45
3. Dengan adanya surat ukur dalam sertipikat maka luas tanah sudah pasti, sehingga untuk penetapan Pajak Bumi dan Bangunan PBB akan lebih adil.
3. Bentuk-Bentuk Sertipikat Cacat Hukum a. Sertipikat Palsu
Sertipikat disebut sertipikat palsu, apabila :
58
a. Data pembuatan sertipikat adalah palsu atau dipalsukan. b. Tandatangan Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya dipalsukan.
c. Blanko yang dipergunakan untuk membuat sertipikatnya merupakan blanko yang palsu bukan blanko yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional.
Sebuah sertipikat dinyatakan palsu atau tidak, dapat diketahui dari buku tanah yang ada pada Kantor Pertanahan KabupatenKota setempat, yaitu bahwa data yang
ada pada sertipikat tidak sesuai dengan data yang ada pada buku tanah. Meskipun jumlah sertipikat palsu pada kenyataannya relatif tidak banyak,
namun dengan adanya sertipikat palsu dapat menimbulkan kerawanan-kerawanan tersendiri dalam bidang pertanahan. Umumnya sertipikat palsu ini dibuat terhadap
tanah-tanah yang masih kosong dan mempunyai nilai tanah yang cukup tinggi, serta terhadap tanah-tanah yang sertipikatnya masih mempergunakan blanko sertipikat
lama.
59
Untuk memonitor setiap lembar sertipikat yang telah beredar tidaklah mudah, sehingga masih saja adanya sertipikat palsu meskipun telah ada usaha-usaha
58
Ali Achmad Chomzah b, ibid, halaman 136.
59
Ibid, halaman 137.
Universitas Sumatera Utara
46
pencegahannya. Upaya untuk mencegah timbulnya sertipikat palsu ini telah dilakukan dengan:
60
1. Blanko sertipikat dicetak sedemikian rupa dengan teknik pencetakan mutakhir sehingga sulit dipalsukan dan di tunjang dengan pengelolaan yang tertib.
2. Meningkatkan tertib administrasi pertanahan. 3. Upaya-upaya lain untuk mencegah dan mendeteksi sertipikat palsu.
Apabila pada suatu ketika Kantor Pertanahan KabupatenKota mengetahui adanya sertipikat palsu, sementara pihak Badan Pertanahan Nasional tidak
mempunyai wewenang untuk menyatakan bahwa sertipikat yang dimaksud adalah palsu, maka sertipikat yang sebenarnya palsu tersebut, diteliti, kemudian distempel
dengan kata-kata : “Sertipikat ini bukan produk Badan Pertanahan Nasional”, dan perlu dilaporkan kepada pihak kepolisian setempat untuk diadakan penelitian lebih
lanjut.
61
b. Sertipikat Asli Tapi Palsu
Sertipikat asli tetapi palsu, yaitu sertipikat secara formal diterbitkan oleh Kantor Pertanahan KabupatenKota setempat, tetapi surat-surat bukti kepemilikan
ataupun surat-surat lain yang dipergunakan sebagai dasar pembuatan dan penerbitan sertipikat tersebut palsu.
62
60
Eddy Ruchiyat, Politik Pertanahan Sebelum Dan Sesudah Berlakunya UUPA UU No. 5Tahun 1960, Bandung : Alumni, 1995, halaman 185.
61
Ali Achmad Chomzah, ibid, halaman 138.
62
Ibid, halaman 138.
Universitas Sumatera Utara
47
Sertipikat semacam itu tentunya harus dibatalkan dan dinyatakan tidak berlaku serta ditarik dari peredaran setelah dibuktikan melalui proses di Pengadilan
Negeri, bahwa surat keterangan yang merupakan dokumen yang mendasari penerbitan sertipikat tersebut adalah palsu.
Termasuk kategori sertipikat asli tetapi palsu, yaitu sertipikat yang diterbitkan ternyata didasari atas bukti-bukti surat keterangan atau dokumen yang kurangtidak
lengkap.
63
Upaya untuk mencegah terjadinya sertipikat asli tetapi palsu ini, yaitu dengan meningkatkan kecepatan dan ketelitian aparat yang memproses pembuatan
dan penerbitan sertipikat.
c. Sertipikat Ganda
Sertipikat ganda atas tanah adalah sertipikat yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional BPN yang akibat adanya kesalahan pendataan pada saat
melakukan pengukuran dan pemetaan pada tanah, sehingga terbitlah sertipikat ganda yang berdampak pada pendudukan tanah secara keseluruhan ataupun sebagaian tanah
milik orang lain. Apabila ditinjau dari pengertian sertipikat itu sendiri maka sertipikat adalah
tanda bukti hak atas tanah, yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah menurut ketentuan peraturan dan perundang-
undangan. Sertipikat hak atas tanah membuktikan bahwa seseorang atau suatu badan hukum, mempunyai suatu hak atas bidang tanah tertentu.
63
Eddy Ruchiyat, ibid, halaman 131.
Universitas Sumatera Utara
48
Pada kenyataannya bahwa seseorang atau suatu badan hukum menguasai secara fisik dan menggunakan tanah yang bersangkutan tidak serta merta langsung
membuktikan bahwa ia mempunyai hak atas tanah yang dimaksud. Adanya surat- surat jual beli, belum tentu membuktikan bahwa yang membeli benar-benar
mempunyai hak atas tanah yang dibelinya. Apalagi tidak ada bukti otentik bahwa yang menjual memang berhak atas tanah yang dijualnya. Dalam konteks inilah terjadi
pendudukan tanah secara tidak sah melalui alat bukti berupa dokumen sertipikat yang belum dapat dijamin kepastian hukumnya. Maksud gambaran diatas adalah
suatu peristiwa penerbitan sertipikat ganda atas tanah, yang mengakibatkan adanya pemilikan bidang tanah atau pendudukan hak yang saling bertindihan satu dengan
yang lain. Sejalan dengan itu A.P. Parlindungan menyatakan :
64
Yang dimaksud dengan sertipikat ganda adalah surat keterangan kepemilikan dokumen dobel yang diterbitkan oleh Badan Hukum yang mengakibatkan
adanya pendudukan hak yang saling bertindihan antara satu bagian atas sebagian yang lain.
Dari pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa sertipikat ganda adalah surat keterangan kepemilikan yang diperoleh baik secara sah ataupun tidak sah yang
sewaktu-waktu dapat menimbulkan suatu akibat hukum sengketa bagi subyek hak maupun obyek hak. Hal ini serupa dengan Kartasaputra yang menyatakan bahwa :
64
A.P. Parlindungan, Hilangnya Hak-hak Atas Tanah, Bandung : CV. Mandar Maju, 1999, halaman 113.
Universitas Sumatera Utara
49
Sertipikat dobelganda adalah surat tanda bukti kepemilikan hak atas tanah yang diterbitkan oleh Lembaga Hukum BPN yang terbit diatas satu objek hak yang
bertindih antara satu objek tanah sebagian atau keseluruhan, yang dapat terjadi suatu akibat hukum.
65
Sertipikat ganda merupakan sertipikat-sertipikat yang menguraikan satu bidang tanah yang sama dengan berlainan datanya. Hal semacam ini disebut pula
“Sertipikat Tumpang Tindih overlapping”, baik tumpang tindih seluruh bidang maupun tumpang tindih sebagian dari tanah tersebut.
66
Tidak termasuk dalam kategori sertipikat ganda, yaitu :
67
a. Sertipikat yang diterbitkan sebagai Pengganti Sertipikat yang hilang. b. Sertipikat yang diterbitkan sebagai Pengganti Sertipikat yang rusak.
c. Sertipikat yang diterbitkan sebagai pengganti sertipikat yang dibatalkan. Hal ini disebabkan karena sertipikat-sertipikat dimaksud diatas telah dinyatakan dan tidak
berlaku sebagai tanda bukti. d. Sertipikat Hak Guna Bangunan diatas Hak Milik maupun diatas Hak Pengelolaan,
karena menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, hal yang dimaksud memang dimungkinkan.
65
Kartasaputra, Masalah Pertanahan di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, 2005, halaman 120.
66
Ali Achmad Chomzah b, Ibid, halaman 139.
67
Ibid, halaman 139.
Universitas Sumatera Utara
50
Sertipikat ganda sering terjadi diwilayah-wilayah yang masih kosong, belum dibangun dan didaerah perbatasan kota dimana untuk lokasi tersebut belum ada peta-
peta pendaftaran tanahnya. Sertipikat ganda dapat terjadi karena beberapa hal sebagai berikut :
68
a. Pada waktu dilakukan pengukuran ataupun penelitian dilapangan, pemohon dengan sengaja atau tidak sengaja menunjukkan letak tanah dan batas-batas yang
salah. b. Adanya surat bukti atau pengakuan hak dibelakang hari terbukti mengandung
ketidakbenaran, kepalsuan atau sudah tidak berlaku lagi. c. Untuk wilayah yang bersangkutan belum tersedia Peta Pendaftaran Tanahnya.
d. Kasus penerbitan lebih dari satu sertipikat atas sebidang tanah dapat pula terjadi atas tanah warisan. Latar belakang kasus tersebut adalah sengketa harta warisan
yaitu oleh pemilik sebelum meninggalnya telah dijual kepada pihak lain tidak diketahui oleh anak-anaknya dan telah diterbitkan sertipikat atas nama pembeli,
dan kemudian para ahli warisnya mensertipikatkan tanah yang sama, sehingga mengakibatkan terjadi sertipikat ganda, karena sertipikat terdahulu ternyata belum
dipetakan.
69
Upaya untuk mencegah timbulnya sertipikat ganda yaitu melalui program Pengadaan Peta Pendaftaran Tanah yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional.
Namun demikian dalam melaksanakan pengadaan peta pendaftaran tanah ini
68
Ibid, halaman 140-141.
69
Eddy Ruchiyat, ibid, halaman 131.
Universitas Sumatera Utara
51
memerlukan dana dan waktu, maka pengadaannya dilakukan secara bertahap melalui pendekatan pengukuran desa demi desa, sebagai tercantum dalam ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tanggal 23 Maret 1961 tentang Pendaftaran Tanah.
C. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Sengketa Sertipikat Ganda
Terjadinya sertipikat ganda dipengaruhi oleh beberapa faktor intern dan ekstern.
Faktor intern antara lain:
70
1. Tidak dilaksanakannya
Undang-Undang Pokok
Agraria dan
peraturan pelaksanaannya secara konsekuen dan bertanggungjawab disamping masih
adanya orang yang berbuat untuk memperoleh keuntungan pribadi. 2. Kurang berfungsinya aparat pengawas sehingga memberikan peluang kepada
aparat bawahannya untuk bertindak menyeleweng dalam arti tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai sumpah jabatannya.
3. Ketidaktelitian pejabat Kantor Pertanahan dalam menerbitkan sertipikat tanah yaitu dokumen-dokumen yang menjadi dasar bagi penerbitan sertipikat tidak
diteliti dengan seksama yang mungkin saja dokumen-dokumen tersebut belum memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan oleh ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
70
Maria Emaculata
Noviana Ira
Hapsari, Tinjauan
Yuridis Putusan
No. 10GTUN2002PTUN.SMG Studi Kasus Sertipikat GandaOverlapping di Kelurahan Tandang,
Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Tesis Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang, 2006.
Universitas Sumatera Utara
52
Faktor ekstern antara lain: 1. Masyarakat masih kurang mengetahui undang-undang dan peraturan tentang
pertanahan khususnya tentang prosedur pembuatan sertipikat tanah. 2. Persediaan tanah tidak seimbang dengan jumlah peminat yang memerlukan tanah.
3. Pembangunan mengakibatkan kebutuhan akan tanah semakin meningkat sedangkan persediaan tanah sangat terbatas sehingga mendorong peralihan fungsi
tanah dari tanah pertanian ke non pertanian, mengakibatkan harga tanah melonjak.
Selain dari hal tersebut diatas, dapat juga dilihat faktor-faktor penyebab terjadinya sertipikat ganda lainnya antara lain :
1. Peta Pendaftaran Belum terbentuk atau belum lengkap. Sebelum adanya peta kadastar untuk pendaftaran tanah diterbitkanya alat
pembuktian sementara yang dikenal dengan sebutan sertipikat sementara. Karenanya sertipikat sementara ini merupakan alat pembuktian mengenai macam-
macam hak dan siapa yang punya, sehingga tidak membuktikan mengenai luas dan batas-batas tanah. Sertipikat sementara tersebut dapat menyebabkan sertipikat
ganda. Disamping itu juga adanya kondisi penggambaran satu bidang tanah
menggunakan lebih dari satu peta pendaftaran yang menyebabkan data mengenai letak bidang-bidang tanah terdaftar tidak jelas. Peta-peta yang digunakan dalam
rangka kegiatan pendaftaran tanah terdiri dari: a. Peta Pendaftaran.
Universitas Sumatera Utara
53
b. Peta Pendaftaran sebagian hasil dari Prona, Sertipikat Masal dan Ajudikasi. c. Peta Instansi Pajak Bumi dan Bangunan SISMIOP.
d. Peta Tata Kota dari DTK. e. Peta Desa.
Maksud peta disini adalah antar peta yang satu dengan peta yang lain tidak ada keseragaman, dalam artian bidang tanah terlihat dalam satu peta belum
tentu bahkan tidak terlihat dalam peta yang lainnya. Sehingga hal ini sangat memungkinkan timbulnya sengketa.
2. Manusia Terjadi karena adanya:
a. Human error. Adanya kesalahan dan ketidakhati-hatian yang disebabkan karena adanya
kecerobohan atau ketidak telitian dalam menerbitkan sertipikat tanah dari petugas pendaftaran tanah. Artinya petugas kurang meneliti dengan seksama
dokumen-dokumen yang ada, sedangkan dokumen-dokumen tersebut tidak memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan oleh perundang-undangan
yang berlaku. b. Itikad tidak baik dari pemohon.
Adanya kesengajaan dari pemohon menunjukkan batas yang bukan menjadi haknya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Dalam hal ini
tugas Badan Pertanahan Nasional hanya melakukan pengukuran berdasarkan penentuan batas yang ditunjukkan oleh pemohon yaitu dimana letak dan
Universitas Sumatera Utara
54
batas-batasnya dengan persetujuan tetangga yang berbatasan dengan tanah tersebut contradictoire deliminate.
Kedua hal tersebut dapat meyebabkan terjadinya tumpang tindih baik disengaja maupun tidak sengaja yang mengakibatkan terjadinya sertipikat ganda.
3. Pemecahan atau Pemekaran Wilayah. Terjadinya pemecahan atau pemekaran wilayah yang berakibat terjadinya
perubahan batas-batas wilayah. 5. Adanya Administrasi Yang Tidak Benar di Kelurahan.
Terjadi karena adanya surat bukti atau pengakuan hak yang dibuat oleh Lurah ternyata terbukti mengandung ketidakbenaran, kepalsuan atau sudah tidak berlaku
lagi. 6. Adanya Perubahan Tata Ruang Oleh Pemerintah Kota.
Adanya tanah yang sudah disertipikatkan oleh BPN lalu terjadi Perubahan Tata Ruang oleh Pemerintah Kota, sehingga timbul penguasaan-penguasaan baru
undang-undang menyatakan setelah penguasaan 20 tahun dapat jadi tanah hak menyebabkan terjadinya sertipikat ganda.
Terjadinya sertipikat ganda disebabkan karena adanya kelemahan sistem publikasi yang digunakan di Indonesia, yaitu sistem publikasi negatif yang
mengandung unsur positif seperti yang disebutkan dalam ketentuan Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA yang menyatakan bahwa pemberian surat-surat tanda bukti hak yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Dengan digunakannya kata-kata “kuat”, maka dapat dilihat bahwa sistem publikasi yang digunakan adalah sistem publikasi
Universitas Sumatera Utara
55
negatif, sebab jika yang digunakan sistem publikasi positip, maka kata yang tepat adalah mutlak, sehingga sertipikat hanya merupakan bukti yang kuat dan bukan
merupakan tanda bukti yang mutlak. Kekuatan pembuktian sertipikat diatur juga dalam Pasal 32 ayat 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang menyatakan bahwa: “selama belum dibuktikan yang sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang
dicantumkan dalam sertipikat harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam pembuatan hukum sehari-hari maupun dalam sengketa di Pengadilan, sepanjang data
tersebut sesuai dengan apa yang tercantum dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan dan bahwa orang tidak dapat menuntut tanah yang sudah bersertipikat
atas nama orang atau badan hukum lain, jika selama 5 lima tahun sejak dikeluarkannya sertipikat itu ia tidak mengajukan gugatan pada Pengadilan,
sedangkan tanah tersebut diperoleh orang atau badan hukum lain tersebut dengan itikad baik dan secara fisik nyata dikuasai olehnya atau oleh orang lain atau badan
hukum yang mendapatkan persetujuannya”. Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa selama
tidak dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum harus diterima sebagai data yang benar selama data tersebut sesuai dengan data yang
tercantum dalam buku tanah dan surat ukur yang ada di Kantor Pertanahan, maka sertipikat hak atas tanah masih dapat dicabut atau dibatalkan apabila ada pembuktian
sebaliknya yang menyatakan ketidakabsahan sertipikat tersebut, baik karena adanya
Universitas Sumatera Utara
56
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atau karena ada cacat hukum administratif atas penerbitannya.
Jika dikaitkan dengan kasus Putusan No. 53G.TUN2005PTUN-MDN, maka Faktor-faktor Penyebab Terbitnya Sertipikat Ganda oleh Kantor Pertanahan Kota
Medan dapat dilihat : Berdasarkan ketentuan Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA dan 31 serta Pasal
32 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, sertipikat sebagai surat tanda bukti hak atas tanah seseorang yang didalamnya memuat data fisik dan data
yuridis yang telah di daftar dalam buku tanah, merupakan pegangan kepada pemiliknya akan bukti-bukti haknya yang tertulis. Oleh karenanya dalam
penerbitan sertipikat hak atas tanah, setiap satu sertipikat hak atas tanah diterbitkan untuk satu bidang tanah.
Namun dalam perkara Nomor : 53GTUN2005PTUN.MDN, sebidang tanah seluas 435-M2 yang terletak di Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan
Medan Helvetia, Kota Medan telah dilakukan dua kali penerbitan Sertipikat Hak Milik oleh Kantor Pertanahan Kota Medan, yaitu pada tanggal 01 Agustus 1998
diterbitkan Sertipikat Hak Milik No. 672 atas nama Firnan Fantas Asalan Siregar, seluas 435-M2 terletak di Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia,
Kota Medan, dengan Register nomor AL.016169 0201.05.04.1.00672, yang tidak pernah dilakukan pencabutan atas haknya. Kemudian pada tanggal 19 April 2000
diterbitkan lagi sertipikat Hak Milik No. 1172 atas nama Damaris Sinta Taruli, data-datanya terlampir dalam putusan seluruhnya seluas 435-M2, terletak di atas
tanah yang sama. Dengan demikian, telah terjadi tumpang tindih atau penggandaan sertipikat terhadap seluruh bidang tanah yang secara yuridis
bertentangan dengan Undang-undang Peraturan Agraria UUPA dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Terjadinya tumpah tindih sertipikat dalam perkara ini baru dapat diketahui dan dibuktikan dengan adanya gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara, yaitu
pada saat dilakukannya pemeriksaan persiapan oleh Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN, sesuai prosedur yang telah ditentukan dalam Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1986 jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara.
Dalam Peradilan
Tata Usaha
Negara sebelum
dilakukan sidang
pemeriksaan terhadap pokok Perkara, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan persiapan secara tertutup oleh Hakim dan Hakim dalam PTUN berperan sangat
aktif yaitu sejak pemeriksaan persiapan hingga tahap pemeriksaan pokok perkara, berbeda dengan peradilan Perdata, hakim bersikap pasif.
Universitas Sumatera Utara
57
Sesuai dengan ketentuan pasal 63 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 hakim wajib memberikan nasehat kepada penggugat untuk memperbaiki
gugatannya dan hakim juga dapat meminta penjelasan kepada Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan.
Dalam pemeriksaan persiapan ketika Hakim meminta penjelasan dari Kantor Pertanahan Kota Medan selaku Pejabat Tata Usaha Negara dalam perkara
ini, Kantor Pertanahan Kota Medan menyerahkan data-data Sertipikat Hak Milik No 1172 yang di duga tumpang tindih ganda dengan Sertipikat Hak Milik No.
672 atas nama Tuan Firman Fantas Asalan Siregar. Adapun kebenarannya baru dapat diketahui pada saat dilakukannya pembuktian dan pemeriksaan ditempat
pada saat persidangan berlangsung.
Dari hasil pemeriksaan persidangan yang berlangsung, dapat diketahui bahwa faktor penyebab terbitnya sertipikat ganda tersebut yaitu karena adanya
pemberian hak baru oleh Kantor Pertanahan Kota Medan pada tanggal 19 April 2000 dengan penerbitan Sertipikat Hak Milik No. 1172 di Kelurahan Helvetia
Timur, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan berdasarkan proses Ajudikasi, yaitu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran tanah untuk
pertama kali, meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan yuridis mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk keperluan
pendaftarannya Pasal 1 angka 8 PP 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Sedangkan alasan Kantor Pertanahan Kota Medan menerbitkan sertipikat Hak Milik tersebut adalah untuk melaksanakan ketentuan Pasal 30 ayat 1 dan
Pasal 31 ayat 1 PP 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, penerbitan
sertipikat untuk kepentingan pemegang hak harus sesuai data fisik dan data yuridis.
Pengertian data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang dan satuan rumah susun yang didaftar termasuk keterangan mengenai
adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya, sedangkan pengertian data yuridis adalah keterangan mengenai status mengenai status hukum bidang tanah
dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya vide pasal 1 angka 6 dan 7 PP 24 tahun
1997 letak, batas dan luas bidang dan satuan rumah susun
yang didaftar termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya.
Pengertian data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang dan satuan rumah susun
yang didaftar termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya, atau bagian wilayah suatu desa
kelurahan dalam hal ini dilakukan diwilayah Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan.
Berdasarkan Pasal 15 ayat 1 PP 24 Tahun 1997, kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik dimulai dengan pembuatan peta dasar pendaftaran,
sedangkan dalam penjelasan pasal tersebut dijelaskan bahwa didalam wilayah yang ditetapkan untuk dilaksanakan pendaftaran tanah secara sistematik mungkin
ada bidang tanah yang sudah terdaftar. Penyediaan peta dasar pendaftaran untuk
Universitas Sumatera Utara
58
pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik tersebut selain digunakan untuk pembuatan peta pendaftaran dalam pelaksanaan pendaftaran tanah secara
sistematik juga digunakan untuk memetakan bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar.
Dalam PP 10 Tahun 1961 pengukuran dan pemetaan dari suatu desa secara lengkap belum pernah ada, sungguhpun sudah diperintahkan dalam Pasal 3
PP 10 Tahun 1961, sehingga sertipikatnya disebut sertipikat sementara karena belum diukur desa demi desa, dan berdasarkan Pasal 17 PP 10 Tahun 1961 ini
sertipikat sementara mempunyai fungsi sebagai sertipikat dan mempunyai kekuatan sebagai sertipikat. Dengan demikian maka jelaslah bahwa dengan
adanya Buku Tanah Hak Milik Nomor 672 atas nama Firman Fantas Asalan Siregar tersebut bidang tanah seluas 435-M2 terletak di Kelurahan Helvetia
Timur, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan merupakan bidang tanah yang sudah terdaftar.
Dalam hal ini tampak adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Panitia Ajudikasi dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya untuk memetakan Hak
Milik Nomor 672 atas nama Firman Fantas Asalan Siregar tersebut. Selain itu berdasarkan Register nomor AL.016169 0201.05.04.1.00672, yang dikeluarkan
oleh Kantor Pertanahan Kota Medan, Kantor Pertanahan Kota Medan mengakui adanya warkah yang memuat data yuridis sertipikat Hak Milik No. 672 tersebut,
dengan demikian jelaslah bahwa terdapat pelanggaran terhadap tugas dan wewenang Panitia Ajudikasi, dalam proses penerbitan Sertipikat Hak Milik No.
1172, yaitu ketidakcermatan dan ketidak telitiannya dalam memeriksa dan meneliti data-data fisik dan data yuridis baik secara langsung dilapangan maupun
dalam hal penyelidikan riwayat tanah dan penilaian kebenaran alat bukti pemilikan atau penguasaan tanah melalui pengecekan warkah yang ada di Kantor
Pertanahan Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
59
BAB III KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM
PEMBATALAN SERTIPIKAT GANDA
A. Pendaftaran Tanah. 1. Pengertian Pendaftaran Tanah.
Pendaftaran berasal dari kata Cadastre bahasa Belanda Kadaster yaitu suatu istilah teknis untuk suatu record rekaman, yang menunjukan kepada luas, nilai dan
kepemilikan atau lain-lain alas hak terhadap suatu bidang tanah. Dengan demikian cadastre merupakan alat yang tepat untuk memberikan uraian dan identifikasi dari
lahan dan juga sebagai continuous recording rekaman yang berkesinambungan dari pada hak atas tanah.
71
Kegiatan yang berupa pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah akan menghasilkan pula peta-peta pendaftaran tanah dan surat ukur. Didalam peta
pendaftaran tanah dan surat ukur akan diperoleh keterangan tentang letak, luas dan batas-batas tanah yang bersangkutan, sedangkan kegiatan yang berupa pendaftaran
hak atas tanah dan peralihan hak akan diperoleh keterangan-keterangan tentang status dari tanahnya, beban-beban apa yang ada diatasnya dan subyek dari haknya. Kegiatan
terakhir adalah pemberian tanda bukti hak atas tanah yang lazim disebut dengan sertipikat.
71
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung: CV. Mandar Maju, 1996, halaman 18-19.
59
Universitas Sumatera Utara
60
Sebagai tindak lanjut dari ketentuan Pasal 19 UUPA, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 sebagai pengganti
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961. Sedangkan pengertian pendaftaran tanah menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah adalah: Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah
secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pembukuan dan penyajian data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar
mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada
haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Sedangkan pendaftaran tanah menurut Boedi Harsono adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh negara atau pemerintah secara terus menerus dan
teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu yang ada diwilayah- wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan
rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda bukti dan pemeliharaannya.
72
Definisi pendaftaran tanah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 merupakan penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961
72
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta : Djambatan, 2003, halaman 72.
Universitas Sumatera Utara
61
mengenai ruang lingkup kegiatan pendaftaran tanah berdasarkan Pasal 19 ayat 2 UUPA yang hanya meliputi pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah,
pendaftaran dan peralihan hak atas tanah serta pemberian tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat.
73
2. Obyek Pendaftaran Tanah.