3.6. Metode Pengukuran
Metode pengukuran variabel independen dalam penelitian ini dengan memberikan perlakuan berupa komunikasi terapeutik yang berpedoman pada
panduan. Metode pengukuran variabel independen dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut:
Tabel 3.3. Metode Pengukuran Variabel Dependen Variabel
Cara ukur dan skor
Alat ukur Hasil ukur
Skala Ukur
1. Pengetahuan
- Pertanyaan positif
Benar 1 Salah 0
- Pertanyaan negatif
Benar 0 Salah 1
Kuesioner 1-13
Nilai maksimum
13 Nilai
minimum 0 Interval
2. Kepatuhan
- Sesuai diet 1 - Tidak sesuai
diet 0 Kuesioner
1-26 Nilai
maksimum 26
Nilai minimum 0
Interval
Pengukuran terhadap pengetahuan dan kepatuhan pasien dalam menjalankan diet hemodialisa dilakukan 2 kali sebelum diberikan intervensi komunikasi
terapeutik dan setelah diberikan komunikasi terapeutik dengan rentang waktu 2 minggu, hal ini disebabkan karena menurut Brigham dalam Muchtar 2010
dengan konsep sleeper effect dinyatakan bahwa orang akan masih ingat isi pesan yang disampaikan dalam waktu 10-14 hari setelah pesan ini disampaikan.
Universitas Sumatera Utara
3.7. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah semua data berupa kuesioner dikumpulkan oleh peneliti, dengan memeriksa kembali semua kuesioner tersebut satu-persatu.
Kemudian memberi kode terhadap pernyataan-pernyataan yang telah diajukan, hal ini untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data. Data
yang diperoleh merupakan data demografi pasien, data pengetahuan dan data kepatuhan pasien dalam menjalankan diet hemodialisa. Pengukuran ini dilakukan
dua kali sebelum dan sesudah perlakukan komunikasi terapeutik. Analisis data pada penelitian ini meliputi analisis univariat yaitu analisis
yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari tiap variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh komunikasi terapeutik terhadap
pengetahuan dan kepatuhan dalam menjalankan terapi diet pada pasien hemodialisa dengan menggunakan t-test dependen
dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum daerah Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu pertamanya
dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1930. Sebagai pimpinan yang pertama adalah dr. W. Bays,
pada tahun 1939 pimpinan rumah sakit ini diserahkan kepada de. A.A. Messing. Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, Rumah Sakit ini diambil
alih oleh bangsa Jepang dan berganti nama menjadi Syuritsu Byusono Ince dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu dr. Raden
Pirngadi Gonggo Putro. Pada tahun 1979 sesui dengan surat keputusan Gubernur Sumatera Utara No.150 tahun 1979 tanggal 25 juni 1979, ditetapkan menjadi
Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi pada tanggal 27 Desember 2001 diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah kota Medan. Pada
tanggal 04 Maret 2004 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung 8delapan tingkat yang dengan pembenahan sarana prasarana serta pengadaan
peralatan kedokteran canggih sebagai pendukung pelayanan. Pada tanggal 16 April 2005 gedung baru tersebut mulai dioperasionalkan.
Universitas Sumatera Utara