Akad Nikah Dan Syarat Sahnya Pernikahan

memakai perhiasan yang terbuat dari emas di dalam haditsnya yang berbunyi “Seseorang dari kalian telah sengaja mengambil bara api dari neraka dan meletakkan di tangannya karena ia memakai cincin dari emas. Emas dan sutera dihalalkan bagi perempuan dari umatku dan dihramkan bagi laki-laki.”HR. Muslim dan Ahmad. Oleh karena alasan inilah larangan acara pertukaran cincin pertunangan untuk dilakukan bagi jamaah salafiyyah.

IV.2. Adab-adab dan Tata Cara Penyelenggaraan Pernikahan

Adab-adab dan tata cara pentelenggaraan pernikahan adalah hal apa saja yang dilakukan dan menyangkut hukum dan cara menyelenggaraan akad pernikahan. Pada jamaah salafiyyah adab-adab, tata cara serta hukum-hukum yang berlaku di dalam penyelenggaraan pernikahan menyangkut tentang akad pernikahan atau syarat sahnya pernikahan, khutbah nikah, penyelenggaraan pesta, dan hal-hal yang dilarang dalam penyelenggaraan pesta pernikahan.

IV.2.1. Akad Nikah Dan Syarat Sahnya Pernikahan

Akad pernikahan merupakan pernyataan yang timbul dari perkataan yang bersifat mengikat dan menghalalkan pergaulan, membatasi hak dan kewajiban serta tolong menolong antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya Rasyid,1987;348. Dalam penyelenggaraan nikah biasanya terdapat rukun nikah. Rukun nikah harus terpenuhi semua persyaratannya. Nikah tidak sah apabila rukun nikah tidak terpenuhi. Adapun di dalam ajaran Islam rukun nikah ada tiga yaitu; Akad nikah atau yang biasa disebut sebagai ijab dan qabul, ada perwalian, dan ada dua orang saksi yang bersifat adil. Universitas Sumatera Utara Tata cara pelaksanaan atau penyelenggaraan nikah pada jamaah salafiyyah terdapat banyak perbedaan dengan pernikahan umumnya di setiap suku bangsa yang umumnya juga melaksanakan rukun nikah sebagai penentu sahnya pernikahan karena menganut ajaran Islam. Penyelenggaraan pernikahan pada jamaah salafiyyah dilakukan bersifat tertutup dan hanya dihadiri oleh kalangan laki-laki saja dalam pelaksanaan akad nikahnya saja. Calon mempelai laki-laki hanya berhadapan dengan wali dari pihak mempelai perempuan beserta saksi dan pihak lain yaitu utusan pemerintah sebagai petugas pencatat nikah oleh negara dan pihak lain sebagai undangan yang semuanya kalngan laki-laki. Kalangan perempuan tidak diperbolehkan duduk bercampur baur dengan kalangan laki-laki dalam pelaksanaan akad. Bahkan calon mempelai perempuan tidak boleh disandingkan dan duduk di dekat calon mempelai laki-laki dalam pelaksanaan akad nikah. Kalangan perempuan dan calon mempelai perempuan harus tetap berada di dalam kamar atau ruangan tersendiri berkumpul, bisa juga hanya dibatasi oleh tirai atau hijab. Perkataan akad atau ijab dan qabul hanya dilakukan antara mempelai laki- laki dan wali dari mempelai perempuan. Sementara petugas pencatat nikah secara kenegaraan yang biasanya menjadi mediator dan berperan besar dalam penyelenggaraan akad nikah, pada penyelenggaraan pernikahan jamaah salafiyyah peran petugas pencataat nikah cuma hanya sebagai pencatat nikah secara hukum negara saja. Hal ini dikarenakan proses penyelenggaraan akad nikah yang sesuai dengan sunnah menurut jamaah salafiyyah tidak memerlukan peran pegawai pencatat nikah. Menurut mereka akad nikah sudah sah jika rukun nikah telah Universitas Sumatera Utara dipenuhi. Alasan mengundang pegawai negara pencatat nikah bagi mereka hanya bagian dari ketaatan aturan kepada pemerintah yang harus mencatatkan pernikahan warga negara secara hukum kenegaraan. Jadi menurut mereka fungsi pegawai pencatat nikah harus ditempatkan sesuai dengan fungsinya yang semula yaitu hanya sebagai pegawai pembantu pencatat nikah. Alasan lain yang dikemukakan oleh para ustadz salafiyyah adalah bahwa alasan hukum dan tata cara pelaksanaan pernikahan nantinya yang akan terjadi jika ditangani oleh pegawai pencatat nikah adalah timbulnya berbagi bentuk tata cra dan adab-adab pernikahan yang tidak sesuai lagi dengan sunnah. Menurut mereka banyak bid’ah yang bisa terjadi nantinya. Contoh bid’ah yang biasanya terjadi dalam penyelenggaraan akad nikah yang dipimpin oleh pegawai pencatat nikah pada umunya menurut jamaah salafiyyah yaitu; 1. mempelai perempuan diperintahkan untuk keluar dari kamar dan duduk untuk berdampingan dalam penyelenggaraan akad nikah, padahal mempelai laki-laki dan perempuan belum resmi sah menjadi suami isteri. 2. Mempelai laki-laki diperintahkan untuk mengucapakan syahadatain atau persaksian keislaman, padahal mempelai laki-laki telah diketahui beragama Islam dan hal itu tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan nabi. 3. Ucapan ijab dan qabul antara mempelai laki-laki dan wali dari mempelai perempuan yang sering sekali dianggap salah oleh pegawai pencatat nikah dengan pengucapan yang bersifat kaku. 4. Dilakukannya doa bersama-sama ketika selesai pengucapan akad yang menandai sahnya pernikahan, padahal nabi tidak pernah mengajarkannya dan tidak pernah mencontohkannya. Universitas Sumatera Utara Hal-hal yang sering terjadi dalam penyelenggaraan akad nikah menurut jamaah salafiyyah mungkin tidak mendapatkan pahala dan berkah dari Allah, karena pernikahan termasuk ibadah, dan ibadah harus seuai dengan perintah Allah menurut tuntunan nabi agar diterima dan mendapatkan pahala dari Allah. Pernikahan merupakan sesuatu ibadah yang sakral dan telah memiliki tuntunan dari agama. Nurdin Al-Bukhari 25 tahun seorang ustadz salafiyyah menyatakan bahwa sebenarnya urusan pernikahan tidak boleh dilakukan secara bercanda. Ia mengatakan dua hal yang bercandanya dapat bernilai serius di hadapan Allah adalah talaq dan nikah. Dua hal ini tidak boleh diucapkan dan ditawarkan secara sembarangan walaupun hanya bercanda. “…ada dua hal yang dibilang nabi yang main mainnya itu benaran dan benarannya itu ya lebih benar. Keduanya adalah talaq dan nikah. Makanya ketika misalkan ada seorang bapak secara main-main bilang kepada pemuda apakah bersedia dinikahkan kepada anak gadisnya, jika si pemuda menjawab dengan main-main juga dengan mengatakan bersedia maka jika ada dua orang saksi saja di dekat mereka berdua dan menyakasikan pernyataan mereka berdua maka sahlah pernikahannya dan jatuhlah kehalalan anak gadisnya kepada pemuda tersebut. Termasuk juga talaq, jika seorang suami bercanda mengucapkan cerai pada isterinya maka sudah jatuhlah talaq satu. Makanya antum jangan bermain- main dalam dua hal ini nantinya kalau sudah jadi orang tua…” Jadi menurut jamaah salafiyyah penyelenggaraan akad pernikahan tidaklah sulit. Bahkan dalam hal ijab dan qabul secara bercanda telah sah pernikahannya apabila telah memenuhi rukun nikah. Tetapi menurut mereka kebanyakan pernikahan orang-orang pada umumnya saat ijab dan qabul sering dianggap salah oleh Universitas Sumatera Utara pegawai pencatat nikah sehingga sering diulang-ulang hingga beberapa kali dan cenderung kaku. Setelah selesai akad nikah dengan pengucapan ijab dan qabul oleh mempelai laki-laki dan telah sahnya pernikahn maka tugas selanjutnya pegawai pencatat nikah untuk memberikan penerangan mengenai peraturan-peraturan hukum pernikahn secara pernikahan hingga masalah perceraian atau talaq. Setelah akad nikah selesai kemudian diadakan khutbah nikah yang disampaikan oleh ustadz.

IV.2.2. Khutbah Nikah

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pada Pernikahan Campuran (Studi Kasus Tentang Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pada Pernikahan Campuran Suku Batak Toba-Tionghoa di kota Medan)

17 176 147

Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung)

2 70 112

STRATEGI COPING PERNIKAHAN PADA SUAMI ANGGOTA JAMAAH TABLIGH Strategi Coping Pernikahan Pada Suami Anggota Jamaah Tabligh.

0 2 18

STRATEGI COPING PERNIKAHAN PADA SUAMI ANGGOTA JAMAAH TABLIGH Strategi Coping Pernikahan Pada Suami Anggota Jamaah Tabligh.

0 5 17

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa Dan Minangkabau (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Pernikahan Jawa dan Minangkabau).

0 3 12

PENDAHULUAN Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa Dan Minangkabau (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Pernikahan Jawa dan Minangkabau).

0 2 24

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa Dan Minangkabau (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Pernikahan Jawa dan Minangkabau).

0 3 13

Studi Deskriptif Mengenai Kepuasan Pernikahan pada Istri Pasangan Commuter Marriage di Gereja "X" Kota Bandung.

0 0 42

hakikat dakwah salafiyyah

0 0 15

Garis Pemisah Dakwah Salafiyyah & Dakwah Hizbiyyah

0 0 9