pernikahan. Dalam menentukan tanggal pernikahan tidak ada penentuan secara khusus mengenai hal ini. Bagi jamaah salafiyyah, semua hari sama baiknya.
Namun mereka juga mengatakan sebaiknya dianjurkan untuk menikah pada bulan syawwal pada penanggalan Islam, dikarenakan nabi menikahi Aisyah pada bulan
syawwal.
IV.1.5. Hal-hal Yang Dilarang Sebelum penyelenggaraan Pernikahan
Pada jamaah salafiyyah, ada hal-hal yang dilarang untuk dilakukan ketika sebelum resmi menikah. Larangan-larangan ini menyangkut hubungan antara laki-
laki dan perempuan ketika sudah terjadi perkenalan di antara keduanya. Beberapa larangan itu antara lain:
1. Hubungan Kasih Sayang Sebelum Pernikahan Pacaran Bagi jamaah salafiyyah hubungan kasih sayang sebelum dilakukannya
pernikahan merupakan hal yang dilarang. Hubungan kasih sayang hanya boleh dilakukan ketika telah sah akad nikah di antara mereka. Alasan pelarangan ini
dikarenakan banyaknya perbuatan-perbuatan yang akan terjadi atau mungkin saja terjadi ketika antara seorang laki-laki dan seorang perempuan di dalam masa
pacaran. Perbuatan-perbuatan yang mungkin terjadi itu misalnya pergi berduaan antara laki-laki dan perempuan tanpa mahramnya, memegang tangan perempuan,
dan sebagainya, yang menurut mereka semua itu dilarang keras di dalam Islam. Muda-mudi sekarang ini bebas untuk berjabat tangan dengan lain jenisnya yang
bukan mahram mereka. Menurut jamaah salafiyyah, hubungan kasih sayang di antara muda-mudi timbul karena perkenalan dari berjabat tangan dan saling bebas
Universitas Sumatera Utara
memandang satu sama lainnya. Alasan jamaah salafiyyah mengenai larangan berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya adalah
berdasarkan hadits nabi yang berbunyi “Sungguh ditikamnya kepala seseorang di antara kamu dengan jarum dari besi itu lebih baik darinya dari pada ia
memegang tangan perempuan yang tidak halal baginya.”HR. Thabrani dan Ahmad. Menurut jamaah salafiyyah, peringatan hadits nabi tersebut
menunjukkan dilarangnya berjabat tangan atau sengaja bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya. Alasan mereka juga adalah bahwa nabi
di dalam kehidupan sehari-harinya tidak pernah menyentuh dan berjabat tangan dengan perempuan kecuali mahramnya. Jadi menurut jamaah salafiyyah, pacaran
atau hubungan kasih sayang di antara muda-mudi sebelum menikah sangat dilarang karena alasan-alasan dari dampak yang terjadi di dalam hubungan kasih
sayang itu. 2. Duduk Berduaan Dan Pergi Bersama
Yang dilarang juga setelah masa ta’aruf dan melamar calon isteri adalah duduk berdua antara laki-laki peminang dengan perempuan pinangannya. Pada
jamaah salafiyyah tidak boleh laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya duduk bersama dan pergi berduaan sebelum sahnya akad nikah. Menurut mereka
nabi melarang hal itu di dalam haditsnya “Tidaklahlah duduk berduaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya melainkan yang ketiganya ada
setan”HR Muslim dan Tirmidzi. Termasuk juga berdua-duaan yang dilarang oleh jamaah salafiyyah tentang
hubungan laki-laki dan perempuan adalah berbicara walaupun lewat telepon hal-
Universitas Sumatera Utara
hal diluar dari batas yang sekedarnya dibutuhkan misalnya berbicara jadwal pernikahan, dan seputar apa yang dibutuhkan dan diperlukan yang sifatnya
mendesak, tidak lebih dari itu. 3. Larangan Seseorang Meminang Perempuan Yang Telah Dipinang Orang Lain
Termasuk juga dilarang pada jamaah salafiyyah adalah meminang perempuan yang sudah dipinag oleh laki-laki lain, kecuali laki-laki pinangannya
melepaskan perempuan tersebut dan mengizikannya.jadi ketika perempuan sudah dilamar atau dipinang tidak boleh laki-laki lain datang dan meminang perempuan
tersebut lagi kecuali izin dari peminangnya yang pertama dan ia melepaskannya berdasarkan hadits nabi “Tidak boleh seseorang meminang atas pinangan
saudaranya hingga peminang sebelumnya meninggalkannya atau mengizinkannya”HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ad-
Darimi, dan Ahmad. 4. Larangan Mengadakan Acara Pertukaran Cincin Pertunangan
Hal yang dilarang juga pada jamaah salafiyyah adalah mengadakan acara pertukaran cincin antara laki-laki dan perempuan sebagai tanda pengikat dan
peminangan. Menurut jamaah salafiyyah, pelarangan penyelenggaraan acara pertukaran cincin tersebut adalah karena hal itu merupakan ciri khas adat orang-
orang di luar Islam, terutama budaya barat atau Eropa. Terlebih lagi menurut mereka apabila cincin yang dipakai tebuat dari emas. Nabi melarang mengikuti
kebiasaan yang menjadi ciri khas orang di luar Islam dan melarang laki-laki memakai emas. Alasan mereka bahwa laki-laki sangat dilarang keras oleh nabi
Universitas Sumatera Utara
memakai perhiasan yang terbuat dari emas di dalam haditsnya yang berbunyi “Seseorang dari kalian telah sengaja mengambil bara api dari neraka dan
meletakkan di tangannya karena ia memakai cincin dari emas. Emas dan sutera dihalalkan bagi perempuan dari umatku dan dihramkan bagi laki-laki.”HR.
Muslim dan Ahmad. Oleh karena alasan inilah larangan acara pertukaran cincin pertunangan untuk dilakukan bagi jamaah salafiyyah.
IV.2. Adab-adab dan Tata Cara Penyelenggaraan Pernikahan