hubungan dengan klien. Menurut Tamsuri 2005, tahap terminasi dibagi menjadi dua yaitu terminasi hubungan yang temporer, terjadi ketika perawat dan klien
harus berpisah pada akhir shift perawat, sementara terminasi scara permanen dilakukan ketika klien telah sembuh tujuan telah tercapai atau dipindah ke unit
lain atau ketika perawat pindah ke unit lain sehingga tidak memungkinan lagi pertemuan dengan klien dalam situasi profesional. Tugas perawat pada tahap ini
menurut Suryani 2005 adalah mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan, menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah
dilakukan dan membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.
2.2.6. Hal-hal yang Harus diperhatikan Perawat dalam Komunikasi
Terapeutik. Dalam melakukan komunikasi terapeutik, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan perawat, antara lain sikap perawat dalam melakukan hubungan, materi hubungan dan teknik komunikasi terapeutik.
Seorang perawat perlu memperhatikan sikap tertentu untuk melakukan komunikasi terapeutik. Egan dalam Kozier 1983 mengidentifikasi lima sikap
atau cara menghadirkan diri secara fisik untuk memfasilitasi komunikasi terapeutik, yaitu Berhadapan, posisi berhadapan menunjukanmemberi isyarat
”saya siap untuk anda”. Posisi yang tidak lurus menghadap wajah klien menunjukan keterlibatan yang kurang. Mempertahankan kontak mata, kontak
mata sejajar menunjukan perawat menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. Membungkuk ke arah klien, posisi membungkuk ke
Universitas Sumatera Utara
arah klien memberi makna ada keinginan untuk mengatakan atau mendengarkan sesuatu. Mempertahankan postur terbuka, tidak melipat kaki atau tangan
menunjukan keterbukaan untuk berkomunikasi. Jarak yang terbentuk antara perawat dan klien menunjukan juga keintiman
dan keterbukaan sikap dalam hubungan yang terbentuk antara perawat dan klien. Hall dalam kozier 1995 menyatakan bahwa hubungan intim berjarak dari nol
kontak tubuh sampai 45 cm. Hubungan personal memiliki jarak antar individu antara 45-120 cm, hubungan sosial dalam jarak antara 1,2-3,6 meter, dan
hubungan publik dengan jarak antarpersonal lebih dari 3,6 meter. Lebih jauh, keintiman juga tercermin dari sentuhan tubuh, kemampuan
merasakan bau tubuh, dan kehangatan suhu tubuh individu lain, serta frekuensi dan kualitas kontak mata terbentuk. Dan sikap yang yang terakhir yaitu rileks,
sikap rileks menciptakan iklim kondusif bagi klien untuk tetap melakukan komunikasi dan memungkinkan pengembangan komunikasi. Situasi yang rileks
tercipta melalui posisi tubuh yang digunakan selama komunikasi, intonasi pembicaraan, dan penggunaan kata-kata yang tepat atau mengandung humor.
Pemilihan kata juga penting untuk menimbulkan kesan rileks bagi klien. Situasi rileks penting bagi klien untuk meningkatkan kepercayaan dan keterbukaan diri
dengan perawat tetap mempertahankan kesan profesional. Saat melakukan hubungan terapeutik, materi hubungan juga harus
diperhatikan perawat. Materi dalam komunikasi terapeutik diorientasikan untuk mencapai tujuan hubungan. Isi content komunikasi yang dilakukan antara
Universitas Sumatera Utara
perawat dan klien dilakukan sesuai kontrak yang telah dibuat antara klien dan perawat sehingga nilai-nilai hubungan profesional tetap terjaga Tamsuri, 2005
Kemudian yang tidak kalah pentingnya harus diperhatikan adalah komunikasi terapeutik Sebagaimana penjelasan bahwa hubungan yang terbentuk
antara perawat dan klien selalu memerlukan komunikasi dan mengacu pada pemahaman bahwa komunikasi merupakan salah satu sarana untuk membina
hubungan profesional antara perawat dan klien, penting kiranya seorang perawat memiliki keterampilan berkomunikasi supaya komunikasi yang dilakukan
berguna untuk mempertahankan hubungan perawat-klien, mempengaruhi prilaku klien menuju pola-pola kesehatan, miningkatkan integritas klien, dan akhirnya
menimbulkan efek mengatasi masalah klien Tamsuri, 2005
2.2.7. Teknik-teknik komunikasi Terapeutik