35
c. Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan sekunder, kamus umum, kamus bahasa, majalah, surat kabar, artikel, internet, dan jurnal-jurnal hukum.
44
4. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan, dipergunakan alat pengumpulan data sebagai berikut :
a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari dokumen resmi berupa
peraturan perundang-undangan dan dokumen resmi lain yang berlaku dan menelaah literatur-literatur yang berhubungan dengan objek penelitian.
b. Wawancara Wawancara dilakukan pada beberapa nara sumber sebagai informan yang
berhubungan dengan penelitian ini, yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Medan BPN dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun
sebelumnya.
5. Analisis Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data
merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori
44
Soerjono Soekanto, Op. cit, halaman 52.
Universitas Sumatera Utara
36
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
45
Data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian kepustakaan maupun data yang diperoleh di lapangan sebagai data primer, selanjutnya akan dianalisa dengan
pendekatan kualitatif.
46
Analisa kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan
kebenarannya. Dalam menganalisis data yang diperoleh akan digunakan cara berpikir yang bersifat Deduktif yaitu data hasil penelitian dari hal yang bersifat khusus
menjadi yang bersifat umum. Dengan metode deduktif diharapkan akan diperoleh jawaban permasalahan.
45
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002, halaman 103.
46
Bambang Sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, halaman 10.
Universitas Sumatera Utara
37
BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA
SENGKETA SERTIPIKAT GANDA
A. Pengertian Sengketa
Pengertian sengketa dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan antara orang-orang,
kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi terhadap satu obyek permasalahan. Menurut Winardi, Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu-individu
atau kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu obyek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan
yang lain. Pengertian sengketa pertanahan dirumuskan dalam Pasal 1 Peraturan Menteri
Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan, selanjutnya disebut PMNAKBPN 11999,
yaitu : “ Perbedaan pendapat antara pihak yang berkepentingan mengenai keabsahan
suatu hak, pemberian hak atas tanah, pendaftaran hak atas tanah, termasuk peralihan dan penerbitan tanda bukti haknya serta pihak yang berkepentingan
yang merasa mempunyai hubungan hukum dan pihak lain yang berkepentingan terpengaruh oleh status hukum tanah tersebut.”
37
Universitas Sumatera Utara
38
Menurut Sarjita, sengketa pertanahan adalah : “Perselisihan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang merasa atau dirugikan
pihak-pihak tersebut untuk penggunaan dan penguasaan hak atas tanahnya, yang diselesaikan melalui musyawarah atau melalui pengadilan.”
47
Sedangkan menurut Ali Achmad berpendapat :
48
Sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak milik yang dapat
menimbulkan akibat hukum bagi keduanya. Dari kedua pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa sengketa adalah
prilaku pertentangan antara dua orang atau lebih yang dapat menimbulkan suatu akibat hukum dan karenanya dapat diberi sanksi hukum bagi salah satu diantara
keduanya. Kemudian sebagaimana defenisi sengketa diatas terdapat beberapa bentuk sengketa yang sering dijumpai yakni :
1. Sengketa dibidang Ekonomi 2. Sengketa dibidang Pajak
3. Sengketa dibidang Internasional 4. Sengketa dibidang Pertanahan
47
Sarjita, Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pertanahan, Yogyakarta : Tugujogja
Pustaka, 2005, halaman 8.
48
Ali. Achmad Chomzah, Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah, Jakarta : Prestasi
Pustaka, 2003, halaman 14.
Universitas Sumatera Utara
39
Sebagaimana bentuk-bentuk sengketa yang dipaparkan diatas maka yang menjadi pokok dalam pembahasan ini adalah sengketa dibidang pertanahan. Sengketa
dibidang pertanahan dapat didefenisikan menurut Irawan Surojo yakni :
49
Sengketa tanah adalah merupakan konflik antara dua pihak atau lebih yang mempunyai kepentingan berbeda terhadap satu atau beberapa obyek hak atas
tanah yang dapat mengakibatkan akibat hukum bagi keduanya. Berkaitan dengan hal tersebut diatas Edi Prajoto juga mengatakan bahwa :
50
Sengketa tanah adalah merupakan konflik antara dua orang atau lebih yang sama mempunyai kepentingan atas status hak obyek tanah antara satu atau beberapa
obyek tanah yang dapat mengakibatkan akibat hukum tertentu bagi para pihak. Dari definisi diatas maka dapat dikatakan bahwa sengketa tanah adalah
merupakan konflik antara beberapa pihak yang mempunyai kepentingan yang sama atas bidang-bidang tanah tertentu yang oleh karena kepentingan tersebut maka dapat
menimbulkan akibat hukum. Dalam bidang pertanahan ada dikenal sengketa sertipikat ganda dimana pada
satu obyek tanah diterbitkan dua sertipikat, dimana hal ini dapat mengakibatkan akibat hukum. Sengketa sertipikat ganda adalah bentuk kesalahan administratif oleh
pihak Badan Pertanahan Nasional disingkat BPN dalam hal melakukan pendataan
49
Irawan Soerodjo, Kapasitas Hukum Atas Tanah di Indonesia, Surabaya : Arkola, 2003, halaman 12.
50
Edi Prajoto, Antinomi Norma Hukum Pembatalan Pemberian Hak Atas Tanah Oleh Peradilan Tata Usaha Negara Dan Badan Pertanahan Nasional, Bandung : CV. Utomo, 2006,
halaman 21.
Universitas Sumatera Utara
40
pendaftaran tanah pada satu obyek tanah yang mengakibatkan terjadinya penerbitan sertipikat tanah yang bertindih sebagian atau keseluruhan tanah milik orang lain.
Adapun beberapa tipologi sengketa dibidang pertanahan yang marak menjadi perhatian dewasa ini adalah :
51
1. Pendudukan tanah perkebunan atau non perkebunan atau tanah kehutanan dan atau tanah aset NegaraPemerintah, yang dianggap tanah terlantar.
2. Tuntutan pengembalian tanah atas dasar ganti rugi yang belum selesai, mengenai tanah-tanah perkebunan, non perkebunan, tanah bekas tanah partikelir, bekas
tanah hak barat, tanah kelebihan maksimum dan pengakuan hak ulayat. 3. Tumpang tindih status tanah atas dasar klaim bekas eigendom, tanah milik adat
dengan bukti girik, dan atau Verponding Indonesia, tanah obyek landreform dan lain-lain.
4. Tumpang tindih putusan pengadilan mengenai sengketa tanah. Timbulnya sengketa hukum mengenai tanah berawal dari pengaduan suatu
pihak orang atau badan hukum yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah baik terhadap status tanah, prioritas maupun kepemilikannya dengan
harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan
51
Dust Ningky, Aspek Penyelesaian Sengketa Sertipikat Ganda Atas Tanah Pasca Kerusuhan Di Kec. Sirimau Kota Ambon, http:ppsgmmi.blogspot.com200805skripsi.html, tanggal 10 Januari
2011.
Universitas Sumatera Utara
41
peraturan yang berlaku.
52
Sifat permasalahan dari suatu sengketa ada beberapa macam:
53
1. Masalah yang menyangkut prioritas untuk dapat ditetapkan sebagai pemegang hak yang sah atas tanah yang berstatus hak atas tanah yang belum ada haknya.
2. Bantahan terhadap sesuatu alas hakbukti perolehan yang digunakan sebagai dasar pemberian hak.
3. Kekeliruankesalahan pemberian hak yang disebabkan penerapan peraturan yang kurangtidak benar.
4. Sengketamasalah lain yang mengandung aspek-aspek sosial praktis bersifat strategis.
Jadi dilihat dari substansinya, maka sengketa pertanahan meliputi pokok persoalan yang berkaitan dengan :
1. Peruntukan danatau penggunaan serta penguasaan hak atas tanah. 2. Keabsahan suatu hak atas tanah.
3. Prosedur pemberian hak atas tanah. 4. Pendaftaran hak atas tanah termasuk peralihan dan penerbitan tanda bukti haknya.
B. Sertipikat Hak Atas Tanah 1. Pengertian Sertipikat Tanah
Dalam Pasal 1 angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang dimaksud sertipikat adalah :
52
Rusmadi Murad, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Bandung : Mandar Maju, 1991, halaman 22.
53
Ibid, halaman 23.
Universitas Sumatera Utara
42
“Surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan
rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.”
Buku Tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya Pasal 1 angka
19 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Menurut Ali Achmad Chomsah, yang dimaksud dengan sertipikat adalah :
54
“Surat tanda bukti hak yang terdiri salinan buku tanah dan surat ukur, diberi sampul, dijilid menjadi satu, yang bentuknya ditetapkan oleh Menteri Negara
AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional.” Surat Ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam
bentuk peta dan uraian Pasal 1 angka 17 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Peta Pendaftaran adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang
tanah untuk keperluan pembukuan tanah pasal 1 angka 15 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Sertipikat diberikan bagi tanah-tanah yang sudah ada surat
ukurnya ataupun tanah-tanah yang sudah diselenggarakan Pengukuran Desa demi Desa, karenanya sertipikat merupakan pembuktian yang kuat, baik subyek maupun
obyek ilmu hak atas tanah. Menurut Bachtiar Effendie, sertipikat tanah adalah :
54
Ali Achmad Chomzah b, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan I-Pemberian Hak Atas Tanah Negara dan Seri Hukum Pertanahan II-Sertipikat Dan Permasalahannya, Jakarta,
Prestasi Pustaka, 2002, halaman 122.
Universitas Sumatera Utara
43
“Salinan dari buku tanah dan salinan dari surat ukur yang keduanya kemudian dijilid menjadi satu serta diberi sampul yang bentuknya ditetapkan oleh Menteri
Negara.”
55
Mengenai jenis sertipikat Ali Achmad Chomsah berpendapat bahwa sampai saat ini ada 3 jenis sertipikat, yaitu :
56
1. Sertipikat hak atas tanah yang biasa disebut sertipikat. 2. Sertipikat hak atas tanah yang sebelum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan dikenal dengan Sertipikat Hypotheek dan Sertipikat Credietverband. Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan, penyebutan sertipikat hyphoteek dan sertipikat credietverband sudah tidak dipergunakan lagi yang ada penyebutannya adalah
Sertipikat Hak Tanggungan saja. 3. Sertipikat hak milik atas satuan rumah susun.
2. Kedudukan Sertipikat Tanah