Fungsi Dan Tugas Inspektorat Dalam Pengendalian Intern Barang Milik Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Karo Sumatera Utara

(1)

Tenun Sembiring : Fungsi Dan Tugas Inspektorat Dalam Pengendalian Intern Barang Milik Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Karo Sumatera Utara, 2009.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

FUNGSI DAN TUGAS INSPEKTORAT DALAM PENGENDALIAN INTERN BARANG MILIK DAERAH PADA PEMERINTAH

KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA

Oleh :

NAMA : TENUN SEMBIRING NIM : 060522113

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“ Fungsi dan Tugas Inspektorat Dalam Pengendalian Barang Milik Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Karo Sumatera Utara”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar ap adanya. Bila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan Universitas.

Medan, Maret 2009 Yang Membuat Pernyataan

Tenun Sembiring


(3)

KATA PENGANTAR

Segala hormat, puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, untuk setiap kasih dan anugrahNya yang telah menyertai dan memampukan Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memenuhi gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, Penulis menerima saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini Penulis mendapat banyak bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, AK., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, MSi, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan kepada Penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak., selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan Bapak Drs. Chairul Nazwar, Ak., selaku Dosen Pembanding/Penguji II.


(4)

5. Bapak Kepala Inspektorat Pemerintah Kabupaten Karo, yang telah banyak membantu penulisan terkhususnya dalam menyediakan data.

6. Kedua orangtua saya yang tercinta, untuk semua kasih sayang, perhatian, pengertian, dan dukungan atas doanya bagi Penulis.

Demikian skripsi ini disusun dengan segala keterbatasan Penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Medan, Maret 2009 Penulis

Tenun Sembiring NIM : 060522113


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan : (1) untuk mengetahui apakah tugas dan fungsi Inspektorat Pemerintah Kabupaten Karo telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang berlaku, (2) untuk mengetahui apakah pengendalian intern dalam barang milik daerah Pemerintah Kabupaten Karo sudah efektif. Sebagai unit analisis dalam penelitian ini adalah Pemerintahan Kabupaten Karo Sumatera Utara dan data penelitian diperoleh dari hasil wawancara dengan penanggungjawab dan petugas Inspektorat. Selain itu data penelitian diperoleh juga dari sumber tertulis baik berupa dokumen-dokumen yang tersedia di unit analisis maupun pedoman yang berlaku.

Metode penilitian berupa studi kasus yang menggunakan metode pendekatan deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer, dengan tehnik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi dan tugas Inspektorat dalam pengendalian intern barang milik daerah pada Pemerintahan Kabupaten Karo belum berjalan dengan efektif .

Kata kunci : Fungsi dan Tugas Inspektorat, Pengendalian Intern, Barang Milik Daerah


(6)

ABSTRACT

The purpose of this research are knowing : (1) whether the what to function and task of Inspectorat in The Government of Karo Regency, complies with regulations. (2) whether the what internal control in commodity of property area in The Government of Karo Regency have been done effective. The analisis unit in this research is The Government of Karo Regency and the research obtained interview with unctionary and personnel in charge in Inspectorat. Beside that, research data can also be obtained from the written resources by documentations and complies with regulations.

Research method like study using descriptive approach method. Data which applied is primary and secondary data, with technique in data collecting by documentation and interview.

Research result indicate that function and task of Inspectorat in internal control commodity of property area The Government of Karo Regency is not been done effective.

Keywords : Function and Task of Inspectorat, Internal Control, Commodity of Property Area


(7)

DAFTAR ISI SKRIPSI

Halaman

PERNYATAAN………...i

KATA PENGANTAR………ii

ABSTRAK……….iv

ABSTRACT ………...v

DAFTAR ISI………..vi

DAFTAR TABEL………...viii

DAFTAR LAMPIRAN……….ix

BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah………1

B.Perumusan Masalah………...4

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian………..4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi dan Tugas Inspektorat………...……….6

B. Pengertian dan Penggolongan Barang Milik Daerah……….7

1. Pengertian Barang Milik Daerah……...………7

2. Penggolongan Barang Milik Daerah……….8

C. Pengendalian Intern………..10

1. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Intern………...……10

2. Jenis-jenis Pengendalian Intern………...11


(8)

4. Unsur-unsur Pengendalian Intern………14

D. Kerangka Konseptual………18

BAB III : METODE PENILITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………..20

B. Jenis Data……….20

C. Teknik Pengumpulan Data………...21

D. Metode Analisis Data………...21

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian…….………22

1. Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Karo…...…………..22

2. Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Karo………...25

3. Fungsi dan Tugas Inspektorat Pemerintah Kabupaten Karo……….….35

4. Penggolongan Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Karo………..36

5. Pengendalian Intern Pemerintah Kabupaten Karo………....….41

B. Analisis Fungsi dan Tugas Inspektorat Dalam Pengendalian Intern Barang Milik Daerah…...45

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………...…51

B. Saran……….…52

DAFTAR PUSTAKA………...………53 Lampiran


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pemerintah Pusat dengan Daerah merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Setelah keluarnya undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tersebut maka, Penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia diwarnai dengan desentralisasi dan otonomisasi pemerintahan. Titik berat ini berimplikasikan terhadap struktur dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, khususnya dalam konteks pembinaan dan pengawasan. Eksistensi lembaga pengawasan fungsional memiliki arti penting dan peran yang signifikan dalam proses pengawasan penyelenggaraan pemerintahan di daerah salah satu lembaga tersebut adalah Inspektorat yang dibentuk sebagai perangkat daerah yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan Daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Inspektorat dapat menjadi ujung tombak untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan di daerah. Peran Inspektorat ini menjadi sangat penting karena kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi menempatkan kabupaten dan kota sebagai pelaksana terdepan pembangunan.


(10)

Daerah akan banyak menerima limpahan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) seperti Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Karena itu, upaya peningkatan efektivitas Inspektorat untuk pengawasan keuangan di daerah menjadi sangat penting.

Tuntutan dan kebutuhan era globalisasi, perwujudan kepemerintahan yang baik (good governance), upaya pemulihan ekonomi nasional dan daerah, serta pemulihan kepercayaan baik secara lokal, nasional maupun internasional terhadap pemerintah Indonesia, mengharuskan Pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis, antara lain dalam pengendalian intern barang milik Daerah. Barang milik Daerah merupakan salah satu modal dasar yang harus dikelola dengan sebaik-baiknya karena menyangkut eksistensi dan kelangsungan hidup masyarakat.

Undang-undang di bidang keuangan negara membawa implikasi perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih akuntabel dan transparan. Hal ini baru dapat dicapai jika seluruh tingkat pimpinan menyelenggarakan kegiatan pengendalian atas keseluruhan kegiatan di instansi masing-masing. Dengan demikian maka penyelenggaran kegiatan pada suatu Instansi Pemerintah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban, harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efisien dan efektif, melaporkan pengelolaan keuangan negara secara handal, mengamankan aset negara, dan mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem ini dikenal sebagai Sistem Pengendalian Intern yang dalam penerapannya harus


(11)

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.

Unsur-unsur pengendalian intern dalam lingkungan pemerintahan adalah lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan sistem Pengendalian Intern dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi daya manusia, kode etik, standar audit, dan pelaporan.

Di dalam pengelolaan barang milik daerah peranan Inspektorat sangat penting untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi sebagai fungsi pelayanan kepada organisasi dengan memberikan rekomendasi atau hasil analisis atas kegiatan yang dievaluasinya untuk disampaikan kepada manajemen. Barang milik daerah sebagai salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat harus dikelola dengan baik dan benar, yang pada gilirannya dapat mewujudkan pengelolaan barang milik daerah dengan memperhatikan azas fungsional, kepastian hukum, tranparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.

Audit atas barang/asset daerah sangat penting karena biasanya asset/barang daerah merupakan kekayaan terbesar yang dimiliki oleh suatu


(12)

pemerintah daerah. Masalah berikutnya adalah bahwa asset/barang daerah rawan terhadap terjadinya inefisiensi, dirusak, atau disalahgunakan secara sengaja atau tidak sengaja dan pencurian, serta tidak dilakukanya pelaporan oleh unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kepada bagian Umum dan Perlengkapan. Oleh karena itu, perlakuan asset/barang oleh pemerintah daerah harus diperhatikan secara khusus.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Fungsi dan Tugas Inspektorat Dalam Pengendalian

Intern Barang Milik Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Karo Sumatera Utara.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalahnya adalah sebagai berikut : ”Apakah fungsi dan tugas Inspektorat telah berjalan dengan efektif dalam pemgendalian intern barang milik daerah pada Pemerintahan Kabupaten Karo Sumatera Utara”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah fungsi dan tugas Inspektorat dalam pengendalian intern barang milik daerah pada Pemerintahan Kabupaten Karo sudah efektif atau belum.


(13)

B. Manfaat Penelitian

1. Pemerintah Kabupaten Karo, sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan sistem pengendalian intern dalam barang milik daerah.

2. Peneliti selanjutnya, sebagai salah satu acuan untuk menambah dan membandingan mengenai objek masalah tentang fungsi dan tugas Inspektorat dalam pengendalian intern barang milik daerah.

3. Peneliti, untuk menambah wawasan dan pengalaman mengenai fungsi dan tugas Inspektorat dalam pengendalian intern barang milik daerah.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fungsi dan Tugas Inspektorat

Inspektorat adalah lembaga teknis dan berfungsi sebagai unsur penunjang Pemerintahan Kabupaten di bidang pengawasan. Inspektorat Kabupaten dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang merupakan Pejabat Eselon IIb, yang kedudukannya setingkat dengan asisten Sekeretaris Daerah (Sekda), Kepala Dinas, dan Pimpinan Lembaga Teknis lainnya (Kepala Badan dan Kepala Kantor).

Inspektorat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum Pemerintah Daerah dan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur atau Bupati.

Menurut Yuwono dan Munandar, Inspektorat wilayah Kabupaten bertugas :

1) melaksanakan pemeriksaan terhadap setiap perangkat Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II, perangkat Kota Administratif, perangkat pemerintahan Kecamatan, perangkat Pemerintahan Desa dan perangkat Departemen Dalam Negeri di Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang bersangkutan yang meliputi bidang-bidang pembinaan sosial politik, pembinaan pemerintahan umum, pembinaan pemerintahan desa, pembinaan otonomi daerah, pembangunan desa, agraria, administrasi, organisasi dan ketatalaksanaan, kepegawaian, keuangan perlengkapan dan peralatan, perusahaan daerah dan lain-lain yang ditugaskan oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II.

2) melakukan pengujian serta penilaian atas hasil laporan berkala atau sewaktu-waktu dari setiap unsur atau instansi dilingkungan Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II, Kota Administratif, Kecamatan dan Desa serta unsur atau instansi dilingkungan Departemen Dalam Negeri di Kabupaten/Kotamadya Daerah Tk.II atas petunjuk Bupati Kepala Daerah Tingkat II.


(15)

3) melakukan pengusutan mengenai kebenaran laporan atau pengaduan tentang hambatan penyimpangan atau penyalahgunaan dibidang pembinaan sosial politik, pembinaan pemerintahan umum, pembinaan pemerintahaan desa, pembinaan otonomi daerah, pembanguna desa, agraria, administrasi, organisasi, dan ketatalaksanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan peralatan perusahaan daerah yang dilakukan oleh unsur atau instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tk. II Kota Administratif, Kecamatan, dan Desa serta unsur dan instansi di lingkungan Departemen Dalam Negeri di Kabupaten/Kotamadya TK. II.

4) melaksanakan pemberian pelayanan teknis administratif dan menginventarisasi semua Peraturan Daerah Tingkat I dan Peraturan Daerah Tingkat II serta kebijaksanaan Menteri Dalam Negeri dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/ Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan.

B. Pengertian dan Penggolongan Barang Milik Daerah 1. Pengertian Barang Milik Daerah

Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang sah. Barang milik daerah yang berasal dari perolehan lainnya yang sah meliputi : a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis

b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak c. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang

d. barang yang berasal berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 menyatakan,

“Barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang


(16)

termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya.”

2. Penggolongan Barang Milik Daerah

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 menyatakan, barang milik Daerah digolongkan kedalam 6 kelompok yaitu :

1. tanah

Tanah perkampungan, tanah pertanian, tanah perkebunan, kebun campuran, hutan, tanah kolam ikan, danau/rawa, sungai, tanah tandus/rusak, tanah alang-alang dan padang rumput, tanah pengguna lain, tanah bangunan dan tanah pertambangan, tanah badan jalan dan lain-lain sejenisnya

2. peralatan dan mesin a. alat-alat besar

Alat-alat besar darat, alat-alat besar apung, alat-alat bantu dain lain-lain sejenisnya.

b. alat-alat angkutan

Alat angkutan darat bermotor, alat angkutan darat tak bermotor, alat angkutan apung bermotor, alat angkutan darat tak bermotor, alat angkutan bermotor udara, dain lain-lain sejenisnya.

c. alat-alat bengkel dan alat ukur

Alat bengkel bermotor, alat bengkel tak bermotor, dain lain-lain sejenisnya

d. alat-alat pertanian/peternakan

Alat pengolahan tanah dan tanaman, alat pemeliharaan tanaman/pasca penyimpanan dan lain-lain sejenisnya.

e. alat-alat kantor dan rumah tangga

Alat kantor, alat rumah tangga, dain lain-lain sejenisnya. f. alat studio dan alat komunikasi

Alat studio, alat komunikasi, dan lain-lain sejenisnya. g. alat-alat kedokteran

Alat kedokteran seperti alat kedokteran umum, alat kedokteran gigi, alat kedokteran keluarga berencana, alat kedokteran mata, alat kedokteran THT, alat rontgen, alat farmasi, dan lain-lain sejenisnya. h. alat-alat laboratorium

Unit alat laboratorium, alat peraga/praktek sekolah, dain lain-lain sejenisnya.

i. alat-alat keamanan

Senjata api, Persenjataan non senjata api, amunisi, senjata sinar, dan lain-lain sejenisnya.


(17)

3. gedung dan bangunan a. bangunan gedung

Bangunan gedung tempat kerja, bangunan gedung, bangunan instalasi, bangunan gedung tempat ibadah, rumah tempat tinggal dan gedung lainnya yang sejenis.

b. bangunan monumen

Candi, monumen alam, monumen sejarah, tugu peringatan dan lain-lain sejenisnya.

4. jalan, irigasi dan jaringan a. jalan dan jembatan

Jalan, jembatan, terowongan dan lain-lain sejenisnya. b. bangunan air/irigasi

Bangunan air irigasi, bangunan air pasang, bangunan air pengembangan rawa dan polde, bangunan air pengaman sungai dan penanggul, bangunan air minum, bangunan air kotor dan bangunan air lain-lain yang sejenis.

c. instalasi

Instalasi air minum, instalasi air kotor, instalasi pengolahan sampah, instalasi pengolahan bahan bangunan, instalasi pembangkit listrik, instalasi gardu listrik dan lain-lain sejenisnya.

d. jaringan

Jaringan air minum, jaringan listrik dan lain-lain sejenisnya. 5. aset tetap lainnya

a. buku dan perpustakaan

Buku seperti buku umum, filsafah, agama, ilmu sosial, ilmu bahasa, matematika dan pengetahuan alam, ilmu pengetahuan praktis, arsitektur, kesenian dan olah raga, geografi, biografi, sejarah, dain lain-lain sejenisnya.

b. barang bercorak kesenian/kebudayaan

Barang bercorak kesenian, kebudayaan seperti pahatan, lukisan, alat kesenian, alat olah raga, tanda penghargaan, dan lain-lain sejenisnya. c. hewan/ternak dan tumbuhan

Hewan seperti binatang ternak, binatang unggas, binatang melata, binatang ikan, hewan kebun binatang, dan lain-lain sejenisnya.

Tumbuh-tumbuhan seperti pohon jati, pohon mahoni, pohon kenari, pohon asem, dain lain-lain sejenisnya termasuk pohon ayoman/pelindung.


(18)

C. Pengendalian Intern

1. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Intern

a. Pengertian Pengendalian Intern

Pengendalian intern dapat mempunyai beberapa pengertian, yaitu pengendalian intern dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit pengendalian intern merupakan prosedur-prosedur mekanis untuk memeriksa ketelitian data-data administrasi seperti misalnya mencocokkan penjumlahan mendatar dengan penjumlahan melurus. Sedangkan dalam arti yang luas, pengendalian intern dapat dipandang sebagai sistem sosial yang mempunyai wawasan/makna khusus yang berada dalam organisasi perusahaan.

Pengertian pengendalian intern menurut Indra Bastian (2007:7) adalah “ suatu proses yang dijalankan oleh eksekutif (kepala daerah, instansi/dinas, dan segenap personel) yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yang terdiri atas :

a. keandalan laporan keuangan.

b. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. c. efektivitas dan efisiensi operasi.”

Pengertian sistem pengendalian intern menurut Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008 “ proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.”


(19)

b. Tujuan Pengendalian Intern

Menurut Indra Bastian (2001:54) tujuan pengendalian intern adalah :

i. menjaga kekayaan organisasi

Kekayaan organisasi dapat saja dicuri, disalahgunakan ataupun rusak secara tidak disengaja. Demikian juga untuk aktiva tidak nyata, seperti dokumen penting, surat berharga, dan catatan keuangan. Sistem pengendalian intern dibentuk guna mencegah ataupun menemukan aktiva yang hilang dan catatan pembukuan pada saat yang tepat.

2) mengecek kecermatan dan keandalan data akuntansi

Manajemen harus memiliki data akuntansi yang dapat diuji kecermatannya untuk melaksankan operasi. Sistem pengendalian intern dapat mencegah dan menemukan kesalahan pada saat yang tepat.

3) mendorong efisiensi usaha

Pengendalian dalam organisasi ditujukan untuk menghindari pekerjaan berganda yang tidak perlu, dan mencegah pemborosan terhadap semua aspek usaha termasuk pencegahan terhadap penggunaan sumber dana yang tidak efisien.

4) mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Manajemen menyusun prosedur dan peraturan untuk mencapai tujuan organisasi. Sistem pengendalian intern memberikan jaminan bahwa prosedur tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan.

2. Jenis-jenis Pengendalian Intern

Menurut Indra Bastian (2001:54), berikut adalah jenis-jenis pengendalian intern :

a. organisasi

Penyerahan wewenang dan tanggung jawab, termasuk jalur pelaporan untuk semua aspek operasi, dan pengendaliannya seharusnya disebutkan secara rinci dan jelas.

b. pemisahan tugas

Salah satu fungsi utama pengendalian adalah pemisahan tugas dan tanggung jawab. Apabila kedua hal tersebut digabungkan, maka seseorang mampu melakukan pencatatan dan memproses sebuah transaksi secara lengkap. Dengan kata lain, pemisahan tugas dapat mengurangi risiko terjadinya manipulasi maupun kesalahan yang disengaja.

c. fisik

Pengendalian ini berhubungan dengan suvervisi aktiva. Prosedur dan keamanan yang memadai dirancang untuk memberikan keyakinan


(20)

bahwa akses terhadap aktiva, baik langsung maupun tidak langsung lewat dokumentasi terbatas pada personel yang berwenang.

d. persetujuan dan otorisasi

Seluruh transaksi seharusnya diotorisasi ataupun disetujui oleh orang yang tepat. Batas wewenang juga harus dijelaskan.

e. akuntansi

Pengecekan akurasi catatan, penghitungan jumlah total, rekonsilasi, pemakaian nomor rekening, jurnal-jurnal, dan akuntansi untuk dokumen.

f. personel

Keberadaan prosedur menjamin bahwa penempatan personel sesuai dengan kemampuan dan tanggung jawab.

g. supervisi

Setiap sistem pengendalian intern seharusnya mencakup supervisi oleh atasan yang bertanggung jawab atas transaksi dan pencatatannya sehari-hari.

h. manajemen

Ini adalah pengendalian yang dilakukan oleh manajemen di luar tugas rutinya. Hal ini meliputi pengendalian secara keseluruhan, fungsi pengendalian internal, dan prosedur tinjauan khusus lainnya.

3. Prosedur Pengendalian Intern

Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur, selain dari lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi, yang dibuat manajemen untuk memenuhi tujuan.

Menurut Bambang Hartadi (1999:9), untuk mencapai tujuan pengendalian suatu sistem harus mempunyai enam prosedur yaitu :

a. pemisahan fungsi

Adanya pemisahan fungsi akan dapat dicapainya suatu efisiensi pelaksanaan tugas. Disamping itu ditinjau dari sistem pengendalian adanya pemisahaan fungsi, akan terdapat suatu cek silang secara otomatis atas suatu pekerjaan atau pelaksanaan suatu transaksi. Tujuan utama pemisahaan fungsi yaitu untuk menghindari dan pengawasan segera atas kesalahan atau ketidakberesan. Suatu fungsi dapat dipandang tidak sesuai apabila adanya kemungkinan seseorang untuk melakukan kesalahan atau ketidakberesan dalam kegiatan atau kondisi normal. Penerapan prinsip ini adalah adanya pemberi wewenang terhadap orang-orang atau bagian-bagian yang berlainan untuk


(21)

melakukan tanggung jawab pelaksanaan transaksi, pencatatan transaksi, dan penyimpanan aktiva adanya transaksi tersebut.

b. prosedur pemberian wewenang

Tujuan prosedur ini adalah untuk menjamin bahwa transaksi telah diotorisasi oleh orang yang berwewenang. Otorisasi dapat berupa otorisasi umum dan otorisasi khusus. Otorisasi umum menyangkut kondisi umum misalnya, adanya otorisasi terhadap daftar harga standar dan kredit untuk penjualan. Otorisasi khusus, berhubungan dengan transaksi perorangan, yaitu otorisasi penjualan khusus, penggajian atau transaksi pembelian. Bukti otorisasi khusus adalah adanya dokumentasi pada waktu terjadinya transaksi.

c. prosedur dokumentasi

Dokumentasi yang layak adalah penting untuk terciptanya sistem pengendalian akuntansi yang efektif. Dokumentasi memberi dasar penetapan tanggung jawab untuk pelaksanaan dan pencatatan transaksi. Dokumentasi dapat berbentuk faktur-faktur, voucher-voucher, tanda tangan, initial/paraf, dan cap persetujuan. Adanya pemberian angka cetak pada setiap jenis dokumen adalah membantu terciptanya memelihara pengawasan transaksi.

d. prosedur dan catatan akuntansi

Prosedur ini menekankan pencatatan transaksi dalam bagian akuntansi. Tujuan pengendalian ini adalah, pertama dapat disiapkan atau dibuatnya catatan-catatan akuntansi yang teliti secara cepat, kedua data akuntansi dapat dilaporkan kepada pihak yang menggunakan secara tepat waktu.

e. pengawasan fisik atas aktiva dan catatan akuntansi Pengawasan fisik berhubungan dengan :

1) alat keamanan dan ukuran untuk menyelamatkan akiva, catatan akuntansi, dan formulir tercetak yang gagal penggunaannya.

2) penggunaan alat yang mekanis dan elektronis dalam pelaksanaan dan pencatatan transaksi.

Alat keamanan meliputi satuan keamanan, gudang. Ukuran keamanan meliputi pembatasan untuk dapat memasuki gudang kecuali orang yang berwenang. Pengawasan fisik yang berhubungan dengan pelaksanaan transaksi meliputi baik kas register yang mekanis dan elektronis.

f. pemeriksaan intern secara bebas

Prosedur ini dirancang untuk menentukan apakah unsur-unsur yang lain dalam sistem bekerja atau tidak. Agar prosedur ini efektif maka ada 3 syarat, yaitu :

1) pengawasan dilakukan oleh orang yang bebas dan yang

bertanggung jawab untuk data tersebut.

2) pengawasan harus dilakukan pada saat atau waktu yang beralasan dan mendadak atau tanpa pemberitahuan terlabih dahulu.

3) penyimpanan harus dilaporkan kepada manajemen dan yang berhak mengambil tindakan perbaikan.


(22)

4. Unsur-unsur Pengendalian Intern

a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas adalah :

1) nilai integritas dan etika

Yang meliputi tindakan manajemen menghilangkan/mengurangi niat karyawan untuk bertindak tak terpuji, ilegal, atau tak etis. Juga menyangkut nilai-nilai dan standar perilaku karyawan melalui ketetapan kebijaksanaan dan kode etis. Karena jika orang-orang menjunjung tinggi intergritas dan memiliki etika maka, tujuan pengendalian intern akan terwujud.

2) komitmen terhadap kompetensi

Untuk mencapai tujuan entitas, personel disetiap tingkat organisasi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan paduan antara kecerdasan, pelatihan, dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi.

3) filosofi dan gaya operasi manajemen

Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi setiap entitas. Filosofi merupakan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh entitas. Gaya operasi mencerminkan


(23)

tentang bagaimana operasi suatu entitas harus dilaksanakan. Manajemen melalui semua kegiatannya memberi pengarahan kepada karyawan tentang pentingnya manajemen.

4) struktur organisasi

Struktur organisasi memberikan rerangka untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas. Pengembangan struktur organisasi suatu entitas mencakup pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab di dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. 5) pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab

Dengan pembagian wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pembagian wewenang yang jelas akan memudahkan pertanggungjawaban konsumsi sumber daya organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.

6) kebijakan dan praktik sumber daya manusia

Memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur struktur pengendalian intern yang lain dapat dikurangi sampai batas minimum, dan organisasi tetap mampu menghasilakan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan. Karena pentingnya memiliki karyawan yang kompeten dan jujur agar tercipta lingkungan pengendalian yang baik, maka organisasi perlu memiliki metode yang baik dalam menerima karyawan, mengembangkan kompetensi mereka, menilai prestasi dan memberikan kompensasi atas prestasi mereka.


(24)

b. Penaksiran Risiko

Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi beterima umum. Penaksiran risiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap risiko yang dapat timbul dari perubahan keadaan, seperti :

1) transaksi baru yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum penah dikenal.

2) perubahan standar akuntansi. 3) hukum dan peraturan baru.

4) perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan informasi.

5) pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan pelaporan informasi dan personel yang terlibat di dalam fungsi tersebut.

c. Informasi dan Komunikasi

Fokus utama dari kebijakan dan prosedur pengendalian yang berkaitan dengan sistem akuntansi adalah bahwa transaksi dilaksanakan dengan mencegah terjadinya salah saji potensial terhadap pernyataan manajemen dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah :

1) sah

2) telah diotorisasi 3) telah dicatat


(25)

4) telah dinilai secara wajar 5) telah digolongkan secara wajar

6) telah dicatat dalam periode yang seharusnya

7) telah dimasukkan ke dalam buku pembantu dan diringkas dengan benar. d. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memastikan pelaksanaan petunjuk yang dibuat oleh manajemen. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu :

1) pengendalian pengolahan informasi a. pengendalian umum

b. pengendalian aplikasi - otorisasi yang memadai

- perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai. - Pengecekan secara independen.

2) pemisahan fungsi yang memadai

3) pengendalian fisik atas kekayan pemerintah daerah dan catatan. 4) peninjauan atas kinerja.

e. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja dari struktur pengendalian internal sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun


(26)

tahap pengoperasian pengendalian, dan dilakukan pada waktu yang tepat umtuk menentukan apakah struktur pengendalian internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan apakah struktur pengendalian internal tersebut memerlukan perubahan sebagai akibat dari terjadinya perubahan keadaan.

D. Kerangka Konseptual

Keterangan :

Pejabat pengelola barang milik daerah yaitu : Sekretaris Daerah, Kepala Biro/Bagian Perlengkapan Umum/Unit Pengelola Barang Milik Daerah, Kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah, Penyimpan Barang Milik daerah, dan Pengurus Barang Milik daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya ditindaklanjuti dan diawasi oleh Inspektorat

Pemerintah Kab.Karo

Sekda Kep. Biro Kep. SKPD Kep.Unit Penyimpan

Barang

Pengurus Barang

INSPEKTORAT

Pengendalian Intern Barang Milik


(27)

untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pada Pemerintah Kabupaten Karo.


(28)

BAB III

METODE PENILITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lokasi Penelitian dilaksanakan pada Pemerintah Kabupaten Karo Sumatera Utara Jalan. Letjen Djamin Ginting nomor 17 Kabanjahe.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada Januari 2009 sampai dengan selesai. B. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer yang diperoleh dan dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara langsung dengan aparat Inspektorat dan pejabat bagian Unit Pengelola Barang Milik Daerah pada Pemkab Karo.

2. Data Sekunder

Data yang telah diolah yang diperoleh dari objek penelitian berupa :Peraturan daerah No. 19, Peraturan Pemerintah No. 41, Peraturan Bupati Karo No. 177, struktur organisasi Inspektorat Pemkab Karo, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, dan data lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini.


(29)

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan :

1. studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data dari buku-buku, jurnal, maupau sumber data lain yang mendukung dengan penelitian.

2. pengamatan (observasi), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan meninjau dan mengamati secara langsung sejauh mana sistem pengendalian intern barang milik daerah dilaksanakan.

3. teknik wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan pengendalian intern barang milik daerah.

D. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menganalisis dengan menggunakan metode deskriftif yaitu dengan cara mengumpulkan data, mengklasifikasikan, menginterprestasikan, dan menganalisa sehingga memberikan keterangan yang lengkap sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.


(30)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENILITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Karo

Daerah Kabupaten Karo mempunyai luas 2.127,25 Km2 dengan topografi tanah dataran tinggi berbukit dan datar yang terletak antara 02 50-03 LU dan 9755-9838 BT. Daerah Kabupaten Karo terletak di daerah pegunungan bukit barisan yang berada pada elevasi 140 M-1400 M di atas permukaann laut. Gunung Sibayak dan gunung Sinabung merupakan puncak tertinggi yang ada di Kabupaten Karo.

Seluruh wilayah administrasi daerah Kabupaten Karo berada pada dua Daerah Aliran Sungai (DAS) utama yaitu DAS sungai Wampu dan DAS Renun (lawe alad). Tipe iklim daerah Kabupaten Karo adalah dingin. Curah hujan tahunan berkisar antara 1000-4000M/tahun, dimana curah hujan terjadi pada bulan basah yaitu Januari s/d Agustus.

Wilayah Kabupaten Karo mayoritas dihuni oleh suku Batak Karo yang dikenal gigih dan ulet dalam berusaha serta menjunjung tinggi norma-norma ada yang telah dipertahankan secara turun-memurun. Kepadatan penduduk Kabupaten Karo dibandingkan luas daerah seluruhnya adalah 146 jiwa/Km2.

Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut memperlihatkan bahwa penganut agama Nasrani yang merupakan terbanyak dibandingkan dengan pemeluk agama Islam dan agama lainnya. Ditinjau dari segi etnis, penduduk


(31)

Kabupaten Karo mayoritas adalah suku Karo, sedngkan duku lainnya relative sedikit (dibawah 5%).

Kabupaten Karo merupakan bagian dari propinsi Sumatera Utara dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Deliserdang

Srbelah Timur : Kabupaten Simalungun

Sebelah Selatan : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Tapanuli Utara Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam)

Secara administratif daerah Kabupaten Karo dibagi atas 13 Kecamatan yaitu :

1) Kecamatan Kabanjahe dengan ibukotanya Kabanjahe 2) Kecamatan Berastagi dengan ibukotanya Berastagi.

3) Kecamatan Simpang Empat dengan ibukotanya Simpang Empat. 4) Kecamatan Tiga Panah dengan ibukotanya Tiga Panah.

5) Kecamatan Payung dengan ibukotanya Tiga Derket. 6) Kecamatan Munthe dengan ibukotanya Munthe.

7) Kecamatan Tiga Binanga dengan ibukotanya Tiga Binanga. 8) Kecamatan Merek dengan ibukotanya Merek.

9) Kecamatan Kuta Buluh dengan ibukotanya Kuta Buluh. 10)Kecamatan Juhar dengan ibukotanya Juhar.

11)Kecamatan Lau Baleng dengan ibukotanya Lau Baleng. 12)Kecamatn Mardinding dengan ibukotanya Mardinding.


(32)

13)Kecamatan Barus Jahe dengan ibukotanya Barus Jahe. Serta terdiri dari 248 desa dan 10 kelurahan.

Selain kepala daerah beserta perangkat daerah lainnya, di daerah juga dibentuk DPRD sebagai badan legislative daerah. Adapun struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Karo yang dibentuk berdasarkan peraturan daerah adalah sebagai berikut :

1) Bupati dibantu Wakil Bupati membawahi Sekretaris Daerah.

2) Sekretaris Daerah membawahi asisten pemerintahaan dan asisten

pembangunan serta kelompok jabatan fungsional.

3) Asisten pemerintahan membawahi bagian hukum dan organisasi tata laksana bagian hubungan masyarakat.

4) Asisten pembangunan membawahi bagian pengendalian pembangunan, bagian sosial, bagian keuangan, dan bagian umum.

Bupati Karo dan wakil Buapti Karo mengadaan tugas koordinasi dengan ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sedangkan Sekretaris Daerah mengadaan koordinasi dengan Sekretaris Dewan (Sekawan). Ketua DPRD membawahi Sekawan, dan Sekawan membawahi bagian umum, bagian persidangan serta bagian keuangan.


(33)

2. Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Karo

Bagian Inspektorat mempunyai struktur organisasi berdasarkan Peraturan Bupati Karo No. 177 Tahun 2008 Pasal 45 tentang Standar Organisasi Inspektorat, dalam rutinitas kerja masing-masing bagian Inspektorat memiliki tugas atau tanggungjawab sebagai berikut :

a. Inspektur mempunyai uraian tugas sebagai berikut :

1) memimpin, merencanakan, mengatur, membina, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas pokok inspektorat baik kesetariatan maupun perencanaan program pengawasan, perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan, pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan, pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2) menetapkan, melaksanakan visi dan misi Inspektorat untuk mendukung visi dan misi daerah.

3) menyususn dan menetapkan rencana strategis dan program sesuai dengan visi dan misi daerah.

4) menyususn Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah dibidang pengawasan berkoordinasi dengan instansi terkait dibawah koordinasi Tim Anggaran Pendapatan Daerah.

5) memberikan saran, pertimbangan dan pendapatan kepada Bupati dalam rangka percepatan penyelesaian tugas pokok Inspektorat sebagai bahan penetapan kebijakan Pemerintah Kabupaten.


(34)

6) menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait, Instansi pertikal yang terkait yang ada di daerah, Propini dan Pusat maupun lembaga swasta dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas pokok.

7) mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai dengan tugasnya masing-masing.

8) memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan pengawasan melekat pada bawahan.

9) menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan perkembangan karir dan penilaian DP3.

10)mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Inspektorat berdasarkan realisasi program kerja untuk bahan penyempurnaan program kerja berikutnya. 11)bertindak sebagai Pengguna Anggaran dan Pengguna Barang Satuan Kerja

Perangkat Daerah.

12)menyusun dan memberikan laporan pertanggungjawaban tugas-tugas Inspektorat kepada Bupati dan laporan keuangan dan laporan kinerja Inspektorat kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

13)menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh atasan. b. Sekretariat mempunyai uraian tugas sebagai berikut :

1) merencanakan, mengatur, membina, mengelola, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tugas kesekretaritan yang meliputi urusan umum, perlengkapan keuangan, program, evaluasi dan pelaporan.


(35)

2) menyiapkan bahan koordinasi dan pengendalian rencana dan program kerja pengawasan.

3) menghimpun, mengolah, menilai dan menyimpan laporan hasil

pengawasan aparat pengawasan fungsional daerah.

4) menyusun bahan data dalam rangka pembinaan teknis fungsional.

5) menyusun, menginventarisasikan dan mengkoordinasikan data dalam rangka penatausahaan proses penangan pengaduan.

6) memberikan pelayanan teknis operasional dan pelayanan administrasi sesuai dengan petunjuk atasan kepada seluruh aparat pengawasan.

7) mengkoordinasikan pelaporan akuntabilitas kinerja program dan kegiatan masing-masing aparat pengawasan.

8) bertindak selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) pada bidang tugasnya.

9) mengendalikan pendistribusian palayanan naskah dinas dan

mengkoordinasikan tugas-tugas aparat pengawasan dan sub bagian.

10)memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan dalam rangka kelancaran penyelesaian pengelolaan naskah dinas.

11)menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan penyusunaan laporan kepada atasan untuk bahan pertimbangan dalam meningkaatkan perkembangan karier dan penilaian DP3.

12)mengkoordinasikan penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas-tugas aparat pengawasan.


(36)

c. Kepala Sub. Bagian Keuangan, Umum dan Kepegawaian mempunyai uraian tugas sebagai berikut :

1) melakukan koordinasi, sinkronisasi dan memverifikasi usulan Rencana Kerja Anggaran masing-masing aparat pengawasan dan mengacu kepada Prioritas Plafon Anggaran (PPA).

2) menghimpun dan memverifikasi usulan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) masing-masing aparat pengawasan berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran.

3) menyiapkan dan menyampaikan usulan penerbitan Surat Penyediaan Dana Satuan Kerja Perangkat Daerah (SPD-SKPD) berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).

4) menghimpun dan menatausahakan Surat Penyedia Dana (SPD) yang diterbitkan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).

5) bertindak sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD).

6) menyusun laporan keuangan SKPD berkoordinasi dengan Pejabat

Pelaksanan Teknis Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPTK-SKPD)

7) melaksanakan peneimaan dan pendistribusian naskah dinas melalui pengelolaan kearsipan.

8) melaksanakan rencana pengadaan alat tulis kantor dan pendistribusiannya sesuai dengan kebutuhan Inspektorat.


(37)

9) melaksanakan pengelolaan dan penyiapan bahan pembinaan kearsipan kepada Unit kerja di lingkungan Inspektorat.

10)melaksanakan penyiapan dan pengendalian dan penyiapan administrasi perjalanan dinas pegawai.

11)melaksanakan urusan keprotokolan dan penyiapan rapat-rapat dinas.

12)melaksanakan pengelolaan perpustakaan, hubungan masyarakat dan pendokumentasian kegiatan dinas.

13)melaksanakan pengurusan rumah tangga dinas dan ketertiban serta keamanan kantor.

14)melaksanakan pemeliharaan dan perawatan aset dinas bergerak dan tidak bergerak yang menjadi tanggung jawab Dinas.

15)menghimpun dan menyusun penyiapan rencana kebutuhan sarana dan prasarana perlengkapan dilingkungan Dinas untuk rencana pengadaan barang milik daerah.

16)melaksanakan pengurusan pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan, penghapusan dan inventarisasi sesuai ketentuan berlaku dan membuat laporan barang milik daerah secara periodik.

17)melaksanakan pengelolaan penyimpanan dan pemeliharaan data

kepegawaian dilingkungan Dinas.

18)melaksanakan penyiapan rencana kebutuhan pegawai.

19)mempersiapkan dokumen terhadap pengusulan pegawai yang akan pensiun, peninjauan masa kerja serta pemberian penghargaan.


(38)

20) mempersiapkan dokumen kenaikan pangkat, DP3, DUK. Sumpah/Janji Pegawai, gaji berkala dan peningkatan kesejahteraan pegawai.

21)mempersiapkan administrasi pegawai untuk mengikut i

pendidikan/pelatihan dan ujian dinas maupun tugas belajar.

22)melaksanakan penyiapan bahan standar kompetensi pegawai, tenaga teknis, dan fungsional.

23)melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kelembagaan dan

ketatalaksanaan dilingkungan Inspektorat.

24)melaksanakan pendokumentasian peraturan perundang-undangan

25)mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

26)memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan pengawasan melekat kepada bawahan.

27)menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan perkembangan karier dan penilaian DP3.

28)melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Sekretaris.

d. Kepala Sub.Bagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai uraian tugas sebagai berikut :

1) mempersiapkan program dan rencana kerja, kegiatan tahunan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Strategis (Renstra) Inspektorat.


(39)

2) mempersiapkan bahan penyusunan program kerja dan rencana anggaran berdasarkan KUA dan PPA.

3) memverifikasi usulan Rencana Kerja Anggaran masing-masing aparat pengawasan untuk tujuan pencapaian kinerja program dan kegiatan mengacu kepada KUA.

4) menyusun bahan rencana pemantauan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan program kerja dan pelaksanaan prosedur, dan sistem kerja. 5) mengumpulkan bahan dalam rangka penyusunan laporan atas pelaksanaan

program kerja.

6) mengolah data dan bahan penyusunan laporan atas pelaksanaan program kerja.

7) menyusun laporan pelaksanaan program kerja dalam hal prosedur, mekanisme, dan sistem kerja, pencapaian program dan kegiatan serta Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah sesuai dengan program.

8) mempersiapkan penyajian data informasi yang berkaitan dengan kegiatan tugas untuk tujuan pelaporan dan bahan rapat koordinasi.

9) menghimpun dan mempersiapkan bahan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tugas pokok dan fungsi.

10)melakukan penyebarluasan informasi pelaksanaan kegiatan terkait dengan pelayanan publik.

11)mengkoordinasikan tugas-tugas kedinasan kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.


(40)

12)memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan pengawasan melekat kepada bawahan.

13)menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan perkembangan karir dan penilaian DP3.

14)mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Seksi berdasarkan realisasi Program Kerja untuk bahan penyempurnaan program berikutnya.

15)menyusun dan memberikan laporan pertanggungjawaban tugas

Sub.Bagian kepada Sekretaris.

16) menyelenggarakan tugas lainnya yang diberikan oleh Sekretaris.

e. Inspektur Pembantu Dibidang Pengawasan Reguler mempunyai tugas sebagai berikut :

1) merencanakan, melaksanakan, mengumpul, mengelola data dan informasi, menginventarisasi permasalahan serta mengupayakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan pengawasan reguler.

2) merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, mengendalikan, pelaksanaan tugas pengawasan reguler.

3) menyusun pedoman dan petunjuk teknis pengawasan reguler atas pelaksanaan pengawasan urusan Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Desa dan pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa. 4) menghimpun, mengolah dan menganalisis data dan informasi yang

berkaitan dengan pelaksanaan urusan Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Desa dan pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa.


(41)

5) menyusun rencana kerja dalam bidang pengawasan reguler atas pelaksanaan urusan Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Desa dan pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa.

6) menyampaikan laporan rencana kerja dalam bidang pengawasan reguler atas pelaksanaan urusan Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Desa dan pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Inspektur melalui Sekretaris.

7) melakukan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan tugas pejabat fungsional auditor dalam rangka melaksanakan pengawasan reguler.

8) menghimpun dan menguji laporan kinerja pejabat fungsional auditor dalam rangka melaksanakan pengawasan reguler.

9) menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan reguler kepada Inspektur. 10)mengkoordinasikan dan mengarahkan tugas-tugas kedinasan kepada

bawahan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

11)memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan pengawasan melekat kepada bawahan.

12)mengevaluasi pelaksanaan tugas kedinasan berdasarkan realisasi Program Kerja untuk bahan penyempurnaan program kerja berikutnya.

13)menyusun dan memberikan laporan pertanggungjawaban tugas Inspektur Pembantu kepada Inspektur.

14)menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh Inspektur sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(42)

f. Inspektur Pembantu Dibidang Pengawasan Khusus mempunyai tugas sebagai berikut :

1) merencanakan, melaksanakan, mengumpul, mengelola data dan informasi, menginventarisasi permasalahan serta mengupayakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan pengawasan khusus.

2) merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, mengendalikan, pelaksanaan tugas pengawasan khusus.

3) menyusun pedoman dan petunjuk teknis pengawasan khusus.

4) menghimpun, mengolah dan menganalisis data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan khusus.

5) menyusun rencana kerja dalam bidang pengawasan khusus atas

pelaksanaan pengawasan khusus.

6) menyampaikan laporan rencana kerja dalam bidang pengawasan khusus atas pelaksanaan pengawasan khusus kepada Inspektur melalui Sekretaris. 7) melakukan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan tugas pejabat

fungsional auditor dalam rangka melaksanakan pengawasan khusus.

8) menghimpun dan menguji laporan kinerja pejabat fungsional auditor dalam rangka melaksanakan pengawasan khusus.

9) menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan khusus kepada Inspektur. 10)mengkoordinasikan dan mengarahkan tugas-tugas kedinasan kepada

bawahan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

11)memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta melakukan pengawasan melekat kepada bawahan.


(43)

12)mengevaluasi pelaksanaan tugas kedinasan berdasarkan realisasi Program Kerja untuk bahan penyempurnaan program kerja berikutnya.

13)menyusun dan memberikan laporan pertanggungjawaban tugas Inspektur Pembantu kepada Inspektur.

14)menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh Inspektur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

g. Kelompok Jabatan Fungsional

3. Fungsi dan Tugas Inspektorat Pemerintah Kabupaten Karo

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) nomor 19 Tahun 2008 pasal 23 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Inspektorat, maka Inspektorat Kabupaten merupakan unsur pengawasan penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Inspektorat mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan Pemerintahan di Daerah Kabupaten, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pelaksanaan urusan Pemerintahan Desa.

Inspektorat Kabupaten dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. perencanaan program pengawasan.

b. perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan.

c. pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan.

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(44)

Inspektur Kabupaten dipimpin oleh kepala dengan sebutan Inspektur. Inspektur dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Bupati dan secara teknis administrativ mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah.

4. Penggolongan Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Karo

Barang milik daerah pada Pemerintahan Kabupaten Karo digolongkan menjadi :

1. Tanah

2. Peralatan dan Mesin a. alat-alat besar b. alat-alat angkutan

c. alat bengkel dan alat ukur d. alat pertanian

e. alat kantor dan rumah tangga f. alat studio dan alat komunikasi g. alat kedokteran

h. alat laboratorium

i. alat-alat persenjataan/keamanan senjata api 3. Gedung dan Bangunan

a. bangunan gedung b. monument


(45)

4. Jalan, irigasi, dan jaringan a. jalan dan jembatan b. bangunan air/irigasi c. jaringan

5. Aset tetap lainnya

a. buku dan perpustakaan b. barang bercorak kebudayaan c. hewan dan ternak serta tanaman 6. Konstruksi dalam pengerjaan

a. bangunan gedung

Di bawah ini adalah sebagian penggolongan barang milik daerah berdasarkan lokasi yang suda h direkapitulasi oleh Bagian Umum.

Tabel. 1.1

Daftar Rekapitulasi Barang Milik Daerah Tahun 2007

Jenis Barang Milik Daerah Lokasi/tempat Tanah SD Negeri Kabanjahe

SD Negeri Lau Simomo SD Negeri Sumbul TK Pembina TK Tiga Nderket Dinas Pertanian Dinas Pendapatan


(46)

Badan Kepegawaian Daerah Sekretariat DPRD

Bagian Umum, bagian Tata Pemerintahan Puskesmas Simpang Empat

Puskesmas Payung Kecamatan Tiga Binanga Kecamatan Kuta Buluh Cabang Dinas Kuta Buluh Cabang Dinas Payung SMA Negeri 1 Barus Jahe SMK Negeri 1 Kaban Jahe SMP Negeri 1 Tiga Panah SKB

Perpustakaan Daerah

UPT Balai Benih Ikan Singgamanik Kantor PDE

PDAM Tirta Malem Komisi Pemilihan Umum Rumah Sakit Umum Akedemi Kebidanan

Peralatan dan Mesin Sekretariat DPRD Bupati


(47)

Bagian Tata Usaha Hukum

Kecamatan Munthe Kecamatan Tiga Panah Dinas Pekerjaan Umum Dinas Kesehatan

Puskesmas Kabanjahe Puskesmas Korpri Rumah Sakit Umum Akademi Kebidanan Cabang Dinas Berastagi SMA Negeri 1 Kabanjahe SMK Negeri 1 Kabanjahe SMP Negeri 1 Barus Jahe SD Negei No. 040444 TK Pembina

Perpustakaan Daerah Dinas Pertanian

Badan Kependudukan dan Capil UPTD Kecamatan Kabanjahe Kantor Satpol PP

Komisi Pemilihan Umum


(48)

Gedung dan Bangunan Sekretariat DPRD Bagian Umum

Kecamatan Tiga Binanga Dinas Kesehatan

Puskesmas Kabanjahe Puskesmas Korpri Rumah Sakit Umum Akademi Kebidanan Dinas Pendidikan Nasional SMA Negeri 1 Kabanjahe SMK Negeri 1 Kabanjahe SMP Negeri 1 Barus Jahe SD Negei No. 040444 TK Pembina

SKB Sanggar Kegiatan Belajar Badan Kependudukan dan Capil UPTD Kecamatan Kabanjahe Kantor Satpol PP

Komisi Pemilihan Umum

UPT Balai Benih Ikan Singgamanik

Jalan, Irigasi dan Jaringan Dinas Pekerjaan Umum SMA Negeri 1 Payung SMP Negeri 1 Mumte


(49)

SD Negeri Kabanjahe Perpustakaan Daerah Dinas Parsenibud

Aset Tetap Lainnya Sekretariat DPRD Bagian Umum Kecamatan Berastagi Akademi Kebidanan Cabang Dinas Merek SMA Negeri 1 Kabanjahe SMK Negeri 1 Berastagi SMP Negeri 1 Laubaleng SD Negeri Kabanjahe Perpustakaan Daerah Dinas Parsenibud

Konstruksi dalam Perjalanan

Bagian Umum

5. Pengendalian Intern Pemerintah Kabupaten Karo

Unsur-unsur sistem pengendalian intern pemerintah meliputi : a. Lingkungan Pengendalian

Yang dimaksud dengan lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam instansi pemerintah yang memengaruhi efektivitas pengendalian intern.


(50)

Pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan memilahara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerjanya, melalui :

1) penegakan integritas dan nilai etika. 2) komitmen terhadap kompetensi. 3) kepemimpinan yang kondusif

4) pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan. 5) pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat.

6) penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia.

7) perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif. 8) hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.

b. Penilaian Risiko

Yang dimaksud dengan penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah.

Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan penilaian risiko. Penilaian risiko terdiri atas :

1) identifikasi risiko 2) analisis rasio.

Dalam rangka penilaian risiko sebagaimana dimaksud di atas, pimpinan instansi pemerintah menetapkan tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan, dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.


(51)

c. Kegiatan Pengendalian

Yang dimaksud dengan kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif.

Pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan. Penyelenggaraan kegiatan pengendalian memiliki karakteritas sebagai berikut :

1) kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok instansi pemerintah. 2) kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko.

3) kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus instansi pemerintah.

4) kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis.

5) prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan secara tertulis.

6) kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan.

d. Informasi dan Komunikasi

Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau


(52)

informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.

Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan instansi pemerintah harus sekurang-kurangnya :

1) menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi. 2) mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus

menerus. e. Pemantauan

Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian atas mutu kinerja sistem pengendalian intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. Pemantauan sistem pengendalian intern dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.

Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsilasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas.

Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas sistem pengendalian intern. Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah.


(53)

Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus segera diselesaikan dan dilaksankan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan.

B. Analisis Fungsi dan Tugas Inspektorat Dalam Pengendalian Barang Milik Daerah

Fungsi dan tugas Inspektorat pada Pemerintah Kabupaten Karo pada saat ini sudah melaksanakan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 Pasal 23 tentang Tugas dan Fungsi Inspektorat dan Peraturan Bupati No. 177 Tahun 2008 Pasal 45 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Inspektorat. Sedangkan sistem pengendalian intern mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang akan dijabarkan ke peraturan daerah pada Pemerintahan Kabupaten Karo.

Didalam melakukan tugas dan fungsinya Inspektorat memeriksa apakah pengendalian barang milik daerah yang dilakukan oleh pejabat pengelola barang milik daerah telah sesuai dengan peraturan daerah atau peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pengelolaan barang milik daerah , seperti Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Inspektorat juga melakukan pengawasan bagaimana kegiatan pengendalian barang milik daerah, apakah kinerja yang dilakukan oleh masing-masing dinas sudah efektif.


(54)

Setelah Inspektorat melakukan pengawasan atau pemeriksaan terhadap pengendalian barang milik daerah, hasil yang akan diberikan kepada Sekretaris Daerah (Sekda) ialah Laporan Hasil Pemeriksaan. Didalam laporan tersebut Inspektorat akan memberikan tentang apa saja temuan yang mereka peroleh didalam melakukan pemeriksaan dan apa saja kelemahan yang mereka temukan.

Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Karo, DPRD Kabupaten Karo, dan para PNS Kabupaten Karo yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan, keandalan laporan keuangan, efektivitas, dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Lima komponen dalam sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian pada Pemerintahan Kabupaten Karo belum semuanya memadai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dapat digambarkan dalam lingkungan pengendalian pada Pemerintah Kabupaten Karo sebagai berikut :

a. intergritas dan nilai etika

Intergritas DPRD, Bupati Kabupaten Karo, dan PNS terhadap kelangsungan jalannya pemerintahan dan pencapaian tujuan pemerintah pada umumnya cukup baik. Nilai etika yang diterapkan kepada para pegawai cukup baik sehingga pegawai memahami nilai-nilai etika dalam bekerja.


(55)

b. kompetensi pada kompensasi

Kompetensi dalam pengelolaan barang milik daerah belum efektif pada Pemerintahan Kabupaten Karo. Dimana pegawai yang memiliki keahlian dibidang pengelolaan barang milik daerah masih kurang, sehingga penatausahaan dan pengelolaan barang milik daerah masih kurang optimal. Hal ini dapat mengakibatkan pengendalian barang milik daerah menjadi lemah dan penyajian aset milik daerah dalam laporan aset tetap tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya.

c. filosofi dan gaya operasi manajemen

Bagian Umum menyelenggarakan sensus barang daerah sekali dalam lima tahun untuk menyusun buku invetarisasi dan buku induk inventarisasi, menghimpun daftar barang setiap tahun anggaran sesuai kepemilikannya. Bagian Umum telah melaksanakan sensus sebanyak dua kali, pertama dilaksanakan pada tahun 2001 dan sensus yang kedua dilaksanakan pada tahun 2007. Bagian umum belum mempunyai sistem yang terintegrasi untuk pengelolaan barang daerah yang pengadaannya tersebar pada hampir semua satuan kerja. Dalam pencatatan nilai barang milik daerah sebagian sudah melakukan inventarisasi secara langsung atas fisik, catatan, laporan atau dokumen sumber lainnya. Jadi filosofi dan gaya operasi manajemen pada Pemerintah Kabupaten Karo belum efektif sehingga laporan rekapitulasi barang milik daerah belum akurat dan hal ini akan mengakibatkan pengendalian intern barang milik daerah menjadi lemah


(56)

dan penyajian barang milik daerah dalam laporan aset tetap tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya.

d. struktur organisasi

Struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Karo membatasi garis tanggung jawab dan wewenang yang ada dan dapat menghubungkan garis komunikasi antar masing-masing dinas.. Pengelolaan barang milik daerah secara khusus bukan merupakan tanggung jawab bagian umum Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Karo.

e. pemberian wewenang dan tanggung jawab

Pemberian wewenang dan tanggung jawab pada Pemerintahan Kabupaten Karo sudah efektif. Dimana pendelegasian wewenang terkait dengan pengelolaan barang milik daerah dari Bupati kepada Sekretaris Daerah dan kepala SKPD sudah memadai dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Serah terima dokumen antara pejabat yang lama dengan pejabat baru telah dilakukan.

g. kebijakan dan praktek sumber daya

Pengaturan sumber daya manusia pada Pemerintah Kabupaten Karo berjalan dengan baik dan sistem pengelolaan barang milik daerah telah diterapkan pencatatan dan pengamanan aset untuk menyajikan nilai aset yang wajar.

2. Penaksiran Risiko

Penaksiran risiko terhadap pengelolaan barang milik daerah pada Pemerintah Kabupaten Karo sudah efektif. Dimana pengelolaan barang milik daerah telah


(57)

mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Sedangkan kualitas pegawai yang sesuai pada bidang tugasnya telah ditingkatkan di jajaran pemerintahan, dengan mengikutkan pada pelatihan-pelatihan dan kursus-kursus yang dapat meningkatkan kemampuannya sehingga risiko-risiko yang ada dapat dikurangi. Pada Bagian Hukum sudah mampu menciptakan usulan kebijakan hukum sebagai dasar payung hukum pengelola barang milik daerah .

3. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian pada Pemerintah Kabupaten Karo belum efektif, dimana Pemerintah Kabupaten Karo belum mampu menyajikan nilai aset tetap sesuai ketentuan yang berlaku, karena tidak dilakukannya penyusutan atas aset tetap. Namun, prosedur pencatatan aset tetap di neraca daerah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Sensus barang milik daerah yang dilakukan sekali dalam 5 tahun

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi dan komunikasi dalam pengelolaan barang milik daerah pada umumnya telah dilakukan secara memadai, komunikasi antara Bupati dan DPRD serta antara Bupati dengan para pegawainya sudah dilakukan secara memadai. Sedangkan pelaporan aset di neraca oleh Bagian Keuangan berdasarkan mutasi belanja modal perhitungan APBD.


(58)

5. Pemantauan

Inspektorat sebagai internal auditor pada Pemerintah Kabupaten Karo telah melaksanakan pemantauan terhadap sistem pengendalian intern barang milik daerah dengan cara memantau aktivitas, seperti melakukan pengawasan setiap tahun terhadap pengelolaan barang milik daerah.

Prosedur kerja yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Karo dalam rangka pengendalian barang milik daerah, sepenuhnya mengacu pada ketentuan yang berlaku antara lain :

1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP).

3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.


(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa pada bab sebelumnya peneliti menarik kesimpulan tentang bagaimana fungsi dan tugas Inspektorat dalam pengendalian intern barang milik daerah pada Pemerintah Kabupaten Karo.

1. Fungsi dan tugas yang dilakukan oleh Inspektorat Pemerintah Kabupaten Karo telah sesuai dengan Peraturan daerah No. 19 tahun 2008 Pasal 23 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Inspektorat dan Peraturan Bupati No. 177 tahun 2008 pasal 45 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Inspektorat.

2. Sistem pengendalian intern dalam barang milik daerah pada Pemerintah Kabupaten Karo mengacu terhadap Pearaturan Pemerintah No. 60 tahun 2008, tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, namun belum dijabarkan oleh Pemerintah Kabupaten Karo.

3. Pengelolaan barang milik daerah pada Pemerintah Kabupaten Karo telah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

4. Sistem pengendalian intern dalam pengelolaan barang milik daerah belum efektif, karena masih ditemukan pelanggaran terhadap ketentuan yang sudah ada dan undang-undang yang mengatur, seperti pegawai dibidang pengelolaan barang milik daerah dan pegawai di bagian Keuangan belum kompeten, Bagian Umum belum mempunyai sistem yang terintegrasi, dan belum dilakukan penyusutan terhadap aset tetap pada Pemerintahan


(60)

Kabupaten Karo. Sehingga belum menyajikan nilai aset tetap yang sewajarnya di dalam neraca.

B. Saran

Dalam penulisan karya ilmiah ini peneliti mengemukakan saran kepada pada Pemerintah Kabupaten Karo sebagai masukan yaitu :

1. didalam melakukan pengawasannya lebih teliti dalam melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan barang milik daerah yang dilakukan oleh pejabat pengelola barang milik daerah.

2. sebaiknya Pemerintah Kabupaten Karo melakukan perhitungan penyusutan terhadap aset tetap. Dengan adanya perhitungan penyusutan terhadap aset tetap, maka akan menyebabkan nilai aset tetap yang disajikan pada laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Karo menjadi wajar.

3. perlu dilakukan pelatihan-pelatihan mengenai pengelolaan barang milik daerah kepada pegawai yang melakukan pengelolaan barang milik daerah dan pelatihan kepada pegawai Bagian Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Karo.

4. Pemerintah Kabupaten Karo mestinya menerapkan suatu sistem pengendalian barang milik daerah yang terintegrasi pada pengelolaan barang milik daerah.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra, 2007. Audit Sektor Publik, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta. Bastian, Indra Dr. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Cetakan Pertama,

BPFE, Yogyakarta.

Hartadi, Bambang, 1999. Sistem Pengendalian Intern, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Mulyadi, 2001. Auditing, Edisi Keenam, Cetakan Ketiga, Salemba Empat, Jakarta. Peraturan Pemerinta Nomor 6 Tahun 2006, tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, tentang Standar akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Tunggal, Amin Widjaja, 1995. Struktur Pengendalian Intern, Rineka Cipta, Jakarta.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah.

Yuwono, F. X, dan Haris, Munandar, 1996. Pedoman Bendaharawan dan Pengelolaan Dana APBN, Penerbit Panca Usaha.


(62)

(1)

mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Sedangkan kualitas pegawai yang sesuai pada bidang tugasnya telah ditingkatkan di jajaran pemerintahan, dengan mengikutkan pada pelatihan-pelatihan dan kursus-kursus yang dapat meningkatkan kemampuannya sehingga risiko-risiko yang ada dapat dikurangi. Pada Bagian Hukum sudah mampu menciptakan usulan kebijakan hukum sebagai dasar payung hukum pengelola barang milik daerah .

3. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian pada Pemerintah Kabupaten Karo belum efektif, dimana Pemerintah Kabupaten Karo belum mampu menyajikan nilai aset tetap sesuai ketentuan yang berlaku, karena tidak dilakukannya penyusutan atas aset tetap. Namun, prosedur pencatatan aset tetap di neraca daerah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Sensus barang milik daerah yang dilakukan sekali dalam 5 tahun

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi dan komunikasi dalam pengelolaan barang milik daerah pada umumnya telah dilakukan secara memadai, komunikasi antara Bupati dan DPRD serta antara Bupati dengan para pegawainya sudah dilakukan secara memadai. Sedangkan pelaporan aset di neraca oleh Bagian Keuangan berdasarkan mutasi belanja modal perhitungan APBD.


(2)

5. Pemantauan

Inspektorat sebagai internal auditor pada Pemerintah Kabupaten Karo telah melaksanakan pemantauan terhadap sistem pengendalian intern barang milik daerah dengan cara memantau aktivitas, seperti melakukan pengawasan setiap tahun terhadap pengelolaan barang milik daerah.

Prosedur kerja yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Karo dalam rangka pengendalian barang milik daerah, sepenuhnya mengacu pada ketentuan yang berlaku antara lain :

1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP).

3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa pada bab sebelumnya peneliti menarik kesimpulan tentang bagaimana fungsi dan tugas Inspektorat dalam pengendalian intern barang milik daerah pada Pemerintah Kabupaten Karo.

1. Fungsi dan tugas yang dilakukan oleh Inspektorat Pemerintah Kabupaten Karo telah sesuai dengan Peraturan daerah No. 19 tahun 2008 Pasal 23 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Inspektorat dan Peraturan Bupati No. 177 tahun 2008 pasal 45 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Inspektorat.

2. Sistem pengendalian intern dalam barang milik daerah pada Pemerintah Kabupaten Karo mengacu terhadap Pearaturan Pemerintah No. 60 tahun 2008, tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, namun belum dijabarkan oleh Pemerintah Kabupaten Karo.

3. Pengelolaan barang milik daerah pada Pemerintah Kabupaten Karo telah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

4. Sistem pengendalian intern dalam pengelolaan barang milik daerah belum efektif, karena masih ditemukan pelanggaran terhadap ketentuan yang sudah ada dan undang-undang yang mengatur, seperti pegawai dibidang pengelolaan barang milik daerah dan pegawai di bagian Keuangan belum kompeten, Bagian Umum belum mempunyai sistem yang terintegrasi, dan belum dilakukan penyusutan terhadap aset tetap pada Pemerintahan


(4)

Kabupaten Karo. Sehingga belum menyajikan nilai aset tetap yang sewajarnya di dalam neraca.

B. Saran

Dalam penulisan karya ilmiah ini peneliti mengemukakan saran kepada pada Pemerintah Kabupaten Karo sebagai masukan yaitu :

1. didalam melakukan pengawasannya lebih teliti dalam melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan barang milik daerah yang dilakukan oleh pejabat pengelola barang milik daerah.

2. sebaiknya Pemerintah Kabupaten Karo melakukan perhitungan penyusutan terhadap aset tetap. Dengan adanya perhitungan penyusutan terhadap aset tetap, maka akan menyebabkan nilai aset tetap yang disajikan pada laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Karo menjadi wajar.

3. perlu dilakukan pelatihan-pelatihan mengenai pengelolaan barang milik daerah kepada pegawai yang melakukan pengelolaan barang milik daerah dan pelatihan kepada pegawai Bagian Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Karo.

4. Pemerintah Kabupaten Karo mestinya menerapkan suatu sistem pengendalian barang milik daerah yang terintegrasi pada pengelolaan barang milik daerah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra, 2007. Audit Sektor Publik, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta. Bastian, Indra Dr. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Cetakan Pertama,

BPFE, Yogyakarta.

Hartadi, Bambang, 1999. Sistem Pengendalian Intern, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002. Metode Penelitian Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Mulyadi, 2001. Auditing, Edisi Keenam, Cetakan Ketiga, Salemba Empat, Jakarta. Peraturan Pemerinta Nomor 6 Tahun 2006, tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, tentang Standar akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Tunggal, Amin Widjaja, 1995. Struktur Pengendalian Intern, Rineka Cipta, Jakarta.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah.

Yuwono, F. X, dan Haris, Munandar, 1996. Pedoman Bendaharawan dan


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Perwilayahan Komoditas Kubis/Kol Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara

10 207 63

Inventarisasi Jenis-Jenis Anggrek di Samosir Utara Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo)

13 119 64

Analisis Pengaruh Perencanaan, Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Sarolangun

5 71 123

Inventarisasi Jenis-Jenis Anggrek di Samosir Utara Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta dan Kecamatan Simanindo)

2 112 64

Peranan Manajemen dan Inspektorat Jenderal Terhadap Pengendalian Intern Atas Pengadaan Barang/Jasa pada Kementerian Agama

1 6 151

Strategi Penguatan Sistem Pengendalian Intern Dalam Penatausahaan Barang Milik Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Bogor

0 18 113

PENGARUH PERENCANAAN, PENATAUSAHAAN DAN PENGAWASAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAPPENGAMANAN BARANG MILIK DAERAH PADA PEMERINATAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA.

0 7 29

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH TERHADAP EFEKTIFITAS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH: PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA BANDUNG.

2 8 56

PENGARUH PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN (Studi Kasus pada SKPD Pemerintah Kabupaten Bandung).

7 29 55

Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Dalam Fraud Pengadaan Barang Dan Jasa Pada Instansi Pemerintah Daerah Doc217

0 0 1