Analisis Pengaruh Perencanaan, Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Sarolangun

(1)

ANALISIS PENGARUH PERENCANAAN, PELAKSANAAN,

PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

TERHADAP PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN

TESIS

Oleh

Ardiansyah Putra

097017075 / Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ANALISIS PENGARUH PERENCANAAN, PELAKSANAAN,

PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

TERHADAP PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Ilmu Akuntansi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

Ardiansyah Putra

097017075 / Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Penelitian : ANALISIS PENGARUH PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN

DAN PENGENDALIAN TERHADAP PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN

Nama Mahasiswa : Ardiansyah Putra Nomor Pokok : 097017075

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof.Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac Ketua

) (Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah Diuji pada

Tanggal : 10 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof.Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac Anggota : 1. Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak

2. Prof.Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA 3. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan Tesis yang berjudul :

“Analisis Pengaruh Perencanaan, Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Sarolangun”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Januari 2012 Yang membuat pernyataan :


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Perencanaan, Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Sarolangun.

Populasi penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sarolangun. Respondennya adalah Kepala SKPD, Kasubbag Perencanaan/Umum, dan Pengurus Barang. Metode penarikan sampel adalah dengan menggunakan metode sensus dimana seluruh populasi dijadikan sampel dengan jumlah sebanyak 84 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diantar langsung oleh peneliti. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian kualitas data dan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian secara simultan, perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian berpengaruh terhadap pengelolaan barang milik daerah. Sedangkan secara parsial pembinaan, pengawasan dan pengendalian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengelolaan barang milik daerah.

Kata Kunci : Perencanaan, Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian dan Pengelolaan Barang Milik Daerah.


(7)

ABSTRACT

The purpose of this research is to test the influence of planning, actuating, developing, monitoring and controlling on local government assets management in Sarolangun Regency.

Population in this research is The Local Working Unit, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) in local government of Sarolangun Regency. The respondents are Head of SKPD, Head of General and Planning Sub Division and Assets Administrators. I use census method for sampling method where all population (84 respondents) are becoming sample in this research. Data are collected by giving questionnaires to respondents and directly given by researcher. Before hypothesis testing by multiple regression analysis, I do data quality and classical assumption test.

The results of this research show that planning, actuating, developing, monitoring and controlling influence local government assets management simultaneously. But partially, developing, monitoring and controlling don’t influence local government assets management significantly.

Keywords : Planning, Actuating, Developing, Monitoring, Controlling, and Local Government Assets Management.


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji dan syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian tesis ini.

Peneliti menyadari ada kendala yang ditemui dalam proses penelitian akan tetapi berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya tesis ini dapat terwujud, untuk itu dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H.,M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan magister di Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan bertindak sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk pembaikan tesis ini.


(9)

4. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberi arahan, bimbingan dan saran bagi peneliti dari awal hingga selesainya tesis ini.

5. Bapak Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi arahan, bimbingan dan saran bagi peneliti dari awal hingga selesainya tesis ini.

6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si,Ak selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini.

7. Bapak dan Ibu pada dosen serta staf administrasi Program Magister Ilmu Akuntansi atas segala ilmu dan bantuan yang diberikan.

8. Bapak Bupati Sarolangun yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menempuh pendidikan magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, beserta Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sarolangun yang telah membantu selama proses penelitian.

9. Ibunda dan Ayahanda tercinta, yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan serta motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

10.Abang dan Ayuk tersayang, yang telah memberi dukungan dan motivasi yang tak pernah henti.


(10)

11.Teman-teman seperjuangan Angkatan 18 Program Magister Ilmu Akuntansi, khususnya Pak Tri Gandayana, Bang Indra, Kak Elsya Marina, Kak Febrina Astried Sembiring dan Yusra, atas persahabatan dan sumbangan pikiran selama perkuliahan.

Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih memiliki kekurangan dan keterbatasan baik dari substansi maupun penyusunannya, untuk itu peneliti membuka diri untuk saran dan kritik guna penyempurnaan penelitian di kemudian hari. Akhir kata, peneliti mengucapkan terima kasih dan semoga tesis ini memberi manfaat bagi para pembaca.

Medan, Januari 2012 Peneliti

Ardiansyah Putra


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. NAMA : ARDIANSYAH PUTRA

2. TEMPAT/TGL LAHIR : SAROLANGUN / 09 AGUSTUS 1982

3. AGAMA : ISLAM

4. ORANG TUA

a. AYAH : SYARIFUDDIN. T

b. IBU : RATNA KARTINI, S.Pd

5. ALAMAT : JL. H. MAKALAM NO.67 RT.06 SUKASARI SAROLANGUN - JAMBI

6. PENDIDIKAN

a. SD : SD NEGERI 150/VI SAROLANGUN

b. SMP : SMP NEGERI 2 SAROLANGUN

c. SMU : SMU NEGERI 1 BANGKO

d. S1 : INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB)


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Originalitas ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Pengelolaan Barang Milik Daerah ... 8

2.1.2 Perencanaan ... 15


(13)

2.1.4 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian ... 25

2.2 Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping) ... 29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 32

3.1 Kerangka Konsep ... 32

3.2 Hipotesis ... 34

BAB IV METODE PENELITIAN ... 35

4.1 Jenis Penelitian ... 35

4.2 Lokasi Penelitian ... 35

4.3 Populasi dan Sampel ... 36

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 38

4.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38

4.6 Metode Analisis Data ... 43

4.6.1 Uji Kualitas Data ... 43

4.6.1.1 Uji Validitas... 43

4.6.1.2 Uji Reliabilitas ... 44

4.6.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 44

4.6.2.1 Uji Normalitas ... 44

4.6.2.2 Uji Multikolinieritas ... 45

4.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 45

4.6.3 Pengujian Hipotesis ... 46

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 48


(14)

5.1.1 Deskripsi Lokasi ... 49

5.1.2 Karakteristik Responden ... 49

5.2 Analisis Data ... 52

5.2.1 Uji Kualitas Data ... 52

5.2.1.1 Uji Validitas ... 52

5.2.1.2 Uji Reliabilitas ... 54

5.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 55

5.4 Uji Asumsi Klasik ... 56

5.4.1 Uji Normalitas ... 56

5.4.2 Uji Multikolinieritas ... 58

5.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 59

5.5 Pengujian Hipotesis ... 59

5.5.1 Uji Statistik F ... 60

5.5.2 Uji Statistik t ... 61

5.5.3 Koefisien Determinasi ... 63

5.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

5.6.1 Pengaruh Perencanaan Terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah ... 64

5.6.2 Pengaruh Pelaksanaan Terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah ... 66

5.6.3 Pengaruh Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah ... 68


(15)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

6.1 Kesimpulan ... 71

6.2 Keterbatasan ... 72

6.3 Saran ... 73


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Opini LKPD Tahun 2009 Berdasarkan Tingkat Pemerintahan ... 1

1.2 Opini LKPD Tahun 2005-2009 Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota se Provinsi Jambi ... 2

2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 31

4.1 Daftar Populasi Penelitian ... 37

4.2 Definisi Operasional Variabel ... 42

5.1 Distribusi Kuesioner ... 48

5.2 Demografi Responden ... 50

5.3 Uji Validas Variabel ... 53

5.4 Uji Reliabilitas ... 54

5.5 Deskripsi Statistik ... 55

5.6 Hasil Pengujian Kolmogorov-Smirnov ... 57

5.7 Uji Multikolinieritas ... 58

5.8 Nilai F Hitung ... 60

5.9 Nilai t Hitung ... 61


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konseptual ... 32 5.1 Pengujian Normalitas ... 57 5.2 Uji Heteroskedastisitas ... 59


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 77

2 Demografi Responden ... 85

3 Data Hasil Kuesioner ... 88

4 Frekuensi Responden ... 94

5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 96

6 Deskriptif Statistik ... 100

7 Pengujian Normalitas ... 101

8 Pengujian Multikolinieritas ... 102

9 Pengujian Heteroskedastisitas ... 102

10 Pengujian Hipotesis ... 103

11 Koefisien Determinasi ... 104


(19)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Perencanaan, Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Sarolangun.

Populasi penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sarolangun. Respondennya adalah Kepala SKPD, Kasubbag Perencanaan/Umum, dan Pengurus Barang. Metode penarikan sampel adalah dengan menggunakan metode sensus dimana seluruh populasi dijadikan sampel dengan jumlah sebanyak 84 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diantar langsung oleh peneliti. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian kualitas data dan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian secara simultan, perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian berpengaruh terhadap pengelolaan barang milik daerah. Sedangkan secara parsial pembinaan, pengawasan dan pengendalian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengelolaan barang milik daerah.

Kata Kunci : Perencanaan, Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian dan Pengelolaan Barang Milik Daerah.


(20)

ABSTRACT

The purpose of this research is to test the influence of planning, actuating, developing, monitoring and controlling on local government assets management in Sarolangun Regency.

Population in this research is The Local Working Unit, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) in local government of Sarolangun Regency. The respondents are Head of SKPD, Head of General and Planning Sub Division and Assets Administrators. I use census method for sampling method where all population (84 respondents) are becoming sample in this research. Data are collected by giving questionnaires to respondents and directly given by researcher. Before hypothesis testing by multiple regression analysis, I do data quality and classical assumption test.

The results of this research show that planning, actuating, developing, monitoring and controlling influence local government assets management simultaneously. But partially, developing, monitoring and controlling don’t influence local government assets management significantly.

Keywords : Planning, Actuating, Developing, Monitoring, Controlling, and Local Government Assets Management.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Era reformasi saat ini menyebabkan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel, dalam hal ini adalah tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan terwujudnya pemerintahan yang bersih (clean government).

Salah satu indikator dari good governance dan clean government adalah kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

Untuk mengetahui kualitas LKPD, maka berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan, LKPD diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). LKPD dianggap baik apabila memperoleh opini wajar tanpa pengecualian, akan tetapi sedikit sekali pemerintah daerah yang memperoleh opini tersebut. Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2010 BPK RI dapat dilihat opini LKPD pada tahun 2009 sebagai berikut.

Tabel 1.1 Opini LKPD Tahun 2009 Berdasarkan Tingkat Pemerintahan

Pemerintahan Opini LKPD Tahun 2009 Jumlah

WTP WDP TW TMP

Provinsi 1 24 3 5 33

Kabupaten 7 240 37 90 374

Kota 7 66 8 11 92

Jumlah 15 330 48 106 499


(22)

Dari Tabel 1.1, terlihat bahwa sebagian besar pemerintah daerah memperoleh opini wajar dengan pengecualian (WDP) yaitu sebanyak 330 pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota.

Tabel 1.2 Opini LKPD Tahun 2005-2009 Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota se Provinsi Jambi

Pemerintahan Opini LKPD Tahun 2009

2005 2006 2007 2008 2009

Provinsi Jambi WDP WDP WDP WDP WDP

Kab. Batang Hari WDP WDP WDP WDP WDP

Kab. Bungo TMP WDP WDP WDP WDP

Kab. Kerinci - WDP WDP TMP TMP

Kab. Merangin WDP WDP WDP WDP WDP

Kab. Muaro Jambi WDP TMP WDP WDP WDP

Kab. Sarolangun WDP WDP WDP WDP WDP

Kab. Tanjung Jabung Barat - WDP WDP WDP WDP Kab. Tanjung Jabung Timur WDP WDP WDP WDP WDP

Kab. Tebo - TMP TMP WDP WDP

Kota Jambi WDP WDP WDP WDP WDP

Kota Sungai Penuh - - - - WTP

Sumber : IHPS II Tahun 2010 BPK – RI

Khusus untuk pemerintah kabupaten/kota yang ada pada provinsi Jambi terlihat juga bahwa sebagian besar kabupaten/kota memperoleh opini WDP, hanya 4 kabupaten yang pernah memperoleh opini tidak memberikan pendapat (TMP) yaitu Kabupaten Bungo, Kabupaten Kerinci, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tebo. Seperti halnya dengan pemerintah daerah lain pada umumnya, Pemerintah Kabupaten Sarolangun di Provinsi Jambi juga memperoleh opini WDP atas LKPD Pemerintah Kabupaten Sarolangun dari tahun anggaran 2005 sampai dengan tahun anggaran 2009. Adapun salah satu masalah yang menjadi pengecualian adalah pengelolaan aset/barang milik daerah.


(23)

Aset tetap atau barang milik daerah merupakan salah satu faktor yang paling strategis dalam pengelolaan keuangan daerah. Pada umumnya, nilai aset tetap daerah merupakan nilai yang paling besar dibandingkan dengan akun lain pada laporan keuangan. Keberadaan aset tetap sangat mempengaruhi kelancaran roda pemerintahan dan pembangunan. Oleh karena itu, sistem pengendalian intern atas manajemen/pengelolaan aset tetap daerah harus handal untuk mencegah penyimpangan yang dapat merugikan keuangan daerah (BPK RI,2010).

Aset tetap/barang milik daerah memiliki fungsi yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan, tetapi dalam pelaksanaan pengelolaannya sering kali terdapat berbagai persoalan. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Sarolangun tahun anggaran 2009, adapun permasalahan pengelolaan barang milik daerah di Pemerintah Kabupaten Sarolangun yang menjadi sorotan BPK RI adalah sebagai berikut:

1. Terdapat aset tanah milik desa seluas 919.000 m2

2. Terdapat tanah seluas 1.131.512 m

senilai Rp1.519.500.000,00 yang masih tercatat dalam neraca;

2

3. Terdapat 297 bidang tanah senilai Rp41.333.000.000,00 dengan luas tanah berdasarkan perkiraan;

yang berasal dari APBN senilai Rp3.342.563.000,00 yang tercatat dalam neraca namun tidak didukung dengan dokumen yang memadai;


(24)

4. Terdapat 5 bidang tanah seluas 19.120 m2

5. Terdapat kendaraan bukan milik Pemerintah Kabupaten Sarolangun sebesar Rp1.015.500.000,00 masih tercatat dalam neraca;

senilai Rp345.656.000,00, aset gedung dan bangunan senilai Rp1.308.693.398,30 dan aset jalan, irigasi dan jaringan senilai Rp28.133.879.990,97 yang dikuasai oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) masih tercatat dalam neraca;

6. Terdapat peralatan dan mesin yang dikuasai PDAM yang belum dapat ditelusuri;

7. Terdapat aset gedung dan bangunan berupa pembangunan sekolah swasta sebesar Rp3.218.682.954,00 tercatat dalam neraca;

8. Masih terdapat perbedaan selisih antara neraca dengan buku induk inventaris yang belum dapat ditelusuri.

Menurut pendapat BPK RI, permasalahan tersebut di atas merupakan beberapa alasan diberikannya opini wajar dengan pengecualian atas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Sarolangun.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang telah mendapat penyempurnaan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, maka pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi :

1. perencanaan kebutuhan dan penganggaran; 2. pengadaan;

3. penggunaan; 4. pemanfaatan;


(25)

5. pengamanan dan pemeliharaan; 6. penilaian;

7. penghapusan; 8. pemindahtanganan; 9. penatausahaan;

10. pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Menurut Sholeh dan Rochmansjah (2010), dari sepuluh tahapan pengelolaan barang milik negara/daerah tersebut dapat disederhanakan menjadi: (1) adanya perencanaan yang tepat, (2) pelaksanaan secara efisien dan efektif dan (3) pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Perencanaan yang tepat bertujuan agar penggunaan anggaran dalam hal pengelolaan barang milik daerah dilakukan secara efisien, efektif dan ekonomis. Pelaksanaan secara efisien dan efektif bertujuan agar pengelolaan barang milik daerah dilakukan secara baik dan benar yaitu profesional, transparan dan akuntabel sehingga barang milik daerah tersebut memberikan manfaat baik itu untuk jalannya roda pemerintahan maupun untuk kesejahteraan masyarakat. Adanya pembinaan, pengawasan dan pengendalian diperlukan untuk menghindari penyimpangan dari peraturan yang berlaku dalam setiap tahapan pengelolaan barang milik daerah dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Dari uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Perencanaan, Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Sarolangun”.


(26)

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah : Apakah perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pengelolaan barang milik daerah Pemerintah Kabupaten Sarolangun?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji dan menganalisa pengaruh perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian secara simultan dan parsial terhadap pengelolaan barang milik daerah Pemerintah Kabupaten Sarolangun.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, sebagai pengetahuan dan pemahaman tentang akuntansi pemerintahan, khususnya tentang pengelolaan barang milik daerah.

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun, sebagai informasi untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengelolaan barang milik daerah.

3. Bagi akademis, sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya dan memberi masukan mengenai pengelolaan barang milik daerah.


(27)

1.5 Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana (2010) yang berjudul Pengelolaan Aset Daerah Berkaitan Opini Disclaimer BPK di Kabupaten Tojo Una Una di Sulawesi Tengah Tahun 2007.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah :

1. Penelitian sebelumnya menggunakan variabel perencanaan, penatausahaan, peningkatan produktivitas, dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian sebagai variabel independen dan pengelolaan aset daerah sebagai variabel dependen. Sementara penelitian ini menggunakan variabel perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian sebagai variabel independen, dan pengelolaan barang milik daerah sebagai variabel dependen. Selain itu, penelitian sebelumnya hanya berfokus pada aset tanah dan bangunan. Sementara penelitian ini tidak hanya berfokus pada aset tanah dan bangunan, tetapi akan meneliti semua barang milik daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah.

2. Penelitian sebelumnya menggunakan LKPD tahun 2007 sebagai fenomena dengan opini disclaimer. Pada penelitian ini menggunakan LKPD dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 sebagai fenomena dengan opini wajar dengan pengecualian.

3. Objek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten Sarolangun di Provinsi Jambi, sedangkan penelitian sebelumnya pada Pemerintah Kabupaten Tojo Una Una di Sulawesi Tengah.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengelolaan Barang Milik Daerah

Pernyataan Standar Akuntasi Pemerintahan (PSAP) Nomor 7 tentang Akuntansi Aset tetap, menyatakan bahwa aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang telah mendapat penyempurnaan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dijelaskan bahwa yang disebut sebagai barang milik daerah sebagai berikut:


(29)

1. Barang milik Daerah meliputi:

a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD; dan b. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah; 2. Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis; b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak; c. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau

d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang telah mendapat penyempurnaan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, maka pengelolaan barang milik daerah meliputi :

1. perencanaan kebutuhan dan penganggaran; 2. pengadaan;

3. penggunaan; 4. pemanfaatan;

5. pengamanan dan pemeliharaan; 6. penilaian;

7. penghapusan; 8. pemindahtanganan; 9. penatausahaan;

10. pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Menurut Sholeh dan Rochmansjah (2010) secara sederhana pengelolaan

aset/barang milik daerah meliputi: (1) adanya perencanaan yang tepat, (2) pelaksanaan secara efisien dan efektif dan (3) pengawasan (monitoring).


(30)

Istilah pengelolaan erat kaitannya dengan manajemen, menurut Burhanudin (2009) manajemen merupakan bentuk terjemahan dari kata management yang berasal dari bahasa Inggris yang artinya kalau dilihat dalam

kamus bahasa Inggris artinya adalah pengelolaan. George R.Terry dalam Burhanudin (2009) menyatakan bahwa manajemen meliputi: (1) Planning atau perencanaan, (2) Organizing atau pengorganisasian, (3) Actuating atau pelaksanaan/penggerakkan dan (4) Controlling atau pengendalian.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007, pengelolaan barang milik daerah dilakukan oleh pejabat pengelola barang milik daerah yang terdiri dari: (1) Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah; (2) Sekretaris Daerah selaku pengelola barang; (3) Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola barang milik daerah selaku pembantu pengelola; (4) Kepala SKPD selaku pengguna; (5) Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna; (6) Penyimpan barang milik daerah; dan (7) Pengurus barang milik daerah.

Adapun wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing pejabat pengelola barang milik daerah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 adalah sebagai berikut:

1. Kepala Daerah sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah, mempunyai wewenang :

a. menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;

b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah dan bangunan;


(31)

d. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

e. menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan barang milik Daerah sesuai batas kewenangannya; dan

f. menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan.

2. Sekretaris Daerah selaku pengelola, berwenang dan bertanggung jawab: a. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik daerah; b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah;

c. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang milik daerah;

d. mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan dan pemindahtanganan barang milik daerah yang telah disetujui oleh Kepala Daerah;

e. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik daerah; dan

f. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah.

3. Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola barang milik daerah bertanggungjawab mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah yang ada pada masing-masing SKPD;

4. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna barang milik daerah, berwenang dan bertanggung jawab:

a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya kepada Kepala Daerah melalui pengelola;

b. mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah kepada Kepala Daerah melalui pengelola; c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada

dalam penguasaannya;

d. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

e. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

f. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan Dewan


(32)

Perwakilan Rakyat Daerah dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Kepala Daerah melalui pengelola;

g. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya kepada Kepala Daerah melalui pengelola;

h. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya; dan

i. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam penguasaannya kepada pengelola.

5. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna barang milik daerah, berwenang dan bertanggung jawab:

a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi unit kerja yang dipimpinnya kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan;

b. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

c. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi unit kerja yang dipimpinnya;

d. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

e. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya; dan

f. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) yang berada dalam penguasaannya kepada kepala satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan.

6. Penyimpan barang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan barang yang berada pada pengguna/kuasa pengguna; dan

7. Pengurus barang bertugas mengurus barang milik daerah dalam pemakaian pada masing-masing pengguna/kuasa pengguna.

Menurut Sholeh dan Rochmansjah (2010) sasaran strategis yang harus dicapai dalam kebijakan pengelolaan aset/barang milik daerah antara lain:


(33)

1. Terwujudnya ketertiban administrasi mengenai kekayaan daerah; 2. Terciptanya efisiensi dan efektivitas penggunaan aset daerah; 3. Pengamanan aset daerah;

4. Tersedianya data/informasi yang akurat mengenai jumlah kekayaan daerah. Strategi optimalisasi pengelolaan barang milik daerah meliputi :

1. Identifikasi dan inventarisasi nilai dan potensi aset daerah.

Pemerintah daerah perlu mengetahui jumlah dan nilai kekayaan daerah yang dimiliknya, baik yang saat ini dikuasai maupun yang masih berupa potensi yang belum dikuasai atau dimanfaatkan. Untuk itu pemerintah daerah perlu melakukan identifikasi dan inventarisasi nilai dan potensi aset daerah. Kegiatan identifikasi dan inventarisasi dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat, lengkap dan mutakhir mengenai kekayaan daerah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah daerah. Identifikasi dan inventarisasi aset daerah tersebut penting untuk pembuatan Neraca Kekayaan Daerah yang akan dilaporkan kepada masyarakat. Untuk dapat melakukan identifikasi dan inventarisasi aset daerah secara lebih objektif dan dapat diandalkan, pemerintah daerah perlu memanfaatkan profesi auditor atau jasa penilai yang independen.

2. Adanya sistem informasi manajemen aset daerah.

Untuk mendukung pengelolaan aset daerah secara efisien dan efektif serta menciptakan transparansi kebijakan pengelolaan aset daerah, maka pemerintah daerah perlu memiliki atau mengembangkan sistem informasi


(34)

manajemen yang komprehensif dan handal sebagai alat untuk pengambilan keputusan. Sistem informasi manajemen aset daerah juga berisi data base aset yang dimiliki daerah. Sistem tersebut bermanfaat untuk menghasil laporan pertanggungjawaban. Selain itu, sistem informasi tersebut juga bermanfaat untuk dasar pengambilan keputusan mengenai kebutuhan pengadaan barang dan estimasi kebutuhan belanja (modal) dalam penyusunan APBD.

3. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan aset.

Pemanfaatan aset daerah harus diawasi dan dikendalikan secara ketat agar tidak terjadi salah urus (miss management), kehilangan dan tidak termanfaatkan. Untuk meningkatkan fungsi pengawasan tersebut, peran auditor internal sangat penting.

4. Melibatkan berbagai profesi atau keahlian yang terkait seperti auditor internal dan appraisal (penilai).

Pertambahan aset daerah dari tahun ke tahun perlu didata dan dinilai oleh penilai yang independen. Peran profesi penilai secara efektif dalam pengelolaan aset daerah antara lain:

a. Identifikasi dan inventarisasi aset daerah;

b. Memberi informasi mengenai status hukum harta daerah;

c. Penilaian harta kekayaan daerah baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud;

d. Analisis investasi dan set-up investasi/pembiayaan; e. Pemberian jasa konsultasi manajemen aset daerah


(35)

2.1.2 Perencanaan

Sholeh dan Rochmansjah (2010) menyatakan bahwa sistem pengendalian manajemen diawali dari perencanaan strategik (strategic planning). Perencanaan strategik adalah proses penentuan program-program, aktivitas atau proyek, yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi dan penentuan jumlah alokasi sumber daya yang akan dibutuhkan. Perencanaan strategik merupakan proses yang sistematik yang memiliki prosedur dan skedul jelas. Organisasi yang tidak memiliki atau tidak melakukan perencanaan strategik akan mengalami masalah dalam penganggaran, misalnya terjadinya beban kerja anggaran yang terlalu berat, alokasi sumber daya yang tidak tepat sasaran, dan dilakukannya pilihan strategi yang salah.

Gibson (1994) menyatakan fungsi perencanaan mencakup kegiatan menentukan sasaran yang harus dicapai dan menetapkan alat yang sesuai untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Keharusan fungsi ini timbul dari sifat organisasi sebagai badan yang mempunyai tujuan. Selanjutnya Stoner (1992) mengatakan, bahwa rencana memberikan saran bagi organisasi dan menetapkan prosedur-prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut, selain itu rencana memungkinkan:

1. Organisasi dapat memperoleh serta mengikat sumber daya alam yang diperlukan untuk mencapai tujuannya.

2. Anggota organisasi dapat melanjutkan kegiatan-kegiatan konsisten dengan tujuan dan prosedur yang telah dipilih.


(36)

3. Kemajuan kearah tujuan yang dapat dimonitor dan diukur, sehingga tindakan perbaikan dapat diambil apabila kemajuan itu tidak memuaskan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang telah mendapat penyempurnaan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, barang milik negara/daerah Perencanaan kebutuhan barang milik negara/daerah disusun dalam rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah setelah memperhatikan ketersediaan barang milik negara/daerah yang ada. Perencanaan kebutuhan barang milik negara/daerah berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan, dan standar harga.

BPPK (2011) menyatakan perencanaan adalah suatu kegiatan untuk merumuskan rincian kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang. Selanjutnya menurut BPPK (2011) adapun tujuan perencanaan adalah :

1. Agar penggunaan anggaran efisien, efektif, hemat, tidak boros dan tepat sasaran.

2. Mengantisipasi perkembangan organisasi dan perubahan kepegawaian yang membutuhkan kesesuaian BMN/D yang dibutuhkan.

3. Adanya perubahan kondisi BMN/D yang disebabkan rusak ( berat atau ringan), dihapuskan, dijual, kedaluwarsa, dan sebagainya sehingga memerlukan penggantian.


(37)

4. Kebutuhan BMN/D yang disesuaikan dengan jumlah dan keperluan perorangan pegawai.

5. Mengamankan barang persediaan yang dibutuhkan baik untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi atau keperluan berjaga-jaga.

Subagya (1995) menyatakan untuk menghindarkan pemborosan perlu diadakan pembatasan-pembatasan kebutuhan terhadap perlengkapan dan peralatan. Kebutuhan harus ditentukan secara tepat terutama mengenai tipe dan spesifikasinya. Disamping itu ditentukan pula sumber dan jumlah dari perlengkapan dan peralatan yang akan dibeli, hal ini perlu dilakukan untuk menentukan cara yang akan dilaksanakan dalam pembelian tersebut. Perencanaan proses pengadaan/pembelian sejak dari awal sampai kepada barang diterima ditempat harus telah disusun dan tergambar dengan jelas, baik tahap demi tahap dari kegiatannya sendiri maupun jadwal waktu secara tepat.

2.1.3 Pelaksanaan

Menurut Sholeh dan Rochmansjah (2010) kekayaan milik daerah harus dikelola secara optimal dengan memperhatikan prinsip efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas. Untuk itu perlu ada unit pengelola kekayaan daerah yang profesional agar tidak terjadi overlapping tugas dan wewenang dalam pengelolaan kekayaan daerah. Pengamanan terhadap kekayaan daerah harus dilakukan secara memadai baik pengamanan fisik maupun melalui sistem pengendalian intern.


(38)

Sholeh dan Rochmansjah (2010) menyatakan pelaksanaan pengelolaan aset/barang milik daerah harus memenuhi prinsip akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik yang harus dipenuhi paling tidak meliputi :

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity and legality)

2. Akuntabilitas proses (process accountability) 3. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power) oleh pejabat dalam penggunaan dan pemanfaatan kekayaan daerah, sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang berlaku. Akuntabilitas hukum juga dapat diartikan bahwa kekayaan daerah harus memiliki status hukum yang jelas agar pihak tertentu tidak dapat menyalahgunakan atau mengklaim kekayaan daerah tersebut.

Akuntabilitas proses terkait dengan dipatuhinya prosedur yang digunakan dalam melaksanakan pengelolaan kekayaan daerah. Untuk itu perlu kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi. Hal ini penting untuk mewujudkan akuntabilitas kebijakan pengelolaan aset daerah baik secara vertikal maupun secara horisontal.

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap DPRD dan masyarakat luas atas kebijakan-kebijakan


(39)

perencanaan, pengadaan, pendistribusian penggunaan atau pemanfaatan kekayaan daerah, pemeliharaan sampai pada penghapusan barang milik daerah.

Menurut Sholeh dan Rochmansjah (2010) agar pelaksanaan pengelolaan aset daerah dapat dilakukan dengan baik dan benar sehingga dapat dicapai efektivitas dan efisiensi pengelolaan aset daerah hendaknya berpegangan teguh pada azas-azas sebagai berikut :

1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dibidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan kepala daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing;

2. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;

3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar;

4. Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal;

5. Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;


(40)

6. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.

Pelaksanaan merupakan seluruh rangkaian proses mulai dari pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, dan penatausahaan. Pengadaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang prosesnya dilaksanakan berdasarkan prinsip prinsip: efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. Proses kegiatan pengadaan didasari atas kebijakan dengan berbagai aspek tujuan meliputi pemberdayaan masyarakat agar memberi peluang berusaha, berarti memberi kesempatan bekerja khususnya pada usaha kecil dalam rangka mengurangi pengangguran (BPPK, 2011).

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 bahwa barang milik daerah ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD dan dapat dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka mendukung pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan. Status penggunaan barang milik daerah ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Pengguna dan/atau kuasa pengguna wajib menyerahkan tanah dan/atau bangunan termasuk barang inventaris lainnya yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna dan/atau kuasa pengguna kepada Kepala Daerah melalui pengelola.


(41)

BPPK (2011) menyatakan pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara/daerah oleh pihak lain dalam berbagai bentuk antara lain dalam bentuk ; sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan, Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna, dan sejenisnya. Pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN)/ Barang Milik Daerah (BMD) sebagaimana tersebut di atas sepanjang diyakini bahwa BMN/BMD tersebut sudah tidak diperlukan lagi bagi penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah berdasarkan; pertimbangan/alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, dilaksanakan dengan pertimbangan untuk kepentingan negara/daerah dan kepentingan umum, untuk menunjang penyelenggaraaan tugas pokok dan fungsi oleh pengguna barang dengan persetujuan pengelola barang, mengoptimalkan manfaat barang milik Negara/daerah dan mencegah penggunaan BMN/D oleh pihak lain secara tidak sah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang telah mendapat penyempurnaan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, pengamanan hukum. Adapun pengamanan yang dapat dilakukan terhadap barang milik negara/daerah adalah :

1. Barang milik negara/ daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/ pemerintah daerah yang bersangkutan;


(42)

2. Barang milik negara/daerah berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/ pemerintah daerah yang bersangkutan;

3. Barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama pengguna barang;

4. Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama pemerintah daerah yang bersangkutan.

Pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas pemeliharaan barang milik negara/daerah yang ada di bawah penguasaannya. Pemeliharaan berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang (DKPB). Biaya pemeliharaan barang milik negara/daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Daerah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Nomor 17 Tahun 2007, penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah daerah, pemanfaatan, dan pemindahtanganan barang milik daerah. Penetapan nilai barang milik daerah dalam rangka penyusunan neraca pemerintah daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 menyatakan bahwa penghapusan barang milik daerah meliputi penghapusan dari daftar barang pengguna dan/atau kuasa pengguna dan penghapusan dari daftar barang milik daerah. Penghapusan barang milik daerah dilakukan dalam hal barang milik daerah dimaksud sudah tidak berada dalam penguasaan pengguna dan/atau kuasa


(43)

pengguna dan sudah beralih kepemilikannya, terjadi pemusnahan atau karena sebab-sebab lain.

Penghapusan dilaksanakan dengan keputusan pengelola atas nama Kepala Daerah untuk barang milik daerah dimaksud sudah tidak berada dalam penguasaan pengguna dan/atau kuasa pengguna dan dengan Keputusan Kepala Daerah untuk barang milik daerah yang sudah beralih kepemilikannya, terjadi pemusnahan atau karena sebab-sebab lain.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 barang milik daerah yang dihapus dan masih mempunyai nilai ekonomis, dapat dilakukan melalui pelelangan umum/pelelangan terbatas; dan/atau disumbangkan atau dihibahkan kepada pihak lain. Bentuk-bentuk pemindahtanganan sebagai tindak lanjut atas penghapusan barang milik daerah meliputi penjualan, tukar menukar, hibah, dan penyertaan modal pemerintah daerah.

Pada kegiatan penatausahaan meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan.

1. Pembukuan yaitu Kuasa pengguna barang/pengguna barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik Negara/daerah ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP)/Daftar Barang Pengguna (DBP) menurut penggolongan dan kodefikasi barang. Pengelola barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik Negara/daerah berupa tanah dan/atau bangunan dalam Daftar Barang Milik Negara/Daerah (DBMN/D) menurut penggolongan barang dan kodefikasi barang.


(44)

2. Inventarisasi yaitu pengguna barang melakukan inventarisasi barang milik negara/daerah sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun. Terhadap barang milik Negara/daerah yang berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan, pengguna barang melakukan inventarisasi setiap tahun. Pengguna barang menyampaikan laporan hasil inventarisasi pengelola barang selambat-lambatnya tiga bulan setelah selesainya inventarisasi.

3. Pelaporan yaitu kuasa pengguna barang harus menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) untuk disampaikan kepada pengguna barang. Pengguna barang harus menyusun Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) untuk disampaikan kepada pengelola barang.

Pengelola barang harus menyusun Laporan Barang Milik Negara/Daerah (LBMN/D) berupa tanah dan/atau bangunan semesteran dan tahunan. Pengelola barang harus menghimpun Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT). Laporan Barang Milik Negara/Daerah (LBMN/D) digunakan sebagai dasar untuk menyusun neraca pemerintah pusat/daerah.


(45)

2.1.4 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Menurut Sholeh dan Rochmansjah (2010), untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan dan menjamin tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah secara efisien dan efektif maka diperlukan fungsi berikut ini:

1. Pembinaan, yaitu usaha atau kegiatan melalui pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, dan supervisi.

2. Pengawasan, yaitu usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pengendalian, yaitu usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

BPPK (2011) menyatakan pembinaan adalah usaha atau tindakan yang dilakukan secara efektif, dan efisien, serta dalam perspektif jangka panjang, baik bersifat perubahan maupun penyempurnaan, agar pengelolaan BMN/D pada keseluruhan siklus atau tahapan kegiatan dapat dilaksanakan dengan tertib dan mencapai hasil yang lebih baik, terutama dalam memberikan daya dukung yang tinggi terhadap kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, serta keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Usaha atau tindakan dalam kegiatan pembinaan

yang dilakukan oleh pimpinan pada berbagai tingkatan secara konkrit dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti pemberian pedoman, bimbingan,


(46)

Pengawasan adalah proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan kebijaksanaan, instruksi, rencana dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku (BPPK, 2011). Sikki (1999) menyatakan pengawasan terhadap pengadaan dan pemeliharaan barang meliputi segi perencanaan (penentuan kebutuhan barang dan penanganannya), standarisasi dan normalisasi barang, prosedur pengadaan barang dan jasa, tugas-tugas kepanitiaan serta kelengkapan dokumen yang diperlukan dalam pembayaran harga barang/pekerjaan dengan mempedomani ketentuan yang berlaku.

Menurut Sikki (1999) pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen mutlak diperlukan dalam pengelolaan administrasi barang, karena dengan pengawasan akan sangat menentukan apakah terjadi kemajuan untuk tercapainya suatu tujuan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Setiap kesenjangan yang terjadi antara rencana dan pelaksanaan (pengurusan barang) pada bagian-bagian tertentu dari keseluruhan organisasi akan lebih mudah dipecahkan apabila diketahui secara dini dari pada menunggu setelah terjadi sesuatu masalah yang serius. Baiknya penerapan teknik pengawasan akan memberikan informasi yang cepat yang selanjutnya dapat diambil langkah-langkah perbaikan agar tidak menyimpang dari rencana.

Untuk mengukur dan menilai prestasi yang dicapai diperlukan alat pembanding yaitu:


(47)

1. Standarisasi harga dan barang yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, sebagai pedoman dalam penyusunan rencana kegiatan.

2. Setiap unit kerja atau bagian dalam organisasi apakah memuat/menyusun perencanaan kebutuhan barang dengan memperhatikan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan serta dapat terlaksana secara teratur dan dengan tujuan tertentu, menghilangkan pekerjaan yang tidak produktif, dapat menjadi alat pengukur hasil-hasil yang dicapai dan memberikan suatu landasan pokok untuk fungsi-fungsi lainnya terutama fungsi-fungsi pengawasan. Rencana kerja yang dibuat oleh setiap unit harus dilegalisasi pimpinan organisasi agar mempunyai dasar hukum pelaksanaannya.

3. Dokumen pelaksanaan pengadaan barang/jasa seperti kwitansi tagihan, faktur, surat pesanan, perjanjian, berita acara pemeriksaan dan penerimaan barang. 4. Laporan-laporan tertulis dari hasil pengawasan intern dan pengawasan ekstern. 5. Peraturan-peraturan, keputusan, instruksi yang ditetapkan pimpinan organisasi. Sholeh dan Rochmansjah (2010) menyatakan pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak tahap perencanaan hingga pengawasan aset. Dalam hal ini peran serta masyarakat dan DPRD serta auditor internal sangat penting. Keterlibatan auditor internal dalam proses pengawasan ini sangat penting untuk menilai konsistensi antara praktik yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan standar yang berlaku. Selain itu, auditor internal juga penting keterlibatannya untuk menilai kebijakan akuntansi yang diterapkan menyangkut pengakuan aset, pengukurannya dan penilaiannya. Pengawasan diperlukan untuk menghindari


(48)

penyimpangan dalam setiap fungsi pengelolaan/manajemen aset daerah. Sistem dan teknik pengawasan perlu ditingkatkan agar masyarakat tidak mudah dikelabui oleh oknum-oknum yang hendak menyalahgunakan kekayaan milik daerah.

Karakteristik pengawasan adalah sebagai berikut: (1) berorientasi kepada perbaikan; (2) penemuan fakta-fakta atas setiap permasalahan; (3) bersifat preventif; (4) pengawasan adalah sarana dan bukan tujuan; (5) pendekatan pada masa sekarang (aktual); (6) efisiensi pelaksanaan kegiatan pengawasan; (7) tindak lanjut hasil pengawasan; (8) dan bersifat pembinaan. Dalam hal ini pengawasan lebih bersifat koordinatif, partisipatif, dan konsultatif guna memberikan solusi atas masalah dan hambatan yang dihadapi auditan dalam mencapai tujuan, (BPPK, 2011).

Menurut BPPK (2011), pengendalian intern secara luas merupakan suatu proses yang dipengaruhi dan melibatkan tidak hanya pada tingkat pimpinan tertinggi tetapi seluruh sumber daya manusia dalam organisasi bersangkutan. Pengendalian intern tersebut dirancang untuk memberikan jaminan yang memadai dalam rangka pencapaian tujuan yang ditetapkan. Jaminan yang diberikan tidak bersifat mutlak satu dan lain hal terutama adanya unsur ketidakpastian dimasa datang yang tidak jarang sulit diprediksi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan


(49)

memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Agar pengelolaan barang milik daerah dapat berjalan dengan tertib dan optimal maka tahapan perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian perlu dilakukan dalam satu kesatuan sistem. Perencanaan yang tepat bertujuan agar penggunaan anggaran dalam hal pengelolaan barang milik daerah dilakukan secara efisien, efektif dan ekonomis. Pelaksanaan secara efisien dan efektif bertujuan agar pengelolaan barang milik daerah dilakukan secara baik dan benar yaitu profesional, transparan dan akuntabel sehingga barang milik daerah tersebut memberikan manfaat baik itu untuk jalannya roda pemerintahan maupun untuk kesejahteraan masyarakat. Adanya pembinaan, pengawasan dan pengendalian diperlukan untuk menghindari penyimpangan dari peraturan yang berlaku dalam setiap tahapan pengelolaan barang milik daerah.

2.2 Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)

Beberapa penelitian terdahulu dapat ditunjukkan sebagai berikut:

1. Penelitian Oktaviana (2010) yang berjudul Pengelolaan Aset Daerah Berkaitan Opini Disclaimer BPK di Kabupaten Tojo Una Una di Sulawesi Tengah Tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas secara sendiri-sendiri/parsial hanya akan memberikan pengaruh yang kecil terhadap variabel terikatnya, namun secara bersama-sama/serentak akan


(50)

memberikan pengaruh yang sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan, penatausahaan, peningkatan produktivitas serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian merupakan unsur yang saling terikat satu sama lain yang harus dilakukan dan diterapkan dalam satu kesatuan sistem dalam rangka mendukung pengelolaan aset (tanah dan bangunan) Pemerintah Kabupaten Tojo Una Una. Tahapan pengelolaan aset daerah Pemerintah Kabupaten Tojo Una Una sudah sebagian dilaksanakan namun masih belum sesuai dengan PP Nomor 6 Tahun 2006 sehingga menjadikan nilai aset yang terdapat pada neraca daerah tidak dapat diandalkan, akibatnya laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Tojo Una Una Tahun 2007 memperoleh opini disclaimer.

2. Sikki (1999) yang berjudul Pengaruh Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Pengelolaan Barang pada Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, penelitian ini memperoleh hasil bahwa pengawasan dengan indikator: (a) program kerja pengawasan, (b) obyektifitas pengawasan, (c) profesionalisme pengawasan dan (d) rutinitas pengawasan, memiliki pengaruh terhadap pelaksanaan pengelolaan barang ditinjau dari indikator: (a) perencanaan kebutuhan, (b) pengadaan, (c) penyimpanan dan distribusi, (d) pemeliharaan, inventarisasi dan (f) penghapusan barang.

3. Primastuti (2008) penelitiannya berjudul Penilaian Terhadap Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern dalam Pengelolaan Asset Tetap pada Pemerintah Kota Depok, penelitian ini memperoleh hasil bahwa Pelaksanaan sistem


(51)

pengendalian intern dalam pengelolaan asset tetap pada Pemerintah Kota Depok belum efektif.

Adapun review peneliti terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu Nama/tahun

penelitian Topik

Variabel yang

digunakan Hasil yang diperoleh

Oktaviana / 2010 Pengelolaan Aset

Daerah Berkaitan Opini Disclaimer BPK di Kabupaten Tojo Una Una di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007

- Perencanaan (X1

- Penatausahaan (X

)

2 - Peningkatan

produktivitas (X

)

3 - Pembinaan,

pengawasan dan pengendalian (X

)

4 - Pengelolaan

Aset Daerah (Y) )

Variabel bebas secara sendiri-sendiri/parsial hanya akan memberikan pengaruh yang kecil terhadap variabel terikatnya, namun secara bersama-sama/serentak akan memberikan pengaruh yang sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan, penatausahaan, peningkatan produktivitas serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian merupakan unsur yang saling terikat satu sama lain yang harus dilakukan dan diterapkan dalam satu kesatuan sistem dalam rangka mendukung pengelolaan aset (tanah dan bangunan) Pemerintah Kabupaten Tojo Una Una

Sikki /1999 Pengaruh Pengawasan

Terhadap Pelaksanaan Pengelolaan Barang Pada Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta

- Pengawasan (X) - Pengelolaan

Barang (Y)

Pengawasan dengan indikator : a) program kerja pengawasan, b) obyektifitas pengawasan, c) profesionalisme pengawasan, d) rutinitas pengawasan,

memiliki pengaruh terhadap pelaksanaan pengelolaan barang ditinjau dari indikator : a) perencanaan kebutuhan, b) pengadaan,

c) penyimpanan dan distribusi, d) pemeliharaan, inventarisasi

dan

f) penghapusan barang.

Primastuti / 2008 Penilaian Terhadap

Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern dalam Pengelolaan Asset Tetap pada Pemerintah Kota Depok

- Sistem Pengendalian Intern (X) - Pengelolaan

Asset Tetap (Y)

Pelaksanaan sistem pengendalian intern dalam pengelolaan aset tetap pada Pemerintah Kota Depok belum efektif.


(52)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Secara sederhana pengelolaan barang milik daerah meliputi tiga fungsi utama, yaitu: (1) adanya perencanaan yang tepat, (2) pelaksanaan secara efisien dan efektif dan (3) pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Berdasarkan fungsi utama pengelolaan barang milik daerah tersebut, maka akan diambil tiga kegiatan

yang digunakan sebagai variabel independen (X), yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian. Berdasarkan tiga

variabel independen tersebut akan dilihat pengaruhnya terhadap pengelolaan barang milik daerah sebagai variabel dependen (Y).

Dengan demikian kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut. Variabel Independen (X)

Variabel dependen (Y)

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Perencanaan

(X1)

Pelaksanaan (X2)

Pengelolaan barang milik daerah

(Y)

Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian


(53)

Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Adanya perencanaan bertujuan agar penggunaan anggaran dalam hal pengelolaan barang milik daerah lebih efisien, efektif dan ekonomis. Selain itu, adanya perencanaan mengantisipasi perkembangan organisasi dan perubahan kepegawaian yang membutuhkan kesesuaian barang milik daerah yang dibutuhkan. Oleh karena itu, semakin baik/buruk perencanaan, maka semakin baik/buruk pengelolaan barang milik daerah.

2. Adanya pelaksanaan yang efisien dan efektif bertujuan agar pengelolaan barang milik daerah dilakukan secara profesional, transparan dan akuntabel sehingga barang milik daerah memberikan manfaat untuk jalannya roda pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, semakin baik/buruk pelaksanaan, maka semakin baik/buruk pengelolaan barang milik daerah.

3. Kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan barang milik daerah diperlukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan dari peraturan yang berlaku dalam setiap tahapan pengelolaan barang milik daerah dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, semakin baik/buruk pembinaan, pengawasan dan pengendalian, maka semakin baik/buruk pengelolaan barang milik daerah.


(54)

3.2 Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka konseptual yang telah digambarkan dan dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah: perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pengelolaan barang milik daerah Pemerintah Kabupaten Sarolangun.


(55)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausal (causal), yaitu untuk melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti. Umar (2008) menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependennya secara langsung.

Peneliti menggunakan desain penelitian ini untuk mengetahui apakah Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian sebagai variabel independen berpengaruh terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagai variabel dependen baik secara simultan maupun parsial.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Waktu yang direncanakan untuk melakukan penelitian adalah bulan Juni 2011 sampai dengan Oktober 2011.


(56)

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah SKPD di lingkungan Pemerintah

Daerah Kabupaten Sarolangun dengan jumlah 28 SKPD, yang terdiri dari 1 Sekretariat Daerah, 1 Sekretariat DPRD, 8 Badan, 14 Dinas, dan 4 Kantor.

Pada masing-masing SKPD akan diberikan 3 (tiga) kuesioner yang akan diisi oleh:

1. Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang selaku kepala SKPD yang memiliki wewenang untuk melakukan pengelolaan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

2. Kasubbag Perencanaan/Umum selaku atasan langsung pengurus barang yang memiliki wewenang mengajukan rencana kebutuhan dan pemeliharaan barang;

3. Pengurus Barang SKPD yang bertugas mengurus barang milik daerah dalam pemakaian pada masing-masing pengguna/kuasa pengguna.

Oleh karena itu, total populasi yang akan diberikan kuesioner sebanyak 84 populasi. Seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 84 sampel karena dilakukan dengan menggunakan metode sensus.


(57)

Tabel 4.1 Daftar Populasi Penelitian

No SKPD

Responden Pengguna Barang Kasubbag Perencanaan/ Umum Pengurus Barang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Inspektorat Bappeda

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa

Badan Pelaksana Penyuluhan Badan Lingkungan Hidup

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Dinas PU dan Perumahan Rakyat Dinas Pertanian

Dinas Perkebunan dan Kehutanan Dinas Kesehatan

Dinas Pendidikan Dinas Perindagkop

Dinas Perhubungan Kominfo

Dinas Tata Kota, Kebersihan dan

Pertamanan

Dinas Sosial dan Nakertrans Disbudparpora

Dinas Kependudukan dan Capil Dinas ESDM

Dinas Perikanan dan Peternakan Kantor Satpol PP

Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kantor Kesbangpolinmas

Kantor PDE dan Santelda

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sumber : Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 2, 3 dan 4 Tahun 2008


(58)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Umar (2009) menyatakan bahwa data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Pengumpulan data dari responden menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang diantar sendiri oleh peneliti sebanyak 84 kuisioner dan ditunggu selama 10 hari.

4.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu Perencanaan (X1), Pelaksanaan (X2), dan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (X3) dan

satu variabel dependen yaitu Pengelolaan Barang Milik Daerah (Y). Definisi operasional dari variabel pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

4.5.1 Pengelolaan Barang Milik Daerah (Y)

Adapun yang dimaksud dengan pengelolaan barang milik daerah pada penelitian ini adalah sasaran strategis yang harus dicapai dalam kebijakan pengelolaan barang milik daerah antara lain: (1) Terwujudnya ketertiban administrasi mengenai barang milik daerah; (2) Terciptanya efisiensi dan efektivitas penggunaan barang milik daerah; (3) Pengamanan barang milik daerah; (4) Tersedianya data/informasi yang akurat mengenai jumlah barang milik daerah.


(59)

butir pertanyaan yang berkaitan dengan pengelolaan barang milik daerah yaitu tentang tertib administrasi, efisiensi dan efektivitas penggunaan barang milik daerah, pengamanan barang milik daerah dan tersedianya data/informasi yang akurat, yang merupakan modifikasi instrumen kuesioner yang dibuat oleh Oktaviana (2010). Skala pengukurannya menggunakan skala ordinal atau skala likert 1 sampai 5, dimana skor 5 (S=sudah sepenuhnya), skor 4 (SB=sebagian besar), skor 3 (N=netral), skor 2 (SK=sebagian kecil), dan skor 1 (SSB=sama sekali belum).

4.5.2 Perencanaan (X1

Adapun yang dimaksud dengan perencanaan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner dengan 7 butir pertanyaan untuk mengukur variabel perencanaan yaitu mengenai penganggaran, kondisi barang milik daerah, dan kebutuhan barang milik daerah, yang merupakan modifikasi instrumen kuesioner yang dibuat oleh Oktaviana (2010). Skala pengukurannya menggunakan skala ordinal atau skala likert 1 sampai 5, dimana skor 5 (S=sudah sepenuhnya), skor 4 (SB=sebagian besar), skor 3 (N=netral), skor 2 (SK=sebagian kecil), dan skor 1 (SSB=sama sekali belum).


(60)

4.5.3 Pelaksanaan (X2

Pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah meliputi kegiatan-kegiatan pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan dan penatausahaan. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner dengan 14 butir pertanyaan untuk mengukur variabel pelaksanaan yaitu mengenai tahapan kegiatan pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan dan penatausahaan. Kuesioner merupakan modifikasi dari instrumen kuesioner Oktaviana (2010) untuk kegiatan pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan dan penatausahaan. Skala pengukurannya menggunakan skala ordinal atau skala likert 1 sampai 5, dimana skor 5 (S=sudah sepenuhnya), skor 4 (SB=sebagian besar), skor 3 (N=netral), skor 2 (SK=sebagian kecil), dan skor 1 (SSB=sama sekali belum).

)

4.5.4 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (X3

Pembinaan adalah usaha atau tindakan yang dilakukan secara efektif, dan efisien, serta dalam perspektif jangka panjang, baik bersifat perubahan maupun penyempurnaan, agar pengelolaan barang milik daerah dapat dilaksanakan dengan tertib.

)

Pengawasan adalah proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana


(61)

dengan baik sesuai dengan kebijaksanaan, instruksi, rencana dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku.

Pengendalian adalah kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner dengan 10 butir pertanyaan untuk mengukur variabel tersebut yaitu mengenai pemberian bimbingan, motivasi, supervisi dan pelatihan, pengawasan dan pengendalian, yang merupakan modifikasi instrumen kuesioner yang dibuat oleh Oktaviana (2010). Skala pengukurannya menggunakan skala ordinal atau skala likert 1 sampai 5, dimana skor 5 (S=sudah sepenuhnya), skor 4 (SB=sebagian besar), skor 3 (N=netral), skor 2 (SK=sebagian kecil), dan skor 1 (SSB=sama sekali belum).

Secara ringkasnya definisi operasional variabel yang digunakan berikut pengukuran dan skala pengukurannya dapat dilihat dalam tabel berikut :


(62)

Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Pengukuran Variabel Skala

Pengukuran Variabel Dependen Pengelolaan Barang Milik Daerah (Y)

Sasaran strategis yang harus dicapai dalam kebijakan pengelolaan barang milik daerah antara lain: (1) Terwujudnya ketertiban administrasi mengenai barang milik daerah;

(2) Terciptanya efisiensi dan efektivitas penggunaan barang milik daerah; (3) Pengamanan barang milik daerah; (4) Tersedianya data/informasi yang akurat mengenai jumlah barang milik daerah.

Terdapat 14 butir pertanyaan untuk mengukur variabel yaitu tentang:

1. Tertib administrasi. 2. Efisiensi dan efektivitas

penggunaan barang milik daerah.

3. Pengamanan barang milik daerah.

4. Tersedianya data/informasi yang akurat.

Ordinal

Variabel Independen

Perencanaan (X1

Perencanaan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang. )

Terdapat 7 butir pertanyaan untuk mengukur variabel perencanaan yaitu mengenai:

1. Penganggaran.

2. Kondisi barang milik daerah 3. Kebutuhan barang milik

daerah.

Ordinal

Pelaksanaan (X2

Pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah meliputi kegiatan-kegiatan pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan dan penatausahaan.

)

Terdapat 14 butir pertanyaan untuk mengukur variabel yaitu mengenai:

1. Tahapan kegiatan pengadaan. 2. Tahapan kegiatan penggunaan. 3. Tahapan kegiatan pemanfaatan. 4. Tahapan kegiatan pengamanan

dan pemeliharaan

5. Tahapan kegiatan penilaian. 6. Tahapan kegiatan penghapusan 7. Tahapan kegiatan

pemindahtanganan 8. Tahapan kegiatan

penatausahaan. Ordinal Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (X3

Pembinaan adalah usaha atau tindakan yang dilakukan secara efektif, dan efisien, serta dalam perspektif jangka panjang, baik bersifat perubahan maupun penyempurnaan, agar pengelolaan barang milik daerah dapat dilaksanakan dengan tertib.

)

Pengawasan adalah proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan kebijaksanaan, instruksi, rencana dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku.

Pengendalian adalah kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Terdapat 10 pertanyaan untuk mengukur variabel yaitu mengenai : 1. Pemberian bimbingan, motivasi,

supervisi dan pelatihan. 2. Pengawasan.

3. Pengendalian.


(63)

4.6 Metode Analisis Data

Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis) dengan model regresi sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 +b2X2 + b3X3

dimana:

+ e

Y = Pengelolaan Barang Milik Daerah b0

b

= Konstanta

1,b2,b3

X

= Koefisien regresi

1

X

= Perencanaan

2

X

= Pelaksanaan

3

e = Error

= Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

4.6.1 Uji Kualitas Data 4.6.1.1 Uji Validitas

Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan (Umar, 2008). Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan ketentuan: jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner valid tetapi sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner tidak valid (Ghozali, 2006).


(64)

4.6.1.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil pengamatan dengan instrumen atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang berbeda-beda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas pengamatan adalah dengan menggunakan koefisien cronbach alpha, yaitu instrumen dikatakan reliable jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Menurut Siregar

(2010) kriteria suatu instrumen dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60.

4.6.2 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.

4.6.2.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti bentuk lonceng pada diagram histogram. Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian satu sampel menggunakan pengujian satu sisi yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikansi tertentu yaitu :


(65)

1. Nilai Signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal.

2. Nilai Signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal. Selain dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, untuk melihat apakah suatu data mempunyai distribusi normal dapat juga dengan melihat grafik.

4.6.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji, apakah ditemukan atau tidak korelasi diantara variabel independen (Umar, 2008). Jika terjadi korelasi antar variabel independen maka akan ditemukan adanya masalah multikolinieritas. Suatu model regresi yang baik harus tidak menimbulkan masalah multikolinieritas. Untuk itu diperlukan uji multikolinieritas terhadap setiap data variabel bebas yaitu dengan :

1. Melihat angka collinearity Statistics yang ditunjukkan oleh Nilai Variance inflation Factor (VIF). Jika angka VIF lebih besar dari 10, maka variabel

bebas yang ada memiliki masalah multikolinieritas (Ghozali, 2006).

2. Melihat nilai tolerance, dimana jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 maka variabel bebas yang ada memiliki masalah multikolinieritas (Ghozali, 2006). 4.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Umar (2008) Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke


(66)

pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan metode grafik plot, untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Metode grafik plot dilakukan dengan cara mendiagnosa diagram residual plot. Residual plot (Studentized) dibandingkan dengan hasil prodiksi. Jika titik-titik sebar membentuk pola tertentu dan teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

4.6.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang dilakukan meliputi uji statistik F (uji simultan) dan uji statistik t (uji parsial).

4.6.3.1 Uji Statistik F

Uji statistik F bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel independen secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis untuk uji statistik F adalah sebagai berikut :

Ho : b1 = b2 = b3

Ha : b

= 0, Perencanaan, Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian tidak berpengaruh secara simultan terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah.

1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, Perencanaan, Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan dan

Pengendalian berpengaruh secara simultan terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah.


(67)

Kriteria pengambilan keputusan :

Jika F hitung > F tabel dengan tingkat signifikan 5%, maka Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima (berpengaruh).

Jika F hitung < F tabel dengan tingkat signifikan 5%, maka Ho diterima atau hipotesis yang diajukan ditolak (tidak berpengaruh).

4.6.3.1 Uji Statistik t

Uji statistik t untuk menguji seberapa jauh pengaruh dari variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen atau untuk melihat variabel apa yang memberikan pengaruh paling dominan diantara variabel yang ada. Hipotesis untuk uji statistik t adalah sebagai berikut :

Ho : bi

Ha : b

= 0, Perencanaan, Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian secara parsial tidak berpengaruh terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah.

i

Kriteria pengambilan keputusan :

≠ 0, Perencanaan, Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian secara parsial berpengaruh terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Jika t hitung > t tabel dengan tingkat signifikan 5%, maka Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima (berpengaruh).

Jika t hitung < t tabel dengan tingkat signifikan 5%, maka Ho diterima atau hipotesis yang diajukan ditolak (tidak berpengaruh).


(68)

BAB V

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskriptif Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan satu tahap, yaitu dengan menyebarkan 84 kuesioner kepada responden yang berada pada SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun sebanyak 28 SKPD yang

terdiri dari 1 Sekretariat Daerah, 1 Sekretariat DPRD, 8 Badan, 14 Dinas dan 4 Kantor. Masing-masing SKPD diberikan 3 kuesioner yang ditujukan kepada

Pengguna Barang (Kepala SKPD), Kasubbag Perencanaan/Umum, dan Pengurus Barang. Kemudian sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, kuesioner

dijemput kembali. Dari 84 kuesioner yang dibagikan yang kembali sebanyak 81 kuesioner. Jadi kuesioner yang digunakan untuk analisis data hanya sebanyak

81 kuesioner sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Distribusi Kuesioner

No Keterangan

J u m l a h

Instansi Sebar Kembali Tidak Kembali Baik Rusak

1 2 3 4 5 Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Badan Dinas Kantor 1 1 8 14 4 3 3 24 42 12 3 3 24 39 12 - - - - - - - - 3 -


(69)

5.1.1 Deskripsi Lokasi

Lokasi pada penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sarolangun. Kabupaten Sarolangun merupakan kabupaten pemekaran yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 dengan luas wilayah 7.820 Km2 dan secara geografis sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tebo, sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera Selatan, sebelah timur dengan Kabupaten Batang Hari dan sebelah barat dengan Kabupaten Merangin.

5.1.2 Karakteristik Responden

Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, maka dapat dilihat tentang demografi responden penelitian yang terdiri dari:

(1) Tingkat pendidikan, klasifikasinya yaitu: SLTA, D3, Strata 1 dan Strata 2; (2) Jabatan responden, klasifikasinya yaitu: Kepala SKPD, Kasubbag dan

Pengurus Barang;

(3) Pangkat dan golongan, klasifikasinya yaitu: Golongan II, Golongan III dan Golongan IV;

(4) Lama bekerja, klasifikasinya yaitu: 1 – 5 tahun, 6 – 10 tahun, 11 – 15 tahun, 16 – 20 tahun dan > 21 tahun;

(5) Diklat yang diikuti, klasifikasinya yaitu: tidak pernah, minin sekali, pernah, sering, dan sering sekali.


(70)

Tabel 5.2 Demografi Responden

No Demografi Responden Frekuensi Persentase I Tingkat pendidikan

1 2 3 4 SLTA D3 S1 S2 16 4 45 16 19,8 % 4,9 % 55,6 % 19,8 % II Jabatan

1 2 3 Kepala SKPD Kasubbag Pengurus Barang 27 27 27 33,3 % 33,3 % 33,3 % III Pangkat/Golongan

1 2 3 Golongan IV Golongan III Golongan II 28 37 16 34,6 % 45,6 % 19,8 % IV Lama bekerja

1 2 3 4 5

1 – 5 Tahun 6 – 10 Tahun 11 – 15 Tahun 16 – 20 Tahun > 21 Tahun

15 14 12 11 29 18,5 % 17,3 % 14,8 % 13,6 % 35,8 % V Diklat yang diikuti

1 2 3 4 5 Tidak Pernah Minim Sekali Pernah Sering Sering Sekali 9 41 31 - - 11,1 % 50,6 % 38,3 % - - Sumber : Lampiran 4 (hasil tabulasi)


(1)

Lampiran 6 Deskriptif Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Perencanaan 81 2.29 5.00 4.1711 .49612

Pelaksanaan 81 2.36 4.79 4.1243 .42928

Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

81 1.89 4.89 3.5789 .70332

Pengelolaan Barang Milik Daerah

81 2.43 4.93 3.9559 .54346


(2)

Lampiran 7 Pengujian Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 81

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .29660844

Most Extreme Differences Absolute .066

Positive .043

Negative -.066

Kolmogorov-Smirnov Z .594

Asymp. Sig. (2-tailed) .872

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

Lampiran 8 Pengujian Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant)

Perencanaan .607 1.646

Pelaksanaan .497 2.013

Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

.473 2.112

a. Dependent Variable: Pengelolaan Barang Milik Daerah


(4)

Lampiran 10 Pengujian Hipotesis

10.1 Uji Statistik F (Simultan)

ANOVA Model

b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 16.590 3 5.530 60.501 .000a

Residual 7.038 77 .091

Total 23.628 80

a. Predictors: (Constant), Pembinaan,Pengawasan dan Pengandalian, Perencanaan, Pelaksanaan

b. Dependent Variable: Pengelolaan Barang Milik Daerah

10.1 Uji Statistik t (Parsial)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.451 .368 -1.225 .224

Perencanaan .393 .087 .359 4.499 .000

Pelaksanaan .556 .112 .439 4.978 .000

Pembinaan,Pengawasan dan Pengandalian

.132 .070 .171 1.892 .062


(5)

Lampiran 11 Koefisien Determinasi

Model Summary Model

b

R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .838a .702 .691 .30233

a. Predictors: (Constant), Pembinaan,Pengawasan dan Pengandalian, Perencanaan, Pelaksanaan b. Dependent Variable: Pengelolaan Barang Milik Daerah


(6)

Lampiran 12 Rencana Waktu Penelitian

No

Uraian

Juni 2011

Juli 2011

Nov 2011

Des 2011

Jan,12

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

2

1

Penyusunan

Proposal

2

Kolokium

3

Pengumpulan Data

4

Pengolahan Data

5

Penyusunan

Laporan

Penelitian

6

Seminar Hasil

7

Perbaikan Seminar

Hasil

8

Ujian Tesis


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penatusahaan dan Penertiban Barang Milik Daerah terhadap Pengamanan Barang Milik Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Langkat

18 91 103

Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Aset Daerah Studi Kasus Pada Pemerintahan Kota Medan

105 557 103

PENGARUH PERENCANAAN, PENATAUSAHAAN DAN PENGAWASAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAPPENGAMANAN BARANG MILIK DAERAH PADA PEMERINATAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA.

0 7 29

PENGARUH PENATA USAHAAN DAN PENGAWASAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP PENGAMANAN BARANG MILIK DAERAH PADA PEMERINTAHAN KOTA MEDAN.

0 1 15

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH TERHADAP EFEKTIFITAS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH: PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA BANDUNG.

2 8 56

PENGARUH PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN (Studi Kasus pada SKPD Pemerintah Kabupaten Bandung).

7 29 55

NOMOR 244PMK.062012 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengawasan Dan Pengendalian Barang Milik Negara

0 0 38

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH TERHADAP EFEKTIFITAS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH: PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA BANDUNG - repository UPI S PEA 1003175 Title

0 0 3

this PDF file PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, PENATAUSAHAAN, PENGAWASAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP PENGAMANAN BARANG MILIK DAERAH (Studi Pada SKPD Pemerintah Kabupaten Buol) | Bokingo | Katalogis 1 PB

0 1 12

PENGARUH PENGAWASAN INTERN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH ( Penelitian Pada Pemerintah Kabupaten Jepara)

0 0 19