minggu lagi pihak perempuan membatalkan pernikahan dan mengembalikan mahar yang telah diberikan daengan alasan walinya tidak menyetujui. Kemudian
ia mengaku mendapat tawaran dari seorang ustadz untuk ta’aruf dengan seorang perempuan dan kemudian menikah pada tanggal yang telah ditetapkan oleh
perempuan pertama yang ketika pelaksanaan nikahnya tinggal enam hari lagi. “…Ana sebenarnya udah ta’aruf dengan seorang akhwat yang seharusnya
menikah dengan dia hari ini tapi karena dia batalin peminangannya dan mengembalikan mahar yang udah ana kasih sama dia dengan alasan abangnya
sebagai wali gak nerima ana. Katanya abangnya mau nikahkan dia dengan orang yang satu pengajian dengan abangnya. Padahal tanggal pernikahan ana yang
udah ditetapkan tinggal satu minggu lagi. Untung ada ustadz yang nawari ana ta’aruf dengan akhwat yang sekarang ini ana nikahi. Terus ta’aruf sebentar dan
ana gak sempat ngeliat calon isteri ana dari akhwat yang ta’aruf yang pertama sampek sekarang ini udah sah nikah pun ana belum juga tau muka isteri ana yang
mana. Bayangkan aja dalam jarak satu minggu ana ta’aruf langsung dapat nikah untuk tanggal yang sama yang udah ditetapkan dengan akhwat yang pertama…”
IV.1.4. Penentuan Mas Kawin Mahar Dan Penetapan Hari Pernikahan
Setelah melalui proses perkenalan dan melihat calon pasangannya. Maka setelah mendapat persetujuan dari pihak perempuan dan cocok di antara keduanya
, proses selanjutnya adalah membicrarakan dan merundingkan mahar atau mas kawin dan penentuan hari pernikahannya. Mahar atau mas kawin adalah apa-apa
yang diberikan kepada isteri berupa harta atau selain dari itu karena sebab pernikahan Usamah,2006;141.
Dalam proses penentuan mas kawin ini biasanya ustadz dan ustadzah yang awalnya mengikuti dan mendampingi proses pencarian jodoh dan perkenalan
sudah tidak ikut mendampingi lagi, karena setelah proses ini dan selanjutnya mutlak sudah menyangkut urusan keluarga masing-masing pihak antara calon
Universitas Sumatera Utara
pasangan laki-laki dan calon pasangan perempuan. Penentuan mas kawin dan tanggal pernikahan ini dapat juga ditentukan ketika proses perkenalan dan melihat
calon pasangan ketika itu juga apabila keduanya telah cocok dan setuju. Namun biasanya proses penentuan mas kawin dan tanggal pernikahan dilakukan terpisah
waktunya dan tempatnya berada di kediaman calon perempuan. Pada jamaah salafiyyah, penentuan mas kawin ditentukan atas kehendak
pihak calon perempuan. Kebanyakan mas kawin yang diberikan oleh calon laki- laki berupa seperangkat alat salat dan pakaian lengkap dengan jilbab cirri khas
perempuan salafiyyah. Bahkan ketika penulis bertanya ustadz-ustadz salafiyyah, ada juga terkadang perempuan meminta syarat untuk membacakan Al-Qur’an
dengan hapalan beberapa juz yang diinginkannya sebagai bagian dari mahar tersebut. Alasan yang membuat seorang perempuan salafiyyah meminta syarat
calon suaminya untuk membaca Al-Qur’an dari hapalannya adalah untuk sebagai pembuktian bahwa calon suaminya seorang yang taat dan kuat memegang ajaran
agamanya. Menurut jamaah salafiyyah, sahabat nabi ada juga yang menikah dengan hapalan Al-Qur’an atas perintah nabi “…Wahai Sahl, apakah engkau
hafal suatu surat dari Al-Qur’an?’ Aku menjawab’ Aku hafal yang ini dan itu ya Rasulullah’. Nabi bersabda’ Pergilah, karena Aku akan menikahkanmu dengan
perempuan itu dengan mahar surat Al-Qur’an yang kau hapal.”HR. Bukhari dan Muslim.
Selain mahar, pihak laki-laki juga akan memberikan sejumlah uang kepada pihak perempuan sebagai bantuan dalam penyelenggaraan pesta. Biasanya uang
yang diberikan pihak laki-laki adalah semampu yang bisa mereka berikan. Pada
Universitas Sumatera Utara
jamaah salafiyyah, pihak perempuan dilarang menentukan mahar dengan tinggi atau mahal sampai memberatkan pihak laki-laki. Menurut mereka, nabi melarang
pihak perempuan untuk bermahal-mahal dalam menentukan mahar di dalam haditsnya “Sesungguhnya sebaik-baik pernikahan adalah yang paling mudah
maharnya.”HR. Abu Dawud dan Ahmad. Ketika penulis mewawancarai beberapa informan dari pengikut dakwah
salafiyyah yang akan menikah maupun yang telah menikah, kisaran rata-rata jumlah uang yang habis dikeluarkan baik untuk mahar maupun penyelenggaraan
pesta adalah sekitar empat juta rupiah. Bagi jamaah salafiyyah, seseorang laki-laki kebanyakan tidak mengeluarkan biaya yang besar untuk menikah. Salah satu
alasan inilah kemudian menjadi pendorong kalangan laki-laki jamaah salafiyyah untuk cepat-cepat menikah. Rata-rata pada saat menikah umur beberapa kaum
laki-laki dan perempuan relatif masih muda. Menurut para ustadz salafiyyah, dengan cepat menikah seseorang akan lebih cenderung dapat menahan pandangan,
menghasilkan keturunan dan salah satu bagian dari mengikuti perintah nabi. Setelah menentukan mas kawin, hal yang kemudian dilakukan adalah
menentukan tanggal pernikahan. Biasanya hari pernikahan itu tidak berlangsung lama setelah masa ta’aruf. Jarak waktu pada masa ta’aruf hingga penentuan
tanggal pernikahan kira-kira satu minggu saja. Kalau pun ada paling lama jaraknya satu bulan. Hal ini dikarenakan para pengikut dakwah salafiyyah tidak
suka melambatkan proses pernikahan ketika semuanya telah disetujui. Alasannya agar tidak terjadi apa-apa yang tidak diinginkan sebelum resminya menikah di
antara kedua belah pihak, seperti melakukan hal-hal yang dilarang sebelum
Universitas Sumatera Utara
pernikahan. Dalam menentukan tanggal pernikahan tidak ada penentuan secara khusus mengenai hal ini. Bagi jamaah salafiyyah, semua hari sama baiknya.
Namun mereka juga mengatakan sebaiknya dianjurkan untuk menikah pada bulan syawwal pada penanggalan Islam, dikarenakan nabi menikahi Aisyah pada bulan
syawwal.
IV.1.5. Hal-hal Yang Dilarang Sebelum penyelenggaraan Pernikahan