memberikan alternatif pemecahan masalah. hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik.
2.2.3. Komunikasi Terapeutik sebagai Tanggung Jawab Moral Perawat
Perawat disebutkan sebagai tenaga terpenting karena sebagian besar pelayanan Rumah Sakit adalah pelayanan keperawatan. Perawat bekerja dan
selalu bertemu dengan pasien selama 24 jam penuh dalam suatu siklus shift, karena itu perawat menjadi ujung tombak bagi suatu rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Dalam pemberian intervensi keperawatan diperlukan suatu komunikasi terapeutik, dengan demikian
diharapkan seorang perawat memiliki kemampuan khusus mencakup keterampilan intelektual, teknikal dan interpersonal dan penuh kasih sayang dalam melakukan
komunikasi dengan pasien. Perawat harus memiliki tanggung jawab moral tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin
membantu orang lain untuk kesembuhan pasien. Menurut Addalati 1983, Bucaille 1979, dan Amsyari 1995 dalam
Nasir 2009, menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak peduli terhadap orang lain dan adalah seorang pendosa
apabila perawat mementingkan dirinya sendiri. Selanjutnya menurut Pasquali Arnold 1989 dan Watson 1979 dalam Nasir 2009 menyatakan bahwa human
care terdiri atas upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan
menjagamengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya, serta membantu orang lain untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri. ”Sesunggunnya setiap orang diajarkan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk menolong sesama yang memerlukan
bantuan”. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian
2.2.4. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Menurut Purwanto 1994, tujuan komunikasi terapeutik adalah, membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal
mengambil tindakan yang efektif serta mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Pasien dengan hemodialisa harus melakukan diet yang ketat, agar tidak terjadi komplikasi yang serius terhadap penumpukan sisa dari metabolisme
makanan yang dikomsusmsi. Sehingga tidak jarang mereka merasa frustasi dan tidak mematuhi dietnya. Untuk itu, komunikasi terapeutik memegang peranan
penting karena dengan komunikasi yang baik diberikan oleh perawat dapat membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban pikiran pasien,
meningkatkan pengetahuan pasien dan diharapkan dapat memengaruhi pasien untuk menanamkan kepatuhan dalam menjalankan diet yang dianjurkan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5. Tahapan Komunikasi Terapeutik