2. Asas-Asas E-Commerce Dalam UU ITE
Setelah mengetahui ruang lingkup dari transaksi elektronik e-commerce dalam UU ITE, maka selanjutnya hal
yang akan dijelaskan adalah tentang asas hukum yang menjadi dasar dalam pelaksanaan suatu transaksi elektronik e-
commerce yang terdapat dalam UU ITE dan aturan pelaksanaannya yaitu PP No. 82 Tahun 2012.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa, pada dasarnya dalam suatu aktivitas e-commerce yang dilakukan
secara virtual tidak secara otomatis menghilangkan prinsip- prinsip hukum yang ada sebelumnya.
87
Seperti contoh dalam perjajian jual beli secara online, asas-asas yang melandasi kedua
belah pihak untuk melakukan perjanjian pada dasarnya sama seperti asas-asas hukum yang berlaku pula dalam hukum
perdata Indonesia. Oleh karena itu, Penulis akan menjelaskan tentang asas-asas
hukum suatu aktivitas e-commerce berdasarkan pada kaidah- kaidah atau aturan-aturan yang dituliskan di dalam UU ITE
maupun aturan pelaksanannya yakni PP No. 82 Tahun 2012.
2.1 Asas Personalia
Berbicara mengenai asas personalia, maka hal yang tidak dapat dihindari adalah rumusan dalam Pasal 1315 KUHPerdata yang
87
Lihat Hasil Penelitian, Sub pokok 1.2 dan 1.3.
berbunyi, “pada umumnya tak seorang pun dapat mengikatkan diri atas
nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya sendiri.
” Rumusan Pasal 1315 tersebut menjadi titik penting untuk
mengetahui letak dari asas personalia. Namun, apakah yang dimaksud dengan asas personalia itu? Dari rumusan pasal tersebut dapat kita
ketahui bahwa pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai individu, subyek hukum pribadi,
hanya berlaku dan mengikat untuk dirinya sendiri.
88
Di dalam pengaturan mengenai transaksi elektronik dalam hal ini e-commerce yang diatur dalam UU ITE, khususnya di dalam Pasal
18 ayat 1 UU ITE disebutkan bahwa transaksi elektronik yang dituangkan dalam kontrak elektronik mengikat para pihak.
Rumusan tersebut jelas, bahwa siapa saja dapat melakukan perjanjian atas namanya sendiri, dan mengikat dirinya sehingga akan
melahirkan kewajiban atasnya. Hal ini sekaligus mempertegas bahwa, setiap orang bebas untuk melakukan e-commerce atas dan untuk
dirinya, dan terikat dalam perjanjian e-comemrce tersebut. Oleh karena itu, UU ITE pun menyadari bahwa setiap orang
memiliki hak untuk melakukan perjanjian dengan siapa saja melalui dunia maya, sehingga terikat oleh perjanjian itu, dan hal tersebut tidak
mungkin akan dilakukan oleh orang lain atas nama seseorang.
88
Kartini Muljadi Gunawan Widjaja. Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 15.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kartini Muljadi Gunawan Widjaja yang menyatakan bahwa:
“Dalam hal, orang perorangan tersebut melakukan tindakan hukum dalam kapasitasnya yang berbeda, yaitu tidak untuk kepetingan dirinya
sendiri, maka kewenangannya harus disertai bukti yang menunjukan bahwa memang orang perorangan tersebut tidak membuat danatau
menyetujui dilakukannya suatu perjanjian untuk dirinya sendiri
”.
89
Artinya, tidak mungkin seorang dapat terikat pada suatu perjanjian yang bukan atas kehendaknya sendiri atau yang bukan
dilakukannya. Hal ini secara hukum juga dikenal dalam Hukum Dagang, yakni pada Pasal 107 KUHD tentang wesel yaitu:
“Tiap-tiap orang yang menaruh tanda tangannya di dalam sesuatu surat wesel sebagai wakil orang lain atas nama siapa ia berwenang
untuk bertindak, ia pun dengan diri sendiri terikat karena surat wesel itu, dan apabila telah membayarnya, memperoleh juga hak-hak yang
sama yang sedianya ada pada orang yang katanya diwakili itu. Akibat- akibat yang sama berlaku abgi seorang wakil yang bertindak dengan
melampaui batas kewenangannya
”.
Oleh karena itu, asas personalia dalam e-commerce menjadi sangat penting terlebih aktivitas di dunia maya yang tidak mengenal
ruang dan waktu, sehingga asas ini harus diletakkan sebagai asas fundamental dalam pelaksanaan transaksi elektronik e-commerce.
Asas ini juga diterapkan dalam kegiatan e-commerce untuk menjamin bahwa, orang yang sudah melakukan suatu perjanjian e-
commerce, maka atas orang itu terjadi perikatan yang menimbulkan hak dan kewajiban atasnya.
89
Ibid, hlm. 15-16.
Rumusan tentang asas personalia juga dapat ditemukan dalam PP No. 82 Tahun 2012, di mana disebutkan bahwa, transaksi elektronik
yang dilakukan para pihak memberikan akibat hukum bagi para pihak.
90
Artinya, pihak di sini adalah subyek hukum yang dapat melakukan suatu perjanjian atas namanya sendiri. Sehingga, atas perjanjian itu
maka pihak tersebut harus menerima akibat hukum yang ditimbulkan dari perjanjian itu.
Dengan demikian, jelas bahwa e-commerce dalam UU ITE maupun PP No. 82 Tahun 2012 tetap menggunakan asas Personalia
yang juga telah dikenal dalam hukum perdata Indonesia. Asas ini bertujuan untuk menjamin kegiatan e-commerce benar-benar dilakukan
oleh pihak yang berkepentingan.
2.2 Asas Konsensualitas