66
pengadaan tanah untuk kepentingan Pemerintah atau Perusahaan Swasta, Jual Beli, Lelang, Pembebanan Hak Tanggungan.
c Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Untuk
mewujudkan tertib
administrasi pertanahan
dilakukan dengan
menyelenggarakan pendaftaran
tanah yang
bersifat Rechtscadaster.
Terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan perwujudan tertib administrasi dibidang pertanahan. Setiap bidang tanah dan satuan rumah
susun termasuk peralihan, pembebanan, dan hapusnya hak atas bidang tanah dan hak milik atas satuan rumah susun wajib didaftar.
5. Kegunaan Pendaftaran Tanah.
Pendaftaran tanah mempunyai kegunaan ganda, artinya disamping berguna bagi pemegang hak, juga berguna bagi pemerintah yaitu :
82
a. Kegunaan bagi pemegang hak : Dengan diperolehnya sertipikat hak atas tanah dapat memberikan rasa aman
karena kepastian hukum hak atas tanah. Apabila terjadi peralihan hak atas tanah dapat dengan mudah dilaksanakan.
Dengan adanya sertipikat, lazimnya taksiran harga tanah relatif lebih tinggi dari pada tanah yang belum bersertipikat.
4. Sertipikat dapat dipakai sebagai jaminan kredit;
82
Zaka Firma Aditya, dkk, Revitalisasi Fungsi Sertipikat Hak Atas Tanah Guna Mencegah Terjadinya Sertipikat Ganda Atas Tanah, Makalah Hukum Agraria, Universitas Negeri Semarang,
2011, http:zakaaditya.blogspot.com201111revitalisasi-fungsi-sertifikat-hak-atas.html, tanggal 11 Januari 2012.
Universitas Sumatera Utara
67
Penetapam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan PBB tidak akan keliru. b. Kegunaan bagi pemerintah :
Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah berarti akan menciptakan terselenggarakannya tertib administrasi dibidang pertanahan, sebab dengan
terwujudnya tertib administrasi pertanahan akan memperlancar setiap kegiatan yang menyangkut tanah dalam pembangunan di Indonesia.
Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah, merupakan salah satu cara untuk mengatasi setiap keresahan yang menyangkut tanah sebagai sumbernya,
seperti pendudukan tanah secara liar, sengketa tanda batas dan lain sebagainya.
B. Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah.
Pengertian Pembatalan Hak Atas Tanah dalam Pasal 1 angka 12 Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999 yaitu
pembatalan keputusan mengenai pemberian suatu hak atas tanah karena keputusan tersebut mengandung cacat hukum dalam penerbitannya atau melaksanakan putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999,
pengertian pembatalan Hak atas Tanah yaitu pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah atau sertipikat hak atas tanah karena keputusan tersebut mengandung cacat
hukum administrasi dalam penerbitannya atau untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
Universitas Sumatera Utara
68
Melihat dua rumusan di atas, tampak pada Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 lebih tegas dan luas
dari pada rumusan yang terdapat dalam Pasal 1 angka 12 Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999. Hal ini karena
dalam rumusan Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 pembatalan tidak saja dapat dilakukan
terhadap keputusan pemberian Hak Atas Tanah, tetapi juga dapat dilakukan terhadap Sertipikat Hak Atas Tanah, meskipun dengan batalnya Keputusan Pemberian Hak
Atas Tanah, maka Sertipikat Hak Atas Tanah serta merta menjadi batal juga. Dari berbagai rumusan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
83
1. Pembatalan Hak Atas Tanah adalah merupakan suatu perbuatan hukum yang bermaksud untuk memutuskan, menghentikan atau menghapus suatu hubungan
hukum antara subyek Hak Atas Tanah dengan obyek Hak Atas Tanah. 2. Jenismacam kegiatannya meliputi pembatalan Surat Keputusan Pemberian Hak
Atas Tanah danatau Sertipikat Hak Atas Tanah. 3. Penyebab pembatalan adalah karena cacat hukum administrasi danatau untuk
melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, karena pemegang hak tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Surat
Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah, serta karena adanya kekeliruan dalam Surat Keputusan Pemberian hak bersangkutan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 104 ayat 1 PMNA Kepala BPN No. 9 tahun 1999, yang menjadi obyek pembatalan hak atas tanah meliputi :
1. Surat keputusan pemberian hak atas tanah 2. Sertipikat hak atas tanah
83
Sarjita dan Hasan Basri Nata Menggala, Pembatalan dan Kebatalan Hak Atas Tanah, Yogjakarta: Tugujogjapustaka, 2005, halaman 37-38.
Universitas Sumatera Utara
69
3. Surat keputusan pemberian hak atas tanah dalam rangka pengaturan penguasaan tanah.
Pembatalan pada dasarnya adalah suatu perbuatan yang bertujuan untuk memutuskan, menghentikan, atau menghapuskan sesuatu hubungan hukum. Hukum
mengenal ajaran kebatalan nietigheid, nulliteit yang terdiri dari : 1. Kebatalan mutlak atau kebatalan demi hukum, yaitu suatu perbuatan harus
dianggap batal meskipun tidak diminta oleh sesuatu pihak atau tidak perlu dituntut secara tegas absolute nietigheid.
2. Kebatalan nisbi adalah suatu kebatalan perbuatan yang terjadi apabila diminta oleh orang tertentu. Jadi ada syarat bagi orang tertentu untuk memohon atau
menuntut secara tegas relatief nietigheid. Biasanya tuntutan yang diajukan oleh salah satu pihak karena cacat hukum antara
lain berupa paksaan, kekeliruan, penipuan, dan lain-lain. Kebatalan nisbi ini
terbagi menjadi 2 macam : a. Atas kekuatan sendiri nietig van rechtswege, dimana kepada hakim
dimintakan agar menyatakan batal, misalnya perbuatan tersebut dikemudian hari ternyata mengandung cacat.
b. Dapat dibatalkan vernietigbaar dimana hakim akan membatalkan apabila terbukti perbuatan tersebut mengandung hal-hal yang menyebabkan batal,
misalnya karena paksaan, kekeliruan, penipuan, dan lain-lain. Dalam UUPA, pembatalan hak atas tanah merupakan salah satu sebab
hapusnya hak atas tanah tersebut. Apabila telah diterbitkan keputusan pembatalan hak
Universitas Sumatera Utara
70
atas tanah, baik karena adanya cacat hukum administrasi maupun untuk melaksanakan putusan pengadilan, maka haknya demi hukum hapus dan status
tanahnya menjadi tanah yang dikuasai oleh Negara. Terhadap hapusnya hak atas tanah tersebut karena disebabkan pembatalan
hak, maka pendaftaran hapusnya hak tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 131 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 3 Tahun 1999, dilakukan oleh
Kepala Kantor
Pertanahan atas
permohonan yang
berkepentingan dengan
melampirkan : a. Surat keputusan pejabat yang berwenang yang menyatakan bahwa hak yang
bersangkutan telah batal atau dibatalkan. b. Sertipikat hak atas tanah, apabila sertipikat tersebut tidak ada pada pemohon,
keterangan mengenai keberadaan sertipikat tersebut. Pencatatan hapusnya hak dilakukan dengan mencoret dengan tinta hitam
dalam buku tanah dan sertipikat apabila sertipikatnya diserahkan serta mencoret nomor hak yang bersangkutan selanjutnya dalam halaman perubahan yang telah
disediakan dituliskan “hak atas tanah hapus berdasarkan keputusan pembatalan hak nomor... tanggal...,” serta dicoret dalam daftar nama surat ukur dan petanya serta
nomor hak yang telah dihapus. Buku tanah dan sertipikat yang sudah diberi catatan mengenai hapusnya hak dinyatakan tidak berlaku lagi.
Menurut Pasal 1320 sampai dengan Pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu persetujuan mengakibatkan batal apabila mengandung
Universitas Sumatera Utara
71
paksaan, penipuan, kekhilafan, ketidakcakapan pembuatnya dan tanpa sebab kausa yang halal.
Dengan diberikannya hak atau diperolehnya hak atas tanah kepada seseorang, maka terjalinlah hubungan hukum antara pemegang hak tersebut dengan tanahnya.
Perolehan hak itu sendiri dapat dibedakan dalam hal :
84
1. Orang tersebut memperoleh haknya secara originair, misalnya karena okupasi, membuka hutan, pemberian hak dari pemerintah, dan sebagainya.
2. Pemberian dengan cara derivatief, yaitu yang memperoleh haknya karena peralihan hak, misalnya dengan jual beli, tukar menukar, hibah, dan lain-lain.
Secara umum UUPA dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 menentukan bahwa sesuatu hak atas tanah akan hapus apabila :
85
1. Karena pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan umum. 2. Penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya.
3. Karena ditelantarkan. 4. Karena melanggar prinsip nasionalitas haknya jatuh kepada warga negara asing.
5. Tanahnya musnah. 6. Jangka Waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi
7. Karena putusan pengadilan. Sebagaimana
telah diuraikan
bahwa menurut
UUPA dan
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
84
Murad Rusmadi, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Bandung : Alumni, 1991, halaman 30.
85
Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, ibid, halaman 362.
Universitas Sumatera Utara
72
1997, sistem pendaftaran tanah yang dianut dalam hukum tanah nasional adalah stelsel negatif yang mengandung unsur positif. Didalam stelsel negatif dengan unsur
positif ini mengandung pengertian bahwa tanda bukti hak sertipikat yang dimiliki seseorang belum menunjukkan orang tersebut sebagai pemegang hak yang
sebenarnya. Dengan perkataan lain tanda bukti terkuat atas tanah oleh sertipikat tersebut setiap waktu dapat dibatalkan apabila ternyata ada pihak lain yang dapat
membuktikan secara hukum bahwa ia adalah pemilik yang sebenarnya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu hak atau suatu perbuatan hukum yang
tidak sah berakibat surat tanda bukti hak tersebut dinyatakan batal demi hukum atau dapat dibatalkan.
Dasar hukum pembatalan Hak Atas Tanah, sebagai berikut : a. Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak atas Tanah.
b. Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan
Hak Pengelolaan. c. Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 500-2147 Tanggal 19 Juli 2000
tentang Kelengkapan Permohonan Pembatalan Hak Atas Tanah danatau sertipikat.
Menurut Pasal 2 PMNAKBPN Nomor 3 Tahun 1999, ada 2 dua pejabat yang dimungkinkan menerima pelimpahan kewenagan pembatalan hak atas tanah
Universitas Sumatera Utara
73
yaitu Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi atau Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya namun dalam pasal-pasal selanjutnya
pelimpahan kewenangan pembatalan hak atas tanah hanya sampai kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi saja.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 105 PMNA Kepala BPN Nomor 9 tahun 1999 pembatalan hak ats tanah dilakukan dengan keputusan Kepala Badan Pertanahan
Nasional atau melimpahkan kepada Kantor Wilayah atau pejabat yang ditunjuk. Jadi pada prinsipnya hak atas tanah hanya dapat dibatalkan dengan surat keputusan
pembatalan yang kewenangan penerbitannya sesuai dengan pelimpahan wewenang yang diatur dalam PMNA Kepala BPN Nomor 9 tahun 1999.
Batas-batas kewenangan yang dilimpahkan kepada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi tersebut diatur dalam Pasal 12 PMNAKBPN Nomor 3
Tahun 1999 yaitu : 1. Pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah yang telah dikeluarkan oleh
Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya yang terdapat cacat hukum dalam penerbitannya.
2. Pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah yang kewenangan pemberiannya dilimpahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya dan
kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi, untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Universitas Sumatera Utara
74
Dari ketentuan ini terdapat perbedaan kewenangan dalam pembatalan hak atas tanah karena cacat administrasi dengan pembatalan hak atas tanah karena
melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. a. Pembatalan hak atas tanah karena cacat hukum administratif.
Pembatalan hak atas tanah karena cacat hukum administratif, menurut Pasal 107 PMNA Kepala BPN No. 9 tahun 1999, diterbitkan apabila terdapat :
1. Kesalahan prosedur. 2. Kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan.
3. Kesalahan subyek hak. 4. Kesalahan obyek hak.
5. Kesalahan jenis hak. 6. Kesalahan perhitungan luas.
7. Terdapat tumpang tindih hak atas tanah. 8. Terdapat ketidakbenaran pada data fisik danatau data yuridis.
9. Kesalahan lainnya yang bersifat hukum administratif. Pembatalan hak atas tanah karena cacat hukum administrasi yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang, atas dasar : 1. Permohonan pemohon pembatalan hak atas tanah karena cacat hukum
administrasi yang diterbitkan : a. Pengajuan permohonan pembatalan diajukan secara tertulis, dapat
diajukan langsung kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional Atau Melalui Kepala Kantor Pertanahan yang memuat :
Universitas Sumatera Utara
75
1. Keterangan mengenai diri pemohon. -
Perorangan : Nama, umur, kewarganegaraan, tempat tinggal dan pekerjaan disertai foto copy surat bukti identitas, surat bukti
kewarganegaraan. -
Badan Hukum : nama, tempat, kedudukan, akta atau peraturan pendiriannya disertai foto copynya
2. Keterangan mengenai tanahnya meliputi data yuridis dan data fisik : -
Memuat nomor dan jenis hak disertai foto copy surat keputusan dan atau sertipikat
- Letak, batas, dan luas tanah disertai foto copy Surat Ukur atau
Gambar Situasi -
Jenis penggunaan tanah pertanian atau perumahan 3. Alasan permohonan pembatalan disertai keterangan lain sebagai data
pendukungnya. b. Atas permohonan dimaksud, pejabat yang berwenang menerbitkan surat
keputusan pembatalan
hak atau
penolakan pembatalan
hak dan
disampaikan kepada pemohon 2. Tanpa permohonan pemohon.
Pembatalan hak atas tanah yang diterbitkan tanpa adanya permohonan pemohon :
a. Kepala Kantor Pertanahan mengadakan penelitian data yuridis dan data fisik.
Universitas Sumatera Utara
76
b. Hasil penelitian disertai pendapat dan pertimbangan disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Badan Pertanahan Nasional sesuai
dengan kewenangannya. c. Kepala Kantor Wilayah meneliti data yuridis dan data fisik dan apabila
telah cukup mengambil keputusan, menerbitkan keputusan pembatalannya dan disampaikan kepada pemohon.
d. Dalam hal kewenangan pembatalan ada pada Kepala Badan Pertanahan Nasional, hasil penelitian Kepala Kantor Wilayah disertai pendapat dan
pertimbangannya disampaikan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional. e. Kepala Badan Pertanahan Nasional meneliti data yuridis dan data fisik dan
apabila telah cukup mengambil keputusan, menerbitkan keputusan pembatalannya dan disampaikan kepada pemohon.
b. Pembatalan hak atas tanah karena melaksanakan putusan pengadilan. Tidak seperti halnya pembatalan hak atas tanah karena cacat hukum
administratif, pembatalan hak atas tanah melaksanakan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap hanya dapat diterbitkan berdasarkan permohonan
pemohon, hal ini ditegaskan dalam Pasal 124 ayat 1 PMNAKepala BPN Nomor 9 Tahun 1999, selanjutnya dalam ayat 2, Putusan Pengadilan dimaksud bunyi
amarnya meliputi dinyatakan batal atau tidak mempunyai kekuatan hukum atau intinya sama dengan itu.
Universitas Sumatera Utara
77
Pengajuan permohonan pembatalan diajukan secara tertulis, dapat diajukan langsung kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional atau melalui
Kepala Kantor Pertanahn yang memuat : a. Keterangan mengenai diri pemohon :
- Perorangan : Nama, umur, kewarganegaraan, tempat tinggal dan pekerjaan
disertai foto copy surat bukti identitas, surat bukti kewarganegaraan. -
Badan Hukum : nama, tempat, kedudukan, akta atau peraturan pendiriannya disertai foto copynya.
b. Keterangan mengenai tanahnya meliputi data yuridis dan data fisik: -
Memuat nomor dan jenis hak disertai foto copy surat keputusan dan atau sertipikat.
- Letak, batas, dan luas tanah disertai foto copy Surat Ukur atau Gambar
Situasi. -
Jenis penggunaan tanah pertanian atau perumahan . c. Alasan permohonan pembatalan disertai keterangan lain sebagai data
pendukung, antara lain : -
Foto copy putusan pengadilan dari tingkat pertama dan tingkat terakhir. -
Berita acara eksekusi, apabila perkara perdata atau pidana. -
Surat-surat lain yang berkaitan dengan permohonan pembatalan. -
Atas permohonan dimaksud, pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pembatalan hak atau penolakan pembatalan hak.
Universitas Sumatera Utara
78
Dengan adanya uraian diatas, maka pembatalan hak atas tanah dengan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum lebih luas dari pembatalan hak atas
tanah karena cacat hukum administratif. Hal ini dikarenakan mencakup keputusan pemberian hak atas tanah yang kewenangannya telah dilimpahkan kepada Kepala
Kantor Pertanahan KabupatenKota dan juga keputusan pemberian hak atas tanah yang kewenangannya berada pada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Propinsi. Permohonan pembatalan hak atas tanah berdasarkan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap diawali dengan timbulnya sengketa tanah yang terdapat adanya benturan kepentingan yang melibatkan pemegang hak dengan pihak
lain yang merasa dirugikan, sedangkan sengketa tanah yang terdapat adanya cacat administrasi biasanya hanya melibatkan pemegang hak atas tanah dengan Badan
Pertanahan Nasional. Dengan kata lain, jika terjadi adanya sengketa hak atas tanah maka pihak yang
merasa dirugikan dapat mengajukan keberatan langsung kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional. Demikian pula dengan permohonan pembatalan Sertipikat Hak
Atas Tanah yang didasarkan adanya putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap diajukan oleh yang bersangkutan kepada Kepala Badan Pertanahan
Nasional atau melalui Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota setempat dan
Universitas Sumatera Utara
79
diteruskan melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi yang bersangkutan.
86
C. Tinjauan Umum Peradilan Tata Usaha Negara.
Tata Usaha Negara adalah administrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, baik dipusat maupun didaerah.
Sedangkan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam Pasal 53 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, selanjutnya disebut UU Nomor 5 Tahun 1986 dinyatakan bahwa :
“Seseorang atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis
kepada Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau
tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi.” Sedangkan Keputusan Tata Usaha Negara menurut ketentuan Pasal 1 angka 3
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum
86
Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan : Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah, Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah,
Jakarta: Prestasi Pustaka, 2003, halaman 32.
Universitas Sumatera Utara
80
Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata. Berkaitan dengan sertipikat tanah, sertipikat tanah dikeluarkan oleh
Pemerintah, dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional selaku Badan Tata Usaha Negara ditujukan kepada seseorang atau Badan Hukum konkret, individual yang
menimbulkan akibat hukum pemilikan atas sebidang tanah yang tidak memerlukan persetujuan lebih lanjut dari instansi atasan atau instansi lain final.
87
Gugatan Tata Usaha Negara menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 adalah :
“Permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan.”
Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam mengajukan gugatan menurut Pasal 53 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 adalah :
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 telah menggunakan wewenangnya untuk
tujuan lain dari maksud diberikannya wewenang tersebut.
87
Z.A. Sangaji, Kompetensi Badan Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara Dalam Gugatan Pembatalan Sertifikat Tanah, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003, halaman 36.
Universitas Sumatera Utara
81
c. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan atau tidak mengeluarkan
keputusan sebagaimana
dimaksud dalam
ayat 1
setelah mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan keputusan itu
seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak pengambilan keputusan tersebut.
Menurut Indroharto, alasan-alasan yang dapat digunakan untuk menggugat tersebut juga merupakan dasar-dasar untuk menguji toetsingsgronden bagi Hakim TUN
pada waktu menilai apakah keputusan TUN yang disengketakan itu bersifat melawan hukum atau tidak.
88
Dalam Pasal 48 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 dijelaskan bahwa Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi wewenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan untuk menyelesaikan secara administratif sengketa Tata Usaha Negara tertentu, maka batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi
danadministratif yang tersedia. Sedangkan yang tidak termasuk wewenang pengadilan dalam memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara dalam hal
:
89
1. Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan luar biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. 2. Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
88
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994, halaman 164.
89
Pasal 49 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Universitas Sumatera Utara
82
BAB IV PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM
PEMBATALAN SERTIPIKAT GANDA
A. Kasus Posisi Sertipikat Ganda Di Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan
Helvetia, Kota
Medan Dalam
Putusan Nomor
53G.TUN2005PTUN-MDN. 1. Pihak-Pihak Yang Berperkara Dalam Perkara Tata Usaha Negara Nomor
53G.TUN2005PTUN-MDN.
A. Identitas Penggugat. Tuan Firman Pantas Asalan Siregar, Warga Negara Indonesia, Pekerjaan
Pensiunan, Tempat tinggal di Komplek Taman Setia Budi Indah Blok J Nomor 17- Medan, dalam perkara ini diwakili oleh kuasa hukumnya yang bernama Tuan
Bernandus Tamba, SH AdvokatPenasihat Hukum, berkantor di Jalan Putri Hijau Simpang Bambu II Komplek Graha Niaga Blok C Nomor 5-A Medan,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 8 Agustus 2005. B. Identitas Tergugat.
I. Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan, berkedudukan di Jl. Karya Jasa
Pangkalan Mashur Medan, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya : 1. Syahrul Anwar, SH.
2. Masniari. S, SH. 3. Armaya, SH.
4. Eka Riono, SH. 5. Dapot Tua Simanjuntak, SH.
82
Universitas Sumatera Utara
83
Masing-masing Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Pegawai pada Kantor Pertanahan Kota Medan.
II. Damaris Sinta Taruli Br. Hutabarat, Warga Negara Indonesia, Pekerjaan Ibu Rumah Tangga, Alamat Jl. PerjuanganPecuk Ireng No. 24 Medan. Dalam hal ini
memberi kuasa kepada Ngiahken Ginting, SH dan James Simanjuntak, SH AdvocatPenasehat Hukum, berkantor di Jl. Dr. Wahidin No. 326 Medan,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 03 Agustus 2005 Tergugat II Intervensi.
2. Duduk Perkara