Dengan demikian, Penulis berpendapat bahwa sejatinya dalam sebuah e-commerce atau transaksi elektronik sekalipun, masih tetap
menggunakan asas kebebasan berkontrak yang selama ini juga dijalankan dalam perjanjian-perjanjian konvensional.
Rumusan Pasal 47 ayat 2 huruf d PP No. 82 Tahun 2012 sudah membuktikan bahwa, asas kebebasan berkontrak yang diakui dalam
KUHPerdata yang merupakan Lex Generalis hukum perdata Indonesia, juga diakomodir di dalam transaksi elektronik e-commerce. Sehingga,
suatu kontrak elektronik yakni e-commerce juga tetap menjalankan prinsip atau asas kebebasan berkontrak bagi para pihak.
2.4 Asas Pacta Sunt Servanda
Pada dasarnya janji itu mengikat pacta sunt servanda sehingga perlu diberikan kekuatan untuk berlakunya. Untuk memberikan
kekuatan daya berlaku atau daya mengikatnya kontrak, maka kontrak yang dibuat secara sah mengikat serta dikualifikasikan mempunyai
kekuatan mengikat setara dengan daya berlaku dan mengikat setara dengan daya berlaku dan mengikatnya undang-undang.
94
Sudah barang tentu, asas pacta sunt servanda tersebut merupakan ekstraksi dari rumusan Pasal 1338 KUHPerdata yang
berbunyi, semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Dengan demikian, daya ikat dari perjanjian itu secara hukum hanya
94
Agus Yudha Hernoko, Ibid, hlm. 124.
mengikat para pihak yang terdapat di dalam perjanjian itu, atau perjanjian mengikat sesuai dengan apa yang diperjanjikan oleh para
pihak. Pacta sunt servanda juga mempunyai pengertian bahwa suatu
pactum, yaitu persesuaian kehendak, tidak perlu dilakukan dibawah sumpah, atau dibuat dengan tindakan atau formalitas tertentu, menurut
hukum, persesuaian kehendak itu membentuk suatu kontrak yang mengikat.
95
Dalam konteks e-commerce yakni suatu transaksi elektronik sebagaimana diatur dalam UU ITE menyebutkan bahwa, transaksi
elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik mengikat para pihak.
96
Dalam pengertian dengan asas pacta sunt servanda, maka kontrak elektronik mengenai suatu e-commerce mengikat para pihak
yang terdapat di dalam kontrak perjanjian tersebut. Rumusan dalam Pasal 18 ayat 1 tersebut memang pada
dasarnya tidak secara rinci meyebutkan mengenai daya berlaku dari sebuah kontrak perjanjian seperti yang diatur dalam Pasal 1338
KUHPerdata, namun dari bunyi Pasal 18 ayat 1 a quo secara inheren mengandung prinsip pacta sunt servanda.
Dengan demikian, segala macam kontrak elektronik dalam suatu e-comemerce harus tunduk pada prinsip pacat sunt servanda. Artinya,
para pihak yang sudah masuk ke dalam perjanjian tersebut, memiliki
95
Peter Mahmud Marzuki. Keberlakuan Doktrin Contra Proferentem Dalam Hukum Kontrak, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2013, hlm. 5.
96
Pasal 18 ayat 1 UU ITE.
kewajiban secara hukum untuk patuh dan taat kepada isi dari perjanjian tersebut.
Sejalan dengan itu pula, Christiana Tri Budhayati menggariskan bahwa,
“asas pacta sunt servanda ini menunjukan adanya jaminan kepastian hukum pada para pihak yang berjanji, para pihak akan terikat pada
apa yang diperjanjikan, terkandung makna bahwa ia tidak dapat mengingkari apa yang telah diperjanjikan, pengingkaran tentu akan
mendatangkan sanksi hukum bagi yang bersangkutan
”.
97
Dengan demikian, Penulis hendak mempertegas kembali bahwa e-commerce menurut UU ITE, juga menerapkan asas pacta sunt
servanda bagi para pihak yang melakukan atau melaksanakan e- commerce.
2.5 Asas Iktikad Baik