digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3 Datangnya hadats 4 Tekena najis
5 Terbuka auratnya 6 Merubah niat
7 Membelakangi kiblat 8 Makan
9 Minum 10 Dehem
11 Murtad
j. Waktu Yang Dilarang Untuk Mengerjakan Shalat
85
Waktu yang dilarang mengerjakan shalat kecuali karena ada alasan tertentu, diantaranya :
1 Setelah shalat subuh hingga munculnya matahari 2 Ketika munculnya matahari hingga sempurna
3 Ketika ketika matahari naik kira-kira satu tombak 4 Setelah shalat ashar hingga terbenamnya matahari
5 Ketika terbenamnya matahari hingg benar-benar tenggelam matahari
5. Pentingnya Pengamalan Ibadah Shalat Bagi Siswa MA Darul Hikmah
Mojokerto
Secara alamiah, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup,
85
Abi Syuja’, Matan Al Ghayah..., h. 17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
musibah, dan berbagai bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan
itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya. Adapun latar belakang manusia
membutuhkan agama :
86
a. Latar belakang fitrah manusia Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan ditegaskan
dalam ajaran islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia. Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia ini lah yang
melatarbelakangi perlu manusia terhadap agama. Oleh karena itu ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, seruan
tersebut memang sejalan dengan fitrah nya. Dalam konteks ini, terdapat dalam QS. Ar Rum 30 : 30 yang berbunyi :
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
87
86
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Yogyakarta: Gama Media, 2005, h. 16.
87
Departemen Agama RI, Al-quran., h. 408.