10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan dilahirkan dari bahasa Inggris, yakni empowerment, yang mempunyai makna dasar “pemberdayaan” dimana “daya” bermakna kekuatan
power. Secara etimologi pemberdayaan berasal pada kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Menurut Ambar Teguh 2004: 77, bertolak dari
pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses pemberian dayakekuatankemampuan, dan atau proses
pemberian dayakekuatan kemampuan dari pihak yang mempunyai daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.
Sedangkan Suparjan Hempri 2003: 43, mengatakan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya mencakup dua arti yaitu to give or authority to dan to give ability to
or enable. Dalam pengertian pertama, pemberdayaan memiliki makna memberi
kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan dalam pengertian yang kedua, pemberdayaan diartikan sebagai upaya
untuk memberi kemampuan atau keberdayaan. Menurut Agnes 2004: 50, Pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai
upaya untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan kemampuan sendiri sehingga bebas dan mampu untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan
secara mandiri. Menurut Paul dalam Suparjan Hempri, 2003: 43 bahwa pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan yang adil sehingga meningkatkan
kesadaran politis dan kekuasaan kelompok yang lemah serta memperbesar pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan. Menurut Borrini dalam
11
Suparjan Hempri, 2003:43 bahwa pemberdayaan merupakan konsep yang mengacu pada pengamanan akses terhadap sumber daya alami dan pengelolaannya
secara berkelanjutan. Berpijak dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan
merupakan suatu usaha untuk memberikan daya atau meningkatkan daya. Bisa diasumsikan tidak ada masyarakat yang sama sekali tidak mempunyai daya. Setiap
masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi kadang-kadang mereka tidak menyadari atau daya tersebut masih belum dapat diketahui. Oleh karena itu daya harus digali
dan kemudian
dikembangkan. Jika
asumsi ini
yang berkembang,
maka pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan cara mendorong,
memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.
Pemberdayaan dimaknai
sebagai segala
usaha untuk
membebaskan masyarakat miskin dari belenggu kemiskinan, karena kemiskinan yang terjadi tidak
bersifat alamiah semata, melainkan hasil dari berbagai macam faktor yang menyangkut kekuasaan dan kebijakan, maka upaya pemberdayaan juga harus
melibatkan kedua faktor tersebut. Pemberdayaan juga bisa dimaknai sebagai proses pertumbuhan kekuasaan
dan kemampuan diri dari kelompok miskin yang lemah, terpinggirkan dan tertindas. Melalui proses pemberdayaan diasumsikan bahwa kelompok sosial masyarakat
terbawah sekalipun bisa saja terangkat dan muncul menjadi bagian masyarakat menengah ke atas. Hal ini bisa terjadi kalau saja mereka diberi kesempatan dan
mendapat bantuan dan difasilitasi pihak lain yang mempunyai komitmen untuk itu. Kelompok miskin di pedesaan misalnya, tidak akan mampu melakukan proses
pemberdayaan sendiri tanpa bantuan atau difasilitasi pihak lain.