkan pada RS Prikasih dari tanggal 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2014 sebanyak 4036 orang dan yang mengalami kelahiran preterm sebanyak 13 orang.

4.1 Deskripsi Hasil

4.1.1 Gambaran Kelahiran di RS Prikasih 4.1.1.1 Jumlah kelahiran dan Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Jumlah Kelahiran dan Jenis Kelamin di RS Prikasih Tahun 2010-2014

Tahun

Jumlah Kelahiran

(Orang)

Jenis Kelamin Laki-laki

(orang)

Perempuan (Orang)

2010 861 453 408

2011 906 486 420

2012 927 486 441

2013 699 356 343

2014 643 330 313

Total 4036 2111 1925

Rerata 807 422 385

Dari Tabel 4.1 didapatkan bahwa jumlah kelahiran di Rumah Sakit Prikasih dari 2010-2014 sebanyak 4.036 kelahiran, dengan rerata 807 kelahiran per tahun. Jumlah kelahiran terendah terjadi pada tahun 2014


(45)

(643 Kelahiran) dan yang paling tertinggi pada tahun 2012 (927 kelahiran). Dari gambaran diatas juga dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah kelahiran dari tahun 2010-2012, kemudian mengalami penurunan dari tahun 2013-2014.

Berdasarkan jenis kelamin, dari 4.036 kelahiran terdapat 2.111 bayi laki-laki yang lahir, dan 1.925 bayi perempuan yang lahir. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rasio jenis kelamin (RJK) bayi laki-laki terhadap bayi perempuan sebesar 110, jadi setiap kelahiran 100 bayi perempuan terdapat kelahiran 110 bayi laki-laki. Angka ini lebih tinggi dari RJK Indonesia tahun 2010 yaitu sekitar 101, dan RJK Jakarta Selatan tahun 2013 yaitu sebesar 101, serta RJK Kecamatan Cilandak sendiri yang sebesar 98. (34,35)

4.1.1.2 Insidensi Berat Badan Lahir

Tabel 4.2 Insidensi Berat Badan Lahir di RS. Prikasih tahun 2010-2014

Tahun

Kategori Berat Badan Lahir

Jumlah (orang)

BBLSR BBLR BBLN BBLB

N* % N* % N* % N* %

2010 9 1% 94 11% 744 86% 14 2% 861 2011 6 1% 78 8% 824 89% 19 2% 927 2012 28 3% 79 9% 774 85% 25 3% 906

2013 8 1% 65 9% 618 88% 8 1% 699

2014 7 1% 43 7% 578 90% 15 2% 643 Rerata 12 1% 72 9% 708 88% 16 2% 799 * Jumlah bayi (orang)

Dari Tabel 4.2 di atas dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan angka bayi yang lahir dengan berat badan normal, yang pada tahun 2010 hanya sebesar 86%, menjadi 90% pada tahun 2014, dan secara rerata dapat kita lihat bahwa bayi dengan BBLN sebesar 88%.

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) mengalami penurunan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Bayi dengan BBLSR tahun 2010 sebesar 1% dan


(46)

31

pada tahun 2014 hanya sebesar 1%, dan secara rata-rata dari tahun 2010 sampai tahun 2014 sebesar 1%. Sedangkan bayi dengan BBLR pada tahun 2010 sebesar 11% dan pada tahun 2014 hanya sekitar 7%, dan secara rerata sebesar 9%, hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil Riskedas tahun 2013 yang menyatakan bahwa angka kejadian BBLR di Indonesia sebesar 10,2% dan di DKI Jakarta sekitar 10%.(4)

4.1.1.3 Insidensi Kematian Perinatal

Angka kematian perinatal yang merupakan kematian janin dari usia kehamilan 20 minggu sampai usia kelahiran kurang dari 7 hari biasanya ditunjukkan dengan insidensi per 1.000 kelahiran. Adapun angka kematian perinatal di Rumah Sakit Prikasih adalah sebagai berikut.

Tabel 4.3 Insidensi Kematian Perinatal di RS Prikasih Tahun 2010-2014

Tahun Jumlah Kelahiran (orang)

Kematian Perinatal (orang)

Angka Insidensi (per 1.000 kelahiran)

2010 861 37 43

2011 906 27 30

2012 927 30 32

2013 699 22 31

2014 643 17 26

Total 4036 133 32

Dari Tabel 4.3 dapat kita lihat bahwa angka kelahiran jumlah kematian setiap tahun mengalami penurunan. Dari angka insidensi sebesar 43 per 1.000 kelahiran pada tahun 2010, menurun menjadi 26 per 1.000 kelahiran pada tahun 2014, walaupun sempat terjadi kenaikan pada tahun 2012 yaitu 32 per 1.000 kelahiran. Penurunan angka kematian perinatal ini merupakan hal yang baik, dan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kualitas penanganan perinatal. Salah satu faktor penyebabnya yaitu terdapatnya kebijakan rumah sakit yang mengharuskan merujuk pasien dengan janin risiko tinggi ke rumah sakit yang memiliki fasilitas yang


(47)

lebih baik, sehingga risiko-risiko yang mungkin terjadi dapat ditangani dengan baik.

Insidensi kematian perinatal dari tahun 2010-2014 sebesar 32 per 1.000 kelahiran, dan angka ini lebih tinggi dari data epidemiologi Indonesia dan DKI Jakarta yang berturut-turut sebesar 26 dan 18 per 1.000 kelahiran. Tingginya angka kematian perinatal di rumah sakit ini dibandingkan dengan angka insidensi Nasional dan DKI Jakarta, karena angka epidemiologi Nasional dan DKI Jakarta tersebut merupakan angka keseluruhan kelahiran yang termasuk di dalamnya kelahiran-kelahiran yang tidak berisiko yang dilakukan di bidan atau fasilitas kesehatan tingkat pertama, sedangkan angka insidensi di rumah sakit akan lebih tinggi karena sebagian besar kelahiran yang dilakukan di rumah sakit adalah kelahiran-kelahiran yang berisiko yang tentunya risiko angka kematian perinatal juga akan meningkat. Namun demikian, angka insidensi kematian perinatal tahun 2014 sudah sama dengan angka insidensi Nasional. Oleh karena itu, hal ini perlu dipertahankan, bahkan ditingkatkan agar dapat menurunkan angka kematian perinatal serendah mungkin. (1)

4.1.1.4 Insidensi Kelahiran Preterm

Tabel 4.4 Insidensi Kelahiran Preterm di RS Prikasih Tahun 2010-2014

Tahun Jumlah Kelahiran (orang) Kelahiran Pretem (orang) Persentase (%)

2010 861 1 0,1

2011 906 2 0,2

2012 927 3 0,3

2013 699 3 0,4

2014 643 4 0,6

Total 4063 13 0,3

Dari Tabel 4.3 di atas dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan insidensi kelahiran preterm dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Dan secara rerata persentase kelahiran preterm sebesar 0,3%. Angka ini lebih rendah dari data analisis Riskesdas tahun 2010 yang menunjukkan data 4,1%. Yang mungkin menjadi salah satu penyebab rendahnya angka kelahiran


(48)

33

preterm ini adalah kebijakan rumah sakit yang merujuk pasien dengan janin risiko tinggi ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lebih baik, yang termasuk di dalamnya pasien yang memiliki usia kehamilan di bawah 37 minggu atau kehamilan preterm, hal ini dibuktikan dari penelitian Deswita pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa angka kejadian bayi prematur dan berat badan lahir rendah rerata 14-16 bayi perbulan di RSAB Harapan Kita dan sekitar 26-30 bayi perbulan di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.

(15,39)

Tabel 4.5 Kategori Preterm Tahun 2010-2014

Kategori Preterm Jumlah (orang) Persentase (%)

Extreme (<28 minggu) 7 53,8

Very (28-31 minggu) 2 15,4

Late (32-36 minggu) 4 30,8

Jumlah 13 100

Dari tabel diatas didapatkan bahwa kategori kelahiran pretem terbanyak yaitu kategori extereme pretem yaitu sebesar 53,8% atau 7 orang, diikuti oleh late preterm (30,8% atau 4 orang), dan very preterm (15,4% atau 2 orang).

Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa angka kelahiran pretem sudah cukup rendah, dan ini merupakan hal yang baik, karena dengan rendahnya angka preterm, angka kematian perinatal dan neonatal pun akan semakin menurun. (15,29)


(49)

4.1.2 Karakteristik Sampel

4.1.2.1 Sebaran Sampel berdasarkan Demografi

Tabel 4.6 Tingkat Pendidikan dan Sebaran Usia Ibu dengan Bayi Preterm tahun 2010-2014

Demografi Ibu Jumlah (orang) Persentase (%) Tingkat Pendidikan Ibu

Sarjana (S1, S2, atau S3) 4 30,8

SMA 7 53,8

SMP 2 15,4

Usia Ibu (tahun)

21 1 8

22 1 8

23 0 0

24 2 15

25 0 0

26 0 0

27 1 8

28 3 23

29 1 8

30 2 15

31 1 8

Jumlah 13 100

Dari Tabel 4.5 didapatkan bahwa persentase tingkat pendidikan ibu tertinggi yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 53,8%, diikuti dengan Sarjana (S1, S2, atau S3) sebanyak 30,8%, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 15,4%. Dari penelitian Morgen C S, dkk didapatkan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor prediksi yang kuat untuk terjadinya kelahiran preterm, pendidikan ibu yang lebih dari 12 tahun secara signifikan memiliki tingkat kelahiran preterm yang lebih rendah dibandingkan yang lain, dan hal ini sesuai dengan penelitian ini yang didapatkan bahwa angka kelahiran preterm untuk pasien dengan pendidikan lebih dari 12 tahun (sarjana) hanya 30,8%, sedangkan sisanya dialami oleh pasien dengan pendidikan yang lebih rendah. (40)

Selanjutnya secara sebaran usia ibu didapatkan bahwa usia terbanyak ibu yang mengalami kelahiran preterm yaitu 28 tahun (23%). Dari hasil ini tidak terdapat usia yang dominan, walaupun di berbagai


(50)

35

jurnal dijumpai bahwa usia kehamilan mempengaruhi kelahiran preterm, namun usia yang dimaksud adalah terlalu muda (<18 tahun) atau terlalu tua (>35 tahun). (36)

4.1.2.2 Sebaran Sampel berdasarkan Status Gestasi Ibu

Tabel 4.7 Status Gestasi Ibu dengan Bayi Preterm tahun 2010-2014

Status Gestasi Jumlah (orang) Persentase (%)

Pertama 5 38

Kedua 6 46

Ketiga 2 15

Jumlah 13 100

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa persentase kelahiran preterm terbanyak pada gestasi kedua (46%), diikuti oleh gestasi pertama (38%), dan yang paling rendah yaitu gestasi ketiga (15%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shaikh K dkk, didapatkan bahwa jumlah kelahiran yang lebih banyak berpengaruh dengan kelahiran preterm. (37)

4.1.3 Gambaran Berat Badan dan Kematian Perinatal pada Kelahiran Preterm

4.1.3.1 Gambaran Berat Badan Lahir pada Kelahiran Preterm

Tabel 4.8 Gambaran Berat Badan lahir berdasarkan Kategori Preterm tahun 2010-2014 Kategori Berat Badan Lahir Kategori Preterm Jumlah Extreme (<28 minggu) Very (28-31 minggu) Late (32-36 minggu)

N* % N* % N* % N* %

BBLSR 7 100% 1 50% 1 25% 9 69%

BBLR 0 0% 1 50% 3 75% 4 31%

BBLN 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

BBLB 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Jumlah 7 100% 2 100% 4 100% 13 100%


(51)

Berdasarkan Tabel 4.7 didapatkan bahwa semua kelahiran preterm berada pada kategori berat badan di bawah normal, baik di berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) ataupun berat badan lahir rendah (BBLSR). Dan dapat kita lihat pula bahwa angka persentase BBLSR semakin menurun dengan bertambahnya usia preterm, sebaliknya angka persentase BBLR semakin meningkat.

Secara rerata, kelahiran preterm menyebabkan bayi dengan kategori BBLSR sebanyak 69%, dan sisanya menyebabkan bayi dengan kategori BBLR yaitu sebanyak 31%. Dan ini memang sesuai dengan beberapa referensi yang menyatakan bahwa kelahiran preterm adalah penyebab utama dalam terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR). (27)

4.1.3.2 Gambaran Kematian Perinatal pada Kelahiran Preterm

Tabel 4.9 Gambaran Kematian Perinatal berdasarkan Kategori Preterm tahun 2010-2014 Kategori Preterm Status Perinatal Jumlah (orang) Presentase Kematian Perinatal Hidup (orang) Meninggal (orang)

Extreme (<28 minggu) 1 6 7 85,7%

Very (28-31 minggu) 0 2 2 100%

Late (32-36 minggu) 3 1 4 25%

Jumlah 4 9 13 69,2%

Dari Tabel 4.8 didapatkan bahwa walaupun persentase kematian perinatal tertinggi terjadi pada usia kelahiran 28-31 minggu, namun angka kematian perinatal semakin menurun dengan bertambahnya usia janin. Dan didapatkan bahwa rerata angka mortalitas perinatal pada kelahiran preterm cukup tinggi yaitu sebesar 69,2%. Dari Tabel 4.3 dan Tabel 4.9 didapatkan bahwa kelahiran preterm menjadi penyebab sekitar 10% dari kematian kematian perinatal (13 bayi dari 133 bayi) di Rumah Sakit Prikasih tahun 2010-2014. Dengan tingginya angka mortalitas perinatal ini, menurut penelitian Rush R W kelahiran preterm menyebabkan 85% kematian perinatal. (28)


(52)

37

Tabel 4.10 Gambaran Kematian Perinatal berdasarkan BBL Bayi Preterm tahun 2010-2014 Kategori Berat Badan Lahir Status Perinatal Jumlah (orang) Presentase Kematian Perinatal Hidup (orang) Meninggal (orang)

BBLSR 2 7 9 77,8%

BBLR 2 2 4 50,0%

Jumlah 4 9 13 69,2%

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa pada kelahiran preterm, kematian perinatal tertinggi terjadi pada bayi dengan Berat Badan Sangat Rendah (BBLSR) yaitu sebesar 77,8%. Angka presentase kematian menurun dengan meningkatnya berat badan lahir bayi preterm. Dengan tingginya angka tersebut, sesuai dengan laporan WHO yang menyatakan bahwa berat badan dibawah normal memiliki kontribusi sebesar 60-80% dari seluruh kematian bayi. (30)

Tabel 4.11 Gambaran Kematian Perinatal berdasarkan Kategori Preterm dan BBL tahun 2010-2014

Kategori Berat Badan Lahir

Kategori Preterm

Extreme (<28 minggu) Very (28-31 minggu) Late (32-36 minggu)

N* +** % N* +** % N* +** %

BBLSR 7 6 86% 1 1 100% 1 0 0%

BBLR 0 0 0% 1 1 100% 3 1 33%

Jumlah 7 6 86% 2 2 100% 4 1 25%

* Jumlah bayi Preterm (orang) ** Jumlah kematian perinatal (orang)

Dari Tabel 4.11 didapatkan bahwa walaupun seorang janin lahir dengan usia antara 20 sampai kurang dari 28 minggu, masih terdapat harapan untuk hidup, walaupun sedikit. Al-Qur’an ternyata telah menjelaskan tentang hal tersebut, yaitu bahwa usia minimal janin bisa bertahan hidup


(53)

yaitu sekitar 24 minggu. Usia minimal tersebut didapatkan dari dua ayat di dalam al-Qur’an, yaitu ayat 15 surat al-Ahqaf yang berbunyi:

ًار ش ثالث هلاصف هل ح

Artinya:

“Mengandungnya sampai menyapihnya adalahtiga puluh bulan”. (QS. Al-Ahqaf: 15)

Dari ayat tersebut, al-Qur’an menjelaskan bahwa durasi minimal untuk mengandung dan menyusui adalah 30 bulan, di ayat lain Allah SWT berfirman bahwa durasi minimal untuk menyusui saja yaitu 24 bulan (2 tahun penuh), sebagaimana tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 233, Allah SWT berfirman:

ل يلماك يل ح هدا أ عضري ادلا لا

تي أ دارأ

عاضرلا م

Artinya:

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,

yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (QS. Al-Baqarah: 233)

Dari 2 ayat di atas dapat disimpulan bahwa waktu minimal untuk mengandung yaitu sekitar 6 bulan (30 bulan-24 bulan) atau sekitar 24 minggu, dan hal ini sesuai dengan yang didapatkan dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian ini, walaupun seorang bayi termasuk dalam

kategori extreme preterm (20-<28 minggu), bayi tersebut masih memiliki

harapan hidup yaitu sebesar 14,3%.(41)

Namun demikian, walaupun terdapat bayi yang dapat melewati masa perinatal, namun karena keterbatasan data, kami tidak dapat mengetahui bagaimana kualitas hidup atau outcome dari bayi tersebut,


(54)

39

karena bayi yang lahir preterm selain memiliki risiko yang lebih untuk mengalami kematian perinatal juga memiliki risiko untuk mengalami komplikasi baik yang jangka pendek seperti gangguan pernapasan, gangguan saraf, ataupun jangka panjang seperti gangguan kognitif dan neurologi saat usia sekolah. (38)

4.2 Analisis Hasil

4.2.1 Hubungan antara Jenis Kelahiran dengan Berat Badan Lahir

Tabel 4.12 Hubungan antara Kelahiran Preterm dengan Kejadian Berat Badan Lahir di Bawah Normal (BBLR/SR)

Berat Badan lahir

Jumlah P-Value

BBLR/SR N (%)

BBLN N (%)

Kelahiran Preterm 13 (100%) 0 (0%) 13

0,00 Normal 404 (10,2%) 3565 (89,8%) 3969

Jumlah 417 (10,5%) 3565 (89,5%) 3982

Dari Tabel 4.12 didapatkan bahwa jumlah kelahiran yang memiliki berat badan lahir rendah/sangat rendah (BBLR/SR) dan berat badan lahir normal (BBLN) sebanyak 3982 bayi. Terdapat 81 kelahiran dari seluruh kelahiran (4.063 kelahiran) yang tidak dimasukkan, karena memiliki berat badan lahir besar (BBLB). Dari analisis diatas, didapatkan bahwa kelahiran preterm memiliki hubungan yang signifikan bermakna dalam menyebabkan berat badan lahir dibawah normal (BBLR/SR) dengan nilai P<0,05.

4.2.2 Hubungan antara Jenis Kelahiran dengan Kematian Perinatal

Tabel 4.13 Hubungan antara Kelahiran Preterm dengan Kematian Perinatal

Kematian Perinatal

Jumlah P-Value

Meninggal N (%)

Hidup N (%)

Kelahiran Preterm 9 (69,2%) 4 (30,8%) 13

0,00 Normal 124 (3,1%) 3926 (96,9%) 4050


(55)

Dari Tabel 4.13 didapatkan bahwa jumlah kematian perinatal sebesar 133 bayi (3,3%). Dari analisis diatas, didapatkan bahwa kelahiran preterm memiliki hubungan yang signifikan bermakna dalam menyebabkan kematian perinatal dengan nilai P<0,05.

4.3. Keterbatasan Penelitian

1. Data yang diambil berasal dari rumah sakit swasta yang tentunya angka kelahirannya lebih sedikit dari angka kelahiran di rumah sakit pemerintah, sehingga angka kelahiran pretemnya pun sedikit.

2. Terdapat keterbatasan data, sehingga tidak dapat mencari faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya preterm serta tidak dapat mengetahui kualitas hidup ataupun outcome dari bayi preterm yang dapat melewati masa perinatalnya.


(56)

41

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada penelitian ini diketahui bahwa angka kejadian kelahiran preterm pada tahun 2010-2014 di Rumah Sakit Prikasih sebesar 0,3%. Dengan kategori terbanyak extreme preterm (53,8%), diikuti dengan late preterm (30,8%) dan very preterm (15,4%).

2. Berdasarkan berat badan lahir, semua bayi dengan kelahiran preterm memiliki berat badan lahir di bawah nomal. Bayi preterm yang termasuk BBLSR (69%), 77,8% mengalami kematian perinatal dan bayi dengan BBLR (31%), 50% mengalami kematian perinatal. Berdasarkan kategori kelahiran preterm, bayi dengan kategori extreme preterm (53,8 %), semua bayi memiliki BBLSR dan 86% mengalami kematian perinatal. Bayi dengan kategori very preterm (15,4%), 50% termasuk BBLSR dan 50% termasuk BBLR, serta semuanya mengalami kematian perinatal. Dan bayi dengan kategori late preterm (30,8%), 25% termasuk dalam kategori BBLSR, dan 75% termasuk BBLR, serta terdapat 33% kematian perinatal pada bayi dengan BBLR. Angka kematian perinatal akibat kelahiran preterm sebesar 69,2%, sedangkan kualitas hidup atau outcome dari bayi preterm yang dapat melewati masa perinatal belum bisa ditunjukkan dalam penelitian ini.

3. Kelahiran preterm secara signifikan bermakna dalam menyebabkan berat badan lahir di bawah normal dan kematian perinatal (P<0,05).


(57)

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang diberikan sebagai berikut:

a. Masyarakat Umum

Pada penelitian ini, didapatkan kesimpulan bahwa kelahiran preterm memiliki dampak yang sangat besar dalam lahirnya bayi dengan berat badan di bawah normal dan kematian perinatal. Oleh karena itu, walaupun faktor risiko pasti dari persalinan preterm masih belum diketahui dan masih dalam proses penelitian, diharapkan masyarakat menghindari faktor-faktor terjadinya kelahiran preterm dan lebih waspada apabila memiliki faktor-faktor tersebut, sehingga angka kelahiran preterm dapat diturunkan dan dampak lebih lanjut seperti lahirnya bayi dengan berat badan lahir di bawah normal serta angka kematian perinatal dapat dihindari.

b. Rumah Sakit

Pihak rumah sakit diharapkan memiliki dan mendokumentasikan rekam media yang lengkap, agar data yang dibutuhkan untuk proses penelitian menjadi lebih lebih lengkap, sehingga hasil dari penelitian dapat optimal demi pengembangan ilmu pengetahuan.

c. Peneliti

Penelitian selanjutnya diharapkan dilakukan pada rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan dengan pasien yang melakukan kelahiran lebih banyak, sehingga sampel penelitian yang mengalami kelahiran preterm lebih banyak. Dan juga penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mencari faktor-faktor prediksi kelahiran preterm serta dampak dan outcome jangka pendek ataupun jangka panjang pada bayi preterm yang dapat bertahan hidup.


(58)

43

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Maternal and perinatal country profil Indonesia: Department of Maternal, Newborn, Child and Adolescent Health.

2. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008

3. Howson, Kinney MV, Lawn JE. Born Too Soon: The Global Action Report on Preterm Birth. Geneva: World Health Organization; 2012. 4. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan; 2013. 5. WHO. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, pedoman bagi rumah

sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/kota. Jakarta: WHO Indonesia; 2008

6. American Academy of Pediatrics. Clinical report – Standar terminology of fetal, infant, and perinatal deaths. American Academy of Pediatrics. 2011. 7. Wilcox A J, Skjaerven R. Birth Weight and Perinatal Mortality: The Effect

of Gestational Age. Am J Public Health. 1992;82:378-382

8. Tortora G J, Derrickson B. Principle of anatomy and physiology. 12th ed. USA: John Wiley & Sons, Inc; 2009.

9. Cunningham F G, Leveno K J, Bloom S L, Hauth J C, Rouse D J, Spong C Y. Williams Obstetrics. 23th ed. US: McGraw-Hill Companies. 2010. 10.Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: ECG;

2012.

11.Beck S, Wojdyla D, Say L, Betran A P, Meraildi M, Requejo J H, et al. The worldwide incidence of preterm birth: a systematic review of maternal mortality and morbidity. Bull World Health Organ 2010;88:31–38

12.ACOG. Preterm (prematur) labor and birth. FAQ 087, 2014.

13.WHO. Preterm Birth, 2014. Available from:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs363/en/ (31/01/2015. Pukul 15:47)

14.Purwahati N W R, Mardiyaningsih E, Wulansari. Hubungan antara pecah ketuban dini dengan persalinan prematur di Rumah Sakit Mutiara Bunda


(59)

Salatiga. 2014. Available from: jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1233/1286

(02/02/2015.Pukul 21.55)

15. Agustiana T. Faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan prematur di Indonesia tahun 2010 (analisis data Riskesdas 2010). Jakarta: FKM UI; 2012.

16. NIH. What are the risk faktors for preterm labor and birth?. 2014.

Available from:

http://www.nichd.nih.gov/health/topics/preterm/conditioninfo/Pages/who_ risk.aspx (02/02/2015.Pukul 22.35)

17.Kiran P, Ajay B, Neena G, Geetanjaly K. Predictive Value of Various Risk Faktor for Preterm labor. J Obstet Gynecol India. 2010;60:141-145 18.Ahmed S R, El-Sammani M E, Al-Sheeha M A, Aitallah A S, Khan F J,

Ahmed S R. Pregnancy Outcome in Women with Threatened Miscarriage: a Year Study. Mat Soc Med. 2012; 24(1): 26-28

19.WHO expert consultant. Appropriate body-mass index for Asian populations and its implications for policy and intervention strategies. Lancet. 2004; 363: 157–63

20.Goldenberg RL, Iams JD, Mercer BM, Meis PJ, Moawad AH, Copper

RL, et al. The preterm prediction study: the value of new vs standard risk faktors in predicting early and all spontaneous preterm births. NICHD MFMU Network. Am J Public Health. 1998 Feb; 88(2): 233–238.

21.Al-Salami KS, Alyasin ZT, Hussain RN. Influence of body mass index on the incidence of preterm labour. Bas J Surg. 2009.

22.Goldenberg R L, Culhane J F, Lams J D, Romero R. Epidemiology and causes of preterm birth. 2008: 371

23.Krohn MA, Hillier SL, Nugent RP, et al. The genital fl ora of women with intraamniotic infection. J Infect Dis. 1995; 171: 1475–80.

24.Hillier SL, Krohn MA, Cassen E, et al. The role of bacterial vaginosis and

vaginal bacteria in amniotic fl uid infection in women in preterm labor


(60)

45

25.Cram LF, Zapata MI, Toy EC, Baker B 3rd. Genitourinary infections and their association with preterm labor. Am Fam Physician. 2002 Jan 15;65(2):241-8.

26.Wilcox A J. Reformulations on the importence and the unimportance of birthweight. Great Britain: International Epidemiological Association. 2001;30:1233-1241.

27.Behrman R E, Kliegman R M, Jenson H B. Nelson texbook of pediatrics. 17th ed. USA: Saunders, An Imprint of Elsevier. 2014.

28.Rush RW, Keirse MJ, Howat P, Baum JD, Anderson AB, Turnbull AC. Contribution of preterm delivery to perinatal mortality. British Medical Journal. 1976;2(6042):965-968.

29.Jehan M, Harris H, Salat S, Zeb A. Mobeen N, Pasha O, McClure, et al. Meonatal Mortality, risk factors and causes: a prospective population-based cohort study in urban Pakistan. Bulletin of the World Health Organization. 2009;87:130-138. Available from:

http://www.who.int/bulletin/volumes/87/2/08-050963/en/

30.WHO. Care of the preterm and/or low-birth-weight newborn. Available from:

http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/newborn/care_of_pr eterm/en/

31.Dahlan S. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika; 2009

32.Dahlan S. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto; 2010

33.Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2010

34.Junaidi H. Analisis kuantitas dan kualitas penduduk sebagai modal dasar dan orientasi pembangunan di Provinsi Jambi. Jambi; 2011.

35.Badan Pusat Statistik Jakarta Selatan. Jumlah penduduk menurut kecamatan, jenis kelmin, dan rasio jenis kelamin 2013. Jakarta, 2013. Available from: http://jakselkota.bps.go.id/index.php?hal=tabel&id=4


(61)

36.Lisonkova S, Janssen P A, Sheps S B, Lee S K, Dehlgren L. The effect of maternal age on adverse birth outcome: Does parity matter? J Obstet Gynaecol Can. 2010;32(6):541–548.

37.Shaikh K, Premji S S, Rose M S, Kazi A, Khowaja S, Tough S. The Association between parity, infant gender, higher level of paternal education and preterm birth in Pakistan: a cohort study. BMC Pregnancy and Childbirth. 2011, 11:88

38.Marlow N, Wolke D, Bracewell MD, et al. Neurologic and developmental disability at six years of age after extremely preterm birth. New England Journal of Medicine. 2005;352(1) :9-19.

39.Deswita. Pengaruh perawatan metode kangguru terhadap respon fisiologis bayi prematur dan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi di dua rumah sakit di Jakarta. Jakarta: FIK UI; 2010.

40.Morgen C S, Bjork C, Andersen P K, Mortensen L H, Andersen A N. Sosioeconomic position and the risk of preterm birth: a study within the Danish National Birth Cohort. International Journal of Epidemiology. 2008;37:1109-1120.

41.Departemen Agama RI. Qur’an Tajwid dan Terjemahnya. Jakarta: Magfirah Pustaka; 2006.


(62)

47

Lampiran 1. Riwayat Hidup

Riwayat Hidup

1. Identitas Diri

 Nama Lengkap : M. Ilyas Saputera

 Nama Panggilan : Ilyas

 Tempat, Tanggal Lahir : Negara, 15 April 1994

 Golongan Darah : B

 Agama : Islam

 Alamat : Jl. Pekapuran Kecil, No. 30, RT 02/III,

Negara, Kalimantan Selatan

 Alamat Domisili : Jl. Tarumanegara, No. 100, Ciputat, Tanggerang Selatan

 No. Telp/Hp : 0856 844 7904

 Email : ilyasyzb@gmail.com

2. Riwayat Pendidikan

 TK Melati, Kalimantan Selatan (1999-2000)

 SDN 1 Pekapuran Kecil, Kalimantan Selatan (2000-2006)  SMP Darul Hijrah Putra, Kalimantan Selatan (2006-2009)  MA Darul Hijrah Putra, Kalimantan Selatan (2009-2012)  PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (2012-Sekarang)

3. Riwayat Organisasi

 Ketua Lulusan ke-20 Pondok Pesantren Darul Hijrah Putra (2011-2012)  Ketua Fungsional BEMPD (2014)

 Wakil Ketua DEMA FKIK (2014-Sekarang)

 Wakil Koordinator Nasional Bidang Pendidikan dan Profesi ISMKI (2015-Sekarang)

 Ketua Delegasi Indonesia di APRM IFMSA, Filipina (2015)


(1)

44

Salatiga. 2014. Available from:

jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1233/1286 (02/02/2015.Pukul 21.55)

15. Agustiana T. Faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan prematur di Indonesia tahun 2010 (analisis data Riskesdas 2010). Jakarta: FKM UI; 2012.

16. NIH. What are the risk faktors for preterm labor and birth?. 2014.

Available from:

http://www.nichd.nih.gov/health/topics/preterm/conditioninfo/Pages/who_ risk.aspx (02/02/2015.Pukul 22.35)

17. Kiran P, Ajay B, Neena G, Geetanjaly K. Predictive Value of Various Risk Faktor for Preterm labor. J Obstet Gynecol India. 2010;60:141-145 18. Ahmed S R, El-Sammani M E, Al-Sheeha M A, Aitallah A S, Khan F J,

Ahmed S R. Pregnancy Outcome in Women with Threatened Miscarriage: a Year Study. Mat Soc Med. 2012; 24(1): 26-28

19. WHO expert consultant. Appropriate body-mass index for Asian populations and its implications for policy and intervention strategies. Lancet. 2004; 363: 157–63

20. Goldenberg RL, Iams JD, Mercer BM, Meis PJ, Moawad AH, Copper

RL, et al. The preterm prediction study: the value of new vs standard risk faktors in predicting early and all spontaneous preterm births. NICHD MFMU Network. Am J Public Health. 1998 Feb; 88(2): 233–238.

21. Al-Salami KS, Alyasin ZT, Hussain RN. Influence of body mass index on the incidence of preterm labour. Bas J Surg. 2009.

22. Goldenberg R L, Culhane J F, Lams J D, Romero R. Epidemiology and causes of preterm birth. 2008: 371

23. Krohn MA, Hillier SL, Nugent RP, et al. The genital fl ora of women with intraamniotic infection. J Infect Dis. 1995; 171: 1475–80.

24. Hillier SL, Krohn MA, Cassen E, et al. The role of bacterial vaginosis and vaginal bacteria in amniotic fl uid infection in women in preterm labor with intact fetal membranes. Clin Infect Dis. 1994; 20: S276–78.


(2)

25. Cram LF, Zapata MI, Toy EC, Baker B 3rd. Genitourinary infections and their association with preterm labor. Am Fam Physician. 2002 Jan 15;65(2):241-8.

26. Wilcox A J. Reformulations on the importence and the unimportance of birthweight. Great Britain: International Epidemiological Association. 2001;30:1233-1241.

27. Behrman R E, Kliegman R M, Jenson H B. Nelson texbook of pediatrics. 17th ed. USA: Saunders, An Imprint of Elsevier. 2014.

28. Rush RW, Keirse MJ, Howat P, Baum JD, Anderson AB, Turnbull AC. Contribution of preterm delivery to perinatal mortality. British Medical Journal. 1976;2(6042):965-968.

29. Jehan M, Harris H, Salat S, Zeb A. Mobeen N, Pasha O, McClure, et al. Meonatal Mortality, risk factors and causes: a prospective population-based cohort study in urban Pakistan. Bulletin of the World Health Organization. 2009;87:130-138. Available from:

http://www.who.int/bulletin/volumes/87/2/08-050963/en/

30. WHO. Care of the preterm and/or low-birth-weight newborn. Available from:

http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/newborn/care_of_pr eterm/en/

31. Dahlan S. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika; 2009

32. Dahlan S. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto; 2010

33. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2010

34. Junaidi H. Analisis kuantitas dan kualitas penduduk sebagai modal dasar dan orientasi pembangunan di Provinsi Jambi. Jambi; 2011.

35. Badan Pusat Statistik Jakarta Selatan. Jumlah penduduk menurut kecamatan, jenis kelmin, dan rasio jenis kelamin 2013. Jakarta, 2013. Available from: http://jakselkota.bps.go.id/index.php?hal=tabel&id=4


(3)

46

36. Lisonkova S, Janssen P A, Sheps S B, Lee S K, Dehlgren L. The effect of maternal age on adverse birth outcome: Does parity matter? J Obstet Gynaecol Can. 2010;32(6):541–548.

37. Shaikh K, Premji S S, Rose M S, Kazi A, Khowaja S, Tough S. The Association between parity, infant gender, higher level of paternal education and preterm birth in Pakistan: a cohort study. BMC Pregnancy and Childbirth. 2011, 11:88

38. Marlow N, Wolke D, Bracewell MD, et al. Neurologic and developmental disability at six years of age after extremely preterm birth. New England Journal of Medicine. 2005;352(1) :9-19.

39. Deswita. Pengaruh perawatan metode kangguru terhadap respon fisiologis bayi prematur dan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi di dua rumah sakit di Jakarta. Jakarta: FIK UI; 2010.

40. Morgen C S, Bjork C, Andersen P K, Mortensen L H, Andersen A N. Sosioeconomic position and the risk of preterm birth: a study within the Danish National Birth Cohort. International Journal of Epidemiology. 2008;37:1109-1120.

41. Departemen Agama RI. Qur’an Tajwid dan Terjemahnya. Jakarta: Magfirah Pustaka; 2006.


(4)

47 Riwayat Hidup

1. Identitas Diri

 Nama Lengkap : M. Ilyas Saputera  Nama Panggilan : Ilyas

 Tempat, Tanggal Lahir : Negara, 15 April 1994  Golongan Darah : B

 Agama : Islam

 Alamat : Jl. Pekapuran Kecil, No. 30, RT 02/III, Negara, Kalimantan Selatan

 Alamat Domisili : Jl. Tarumanegara, No. 100, Ciputat, Tanggerang Selatan

 No. Telp/Hp : 0856 844 7904

 Email : ilyasyzb@gmail.com

2. Riwayat Pendidikan

 TK Melati, Kalimantan Selatan (1999-2000)

 SDN 1 Pekapuran Kecil, Kalimantan Selatan (2000-2006)  SMP Darul Hijrah Putra, Kalimantan Selatan (2006-2009)  MA Darul Hijrah Putra, Kalimantan Selatan (2009-2012)  PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (2012-Sekarang) 3. Riwayat Organisasi

 Ketua Lulusan ke-20 Pondok Pesantren Darul Hijrah Putra (2011-2012)  Ketua Fungsional BEMPD (2014)

 Wakil Ketua DEMA FKIK (2014-Sekarang)

 Wakil Koordinator Nasional Bidang Pendidikan dan Profesi ISMKI (2015-Sekarang)

 Ketua Delegasi Indonesia di APRM IFMSA, Filipina (2015)


(5)

48

Lampiran 2. Output SPSS

Jenis Kelahiran dengan BBL

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kelahiran * BBLahir 3982 100,0% 0 0,0% 3982 100,0%

Kelahiran * BBLahir Crosstabulation

BBLahir

Total

BBLR/SR Normal

Kelahiran Preterm Count 13 0 13

Expected Count 1,4 11,6 13,0

% within Kelahiran 100,0% 0,0% 100,0%

% within BBLahir 3,1% 0,0% 0,3%

Normal Count 404 3565 3969

Expected Count 415,6 3553,4 3969,0

% within Kelahiran 10,2% 89,8% 100,0%

% within BBLahir 96,9% 100,0% 99,7%

Total Count 417 3565 3982

Expected Count 417,0 3565,0 3982,0

% within Kelahiran 10,5% 89,5% 100,0%

% within BBLahir 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 111,503a 1 ,000

Continuity Correctionb 102,128 1 ,000

Likelihood Ratio 59,035 1 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear

Association 111,475 1 ,000

N of Valid Cases 3982

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,36. b. Computed only for a 2x2 table


(6)

Jenis Kelahiran dengan Kematian Perinatal

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kelahiran * Kematian 4063 100,0% 0 0,0% 4063 100,0%

Kelahiran * Kematian Crosstabulation

Kematian

Total

Meninggal Hidup

Kelahiran Preterm Count 9 4 13

Expected Count ,4 12,6 13,0

% within Kelahiran 69,2% 30,8% 100,0%

% within Kematian 6,8% 0,1% 0,3%

Normal Count 124 3926 4050

Expected Count 132,6 3917,4 4050,0

% within Kelahiran 3,1% 96,9% 100,0%

% within Kematian 93,2% 99,9% 99,7%

Total Count 133 3930 4063

Expected Count 133,0 3930,0 4063,0

% within Kelahiran 3,3% 96,7% 100,0%

% within Kematian 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 179,189a 1 ,000

Continuity Correctionb 158,900 1 ,000

Likelihood Ratio 46,352 1 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear

Association 179,145 1 ,000

N of Valid Cases 4063

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,43. b. Computed only for a 2x2 table