Pengaruh pemahaman shalat dalam kitab al Ghayah wa al Taqrib terhadap pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto.

(1)

PENGARUH PEMAHAMAN SHALAT DALAM KITAB AL GHAYAH WA AT TAQRIB TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SHALAT SISWA

MA DARUL HIKMAH MOJOKERTO

SKRIPSI

Oleh :

MIMIN INDRAWATI NIM. D91213157

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(2)

ii

PENGARUH PEMAHAMAN SHALAT DALAM KITAB AL GHAYAH WA

AT TAQRIB TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SHALAT SISWA MA DARUL HIKMAH MOJOKERTO

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

MIMIN INDRAWATI NIM. D91213157

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(3)

Pengaruh Pemahaman Shalat dalam Kitab Al Ghayah Wa At Taqrib Terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi oleh :

Nama : MIMIN INDRAWATI

NIM : D91213157

Judul :

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan


(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Mimin Indrawati, D91213157, 2017. Pengaruh Pemahaman Shalat Dalam Kitab Al Ghayah Wa Attaqrib terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto.

Pembimbing : (1) Drs. H. M. Nawawi, M. Ag, (2) Dra. Ilun Muallifah, M. Pd.

Kata Kunci : Pemahaman Shalat dalam Kitab Al Ghayah Wa Attaqrib, Pengamalan Ibadah Shalat Siswa.

Idealnya, ilmu yang kita pelajari adalah alat untuk menuju tujuan terakhir yakni, pengamalan. Akan tetapi pada proses pembelajaran di MA Darul Hikmah Mojokerto, ketika siswa telah memperoleh ilmu kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, siswa kurang memperhatikan tujuan akhir memperoleh ilmu yakni pengamalan dalam kehidun sehari-hari. Untuk itu peneliti melakukan penelitian tentang Pengaruh Pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib terhadap pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto.

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah tentang bagaimanakah pemahaman shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto dalam mempelajari kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, bagaimana pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto yang mendapat pelajaran kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, serta bagaimana pengaruh pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib terhadap pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis regresi linear sederhana dan uji signifikansi, dimana penelitian ini bertujuan untuk memprediksi sejauh mana variabel x mempengaruhi variabel y. Sedangkan metode pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah 1) Interview, 2) Observasi, 3) Dokumentasi dan 4) Angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib baik dalam sisi teknis pelaksanaannya, namun kurang baik dalam hasil pengamalan pada individu siswa. Hasil angket menunjukkan bahwa pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib siswa sebesar 74,23, Sedangkan pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto juga tergolong baik, hal ini bisa dilihat dari hasil observasi pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto sebesar 84%.

Hasil lain menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan namun sangat lemah antara pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib dengan pengamalan ibadah shalat siswa. Dan kolerasi variabel pemahaman kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib terhadap pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto diperoleh 0,3% yang dipengaruhi oleh pencapaian indikator pemahaman siswa dan sisanya 99,7% dipengaruhi oleh faktor lain, seperti latar belakang siswa, keluarga, lingkungan masyarakat, dan sebagainya.


(8)

x

DAFTAR ISI

COVER LUAR ... i

COVER DALAM ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR TRANSLITERASI ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 10

E.. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ... 11

F. . Definisi Operasional ... 12

G. Sistematika Pembahasan ... 15


(9)

A. Profil Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 18

1. Biografi Penyusun Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 18

2. Makna dan Tujuan Penyusunan Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 19

3. Ruang Lingkup Materi Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 20

B. Tinjauan Tentang Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 29

1. Makna Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 29

2. Tujuan Memahami Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 32

3. Metode Memahami Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 32

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ... 35

5. Indikator Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib... 41

C. Tinjauan Tentang Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto ... 45

1. Makna Pengamalan ...45

2. Dasar-dasar dan Tujuan Pengamalan ... 46

3. Pengertian Ibadah Shalat ... 58

4. Konsep Ibadah Shalat Dalam Kitab Al Ghayah Wa Attaqrib ... 59

5. Pentingnya Pengamalan Ibadah Shalat Bagi Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto ... 66

6. Faktor Yang Mempengaruhi Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto ... 72 D. Pengaruh Pemahaman Shalat Dalam Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib


(10)

xii

Mojokerto ... 75

E. Hipoteis ... 79

BAB III METODE PENELITIAN ... 81

A. Jenis Penelitian, Jenis Data dan Sumber Data ... 81

1. Jenis Penelitian ... 81

2. Jenis Data ... 82

3. Sumber Data ... 83

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 84

1. Variabel dan Indikator Penelitian ... 84

2. Instrumen Penelitian ... 88

C. Populasi dan Sampel ... 89

1. Populasi ... 89

2. Sampel ... 90

D. Metode Pengumpulan Data ... 91

1. Metode Observasi... 91

2. Metode Dokumentasi ... 91

3. Metode Wawancara/Interview ... 92

4. Metode Angket/Kuesioner ... 93

E.. Teknik Analisa Data ... 93

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN... 99

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 99

1. Profil Umum MA Darul Hikmah Mojokerto ...99


(11)

3. Visi MA Darul Hikmah Mojokerto ... 101

4. Misi MA Darul Hikmah Mojokerto ... 101

5. Jumlah Pendidik MA Darul Hikmah Mojokerto ... 102

B. Penyajian Data ... 105

1. Penyajian data tentang pemahaman kitab Al Ghayah Wa Attaqrib ... 105

2. Penyajian Data Tentang Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto Dalam Kitab Al Ghayah Wa Attaqrib ... 111

C. Analisa Data ... 120

1. Analisa Data Tentang Pemahaman Kitab Al Ghayah Wa Attaqrib ... 120

2. Analisa Data Tentang Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto ... 123

3. Analisa Data Tentang Pengaruh Pemahaman Shalat dalam Kitab Al Ghayah Wa Attaqrib Terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto ... 132

BAB V PENUTUP ... 149

A. Kesimpulan ... 149

B. Saran ... 150

DAFTAR PUSTAKA ... 152 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Penelitian ...86 Tabel 4.1 Jumlah Pendidik MA Darul Hikmah

Mojokerto ... 102 Tabel 4.2 Nilai Pemahaman Siswa Kelas XI MA Darul Hikmah Mojokerto

Bidang Studi Al Ghayah Wa Attaqrib/Taqrib (Variabel X) ... 107 Tabel 4.3 Pedoman Observasi Pengamalan Ibadah Shalat siswa MA Darul

Hikmah Mojokerto ... 112 Tabel 4.4 Penyajian Data Hasil Observasi Tentang Pengamalan Ibadah

Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto (Variabel Y) ... 113 Tabel 4.5 Nilai Rata-rata (mean) Pemahaman Kitab Al Ghayah Wa

Attaqrib Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto ... . 121 Tabel 4.6 Data Prosentase skor hasil observasi ... 123 Tabel 4.7 Data Rekapitulasi Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul

Hikmah Mojokerto ... 130 Tabel 4.8 Tabel Pengaruh Pemahaman Shalat dalam Kitab Al Ghayah

Wa Attaqrib terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA

Darul Hikmah Mojokerto ... 132 Tabel 4.9 Hasil SPSS Pengaruh Pemahaman Shalat dalam Kitab Al

Ghayah Wa Attaqrib terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto ... 143


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki arti penting bagi kehidupan manusia yakni sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia, baik aspek rohaniah maupun jasmaniah. Dengan memiliki pendidikan, seseorang akan dengan mudah menerima segala wawasan yang semakin hari, semakin berkembang mengikuti perkembangan zaman. Ada istilah yang mengatakan “Buku adalah cendela dunia”, maksudnya yakni dengan memiliki pendidikan, seseorang dengan mudah dapat membaca situasi dunia.

Dalam dunia pendidikan, ada dua istilah yang biasanya digunakan. Yaitu Paedagogy yang berarti pendidikan, dan paedagogia yang berarti ilmu pendidikan. Pendidikan secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu

paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh seorang pelayan. Pada jaman yunani kuno pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan Paedagogos. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).1Jadi, dari pengertian pendidikan secara etimologi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah ilmu yang membicarakan bagaimana memberikan bimbingan kepada anak.2

1

Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 1. 2

M. Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya,


(14)

2

Sedangkan dalam bahasa Romawi pendidikan distilahkan sebagai

educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Muhajir, 2000:20).3

Menurut Crow and crow, seperti yang dikutip oleh Fuad Ihsan dalam bukunya “Dasar-dasar Kependidikan”, mengatakan bahwa pendidikan adalah proses yang berisikan berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan social dari generasi ke generasi.4

Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan di Indonesia, mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.5

Sebenarnya esensi dari pendidikan itu sendiri adalah pengalihan (transisi) kebudayaan (ilmu pengetahuan, teknologi, ide-ide, etika dan nilai-nilai spiritual serta estetika) dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda dalam setiap masyarakat atau bangsa.6Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan.Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keseragaman arti.

Dalam bahasa Arab, ada beberapa istilah yang bisa digunakan dalam pengertian pendidikan, yaitu ta’lim (mengajar), ta’dib (mendidik), dan tarbiyah

3

Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

2005), h. 39. 4

Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar, h. 40. 5

Din Wahyudin, dkk., Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), cet.17, h. 3.3.

6


(15)

3

(mendidik). Namun menurut al-Attas (1980) dalam Hasan Langgulung, bahwa kata ta’dib yang lebih tepat digunakan dalam pendidikan agama Islam, karena tidak terlalu sempit sekedar mengajar saja, dan tidak terlalu luas, sebagaimana kata tarbiyah juga digunakan untuk hewan dan tumbuh-tumbuhan dengan pengertian memelihara. Dalam perkembangan selanjutnya, bidang speliasisai dalam ilmu pengetahuan, kata adab dipakai untuk kesusastraan, dan tarbiyah digunakan dalam pendidikan Islam hingga populer sampai sekarang.7

Selanjutnya, pengertian pendidikan agama dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah religion education, yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan orang beragama. Pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agama saja, tetapi lebih ditekankan pada feeling attituted, personal ideals dan aktivitas kepercayaan.8

Istilah tersebut tidak terlepas dari beragamnya agama yang perlahan masuk di Indonesia. Pendidikan agama budha, hindu, islam dan agama lainnya sudah terlaksana di Indonesia sejak zaman kerajaan Hindu-Budha, bahkan sejak zaman purba. Pendidikan agama pada saat itu terlaksana dengan sangat sederhana.

Pendidikan pada zaman purba adalah sebagai berikut :9

1. Bersifat praktis, keterampilan yang diajarkan terutama keterampilan yang berguna untuk hidupnya.

7

Nazarudin Rahman, Manajemen Pembelajaran:Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2009), Cet I, h. 12.

8

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), cet ke-3, h. 3.

9

Wasty Soemanto dan F.X. Soeyarno, Landasan Historis Pendidikan Indonesia, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 23-24.


(16)

4

2. Bersifat imitatif, yaitu meniru apa yang dilakukan orangtuanya.

3. Bersifat statis, yaitu hanya terbatas pada kemampuan orangtua yang tetap. Pada zaman kerajaan Hindu-Budha, pendidikan tidak dilaksanakan secara formal sehingga tiap siswa dimungkinkan untuk berpindah dari guru yang satu ke guru yang lain dalam meningkatkan atau memperdalam pengetahuannya. Pendidikan di masa itu yang diutamakan adalah pendidikan keagamaan, pemerintahan, strategi perang, ilmu kekebalan, serta kemahiran menunggang kuda dan memainkan senjata tajam.10

Ketika Islam masuk ke Indonesia yang dilakukan dengan berbagai jalan, mulai dari perdagangan, pernikahan, pengobatan, budaya maupun pendidikan. Dari sinilah kemudian proses kemunculan islam dibarengi dengan transformasi nilai-nilai pendidikan islam. Masuknya islam di Indonesia, khususnya tanah jawa tidak terlepas dari para ulama’ yang terkenal dengan Walisongo. Dakwah Walisongo ini terkenal berhasil mengislamkan jawa karena metodenya mengombinasikan aspek spiritual dan mengakomodasi tradisi masyarakat setempat. Di dalam mereka menyebarkan ajaran tersebut, para ulama’ walisongo mendirikan pesantren.11

Dari sinilah Indonesia tidak terlepas dari lembaga yang bernama Pesantren. Pesantren telah eksis di tengah masyarakat selama 6 abad (mulai abad ke-15 hingga sekarang). Sejak awal berdirinya, pesantren menawarkan pendidikan kepada mereka yang masih buta huruf. Pesantren pernah menjadi satu-satunya institusi pendidikan milik masyarakat pribumi yang memberikan

10

Ary H. Gunawan, Kebijakan-kebijakan Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1986), h. 4-6.

11

Muhammad Rifa’i, Sejarah Pendidikan Nasional: Dari Masa Klasik Hingga Modern,


(17)

5

kontribusi sangat besar dalam membentuk masyarakat melek huruf (literacy) dan melek budaya (cultural literacy).12

Jalaluddin mencatat bahwa paling tidak pesantren telah memberikan dua macam kontribusi bagi sistem pendidikan di Indonesia. Pertama, adalah melestarikan dan melanjutkan sistem pendidikan rakyat dan Kedua, mengubah sistem pendidikan aristokratis menjadi sistem pendidikan demokratis.13

Pesantren tumbuh dari bawah, atas kehendak masyarakat yang terdiri atas kiyai, santri, dan masyarakat sekitar termasuk terkadang perangkat desa. Diantara mereka, kiyai memiliki peran paling dominan dalam mewujudkan sekaligus mengembangkannya. Akhirnya, pesantren merupakan lembaga pendidikan islam paling otonom yang tidak bisa diintervensi pihak-pihak luar kecuali atas izin kiyai. Kiyai lah yang mewarnai semua bentuk kegiatan pesantren sehingga menimbulkan perbedaan yang beragam sesuai dengan seleranya masing-masing. Variasi bentuk pendidikan ini juga diakibatkan kondisi sosio-kultural masyarakat yang mengelilinginya.

Dari keunikan setiap pesantren yang ada di Indonesia, memunculkan kontradiksi penilaian. Penilaian peneliti dapat dikelompokkan menjadi 2 kubu yang bertentangan. Survei beberapa ahli membuahkan hasil yang negatif terhadap dinamika pesantren. Menurut survei tersebut, lembaga pendidikan islam tertua ini tidak lebih dari lambang keterbelakangan. Clifford Geertz yang mengadakan penelitian di Mojokerto, Jawa Timur pada 1955-an menilai bahwa kiyai dan pesantrennya sampai tingkat tertentu masih merupakan inti struktur

12

Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. xiii. 13


(18)

6

sosial Islam pedesaan dan merupakan puncak kultur kolot. Kehidupannya hanya berkutat pada soal “kuburan” dan “ganjaran”.14

Sebaliknya, beberapa peneliti lainnya memberikan penilaian yang berlawanan. Pesantren selalu peka terhadap tuntutan zaman dan berperan bukan saja dalam bidang pendidikan, melainkan juga dalam aspek-aspek lainnya. Heterogenitas pesantren justru dipandang sebagai simbol adanya perubahan yang berarti. Kegiatan-kegiatannya makin padat dan makin berorientasi kemasyarakatan. Manfred Ziemek menyatakan, “Pesantren sebagai lembaga pergulatan spiritual, pendidikan, dan sosialisasi yang kuno dan sangat heterogen menyatakan sejarah pedagogik, kehadiran dan tujuan pembangunan sekaligus. Pesantren merupakan pusat perubahan dibidang pendidikan, politik, budaya, sosial dan keagamaan”.15

Zamakhsyari Dhofier menegaskan bahwa karir lembaga-lembaga pesantren di Jawa pada saat ini sedang mengalami perubahan-perubahan yang fundamental dan juga turut pula memainkan peranan dalam proses transformasi kehidupan modern di Indonesia.16Di dalam pesantren sendiri, para santri dididik oleh para kiyai dan para ‘alim untuk menjadi sosok manusia yang benar-benar bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, bangsa dan agama, ketika para santri masih berada di dalam pesantren dan khususnya ketika para santri telah kembali ke rumah dan terjun ke masyarakat. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. At Taubah (9) ayat 122 :

14

Clifford Geertz, Abangan Santri Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, terj. Aswab Mahasin, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1989), h. 245.

15

Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi..., h. xv. 16

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai, (Jakarta: P3M, 1994), h. 176.


(19)

7











































Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Di era globalisasi ini sudah menjamur pesantren modern. Pesantren modern terdapat sekolah formal yang biasa disebut dengan madrasah. Sekolah formal yang ada dalam lingkup pesantren (madrasah) ini mengarah pada perkembangan zaman dengan tidak meninggalkan adat pesantren atau bisa saja dikatakan pesantren yang dikemas sedemikian rupa sesuai perkembangan zaman. Tujuannya agar generasi muda era globalisasi ini cerdas IMTAQ dan IPTEK nya.

Di madrasah yang akan peneliti teliti, berada di lingkup Pondok Pesantren yang menjadikan kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib sebagai pengganti buku pedoman mata pelajaran Fiqih dari pemerintah, kitab Washoya sebagai pengganti buku pedoman mata pelajaran Aqidah Akhlak, dan lain sebagainnya.

Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib merupakan salah satu kitab fiqih yang menjadi kitab acuan mata pelajaran fiqih di sekolah atau madrasah tersebut. Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ini menjelaskan semua yang berkaitan dengan


(20)

8

hal ‘Ubudiyah, Muamalah, Munakahat, Jinayat dan lain sebagainya. Kitab ini dijadikan acuan bertujuan agar siswa mampu memahami betul masalah-masalah fiqih keseharian khususnya mengenai fiqih ibadah dan dapat menerapkan amal keagamaan dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya.

Pengamalan yang berasal dari kata amal, diartikan sebagai segala tindak tanduk, perilaku yang menyangkut hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan hewan, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan tuhannya yang sifatnya menyangkut agama. Amal adalah tujuan akhir setelah memperoleh ilmu. Maksudnya, setelah seseorang memperoleh ilmu yang kemudian seseorang tersebut menghafal teori-teori yang dia pelajari, hal terakhir yang dilakukannya yakni mengamalkannnya.17

Idealnya, ilmu yang kita pelajari adalah alat untuk menuju tujuan terakhir yakni, pengamalan. Begitu pula pada proses pembelajaran kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib yang ada di sekolah atau madrasah yang peneliti tuju. Setelah siswa mempelajari kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, hal terakhir yang seharusnya dicapai yakni pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ilmu fiqih yang di pelajari pada kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.

Namun, realitanya berdasarkan pengalaman peneliti di sekolah atau madrasah yang akan peneliti teliti, masih ada beberapa siswa yang belum mampu mengamalkan materi yang ada dalam kitab, khususnya dibidang

‘ubudiyah (ibadah) dengan baik dan benar. Padahal, kitab Fiqih Al-Ghayah Wa

17

Yusuf Qardhawi, Fikih Prioritas: Urutan Amal yang Terpenting dari yang Penting,


(21)

9

At Taqrib menjadi acuan dalam proses pembelajaran di madrasah. Lebih-lebih lagi, bagi siswa yang tinggal di pesantren tentu lebih banyak menerima pembelajaran fiqih dari kitab-kitab lainnnya. Seharusnya mereka mampu mengerjakan shalat dengan baik dan benar.

Dengan latar belakang yang telah diuraiakan diatas, maka peneliti ingin membahas lebih lanjut tentang pengaruh pemahaman dan pengamalan ibadah shalat siswa dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib. Yang mana peneliti untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya tersebut, peneliti melakukan penelitian di MA Darul Hikmah Mojokerto, madrasah tersebut merupakan madrasah yang peneliti ketahui menggunakan kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib

sebagai kitab pedoman mata pelajaran fiqih. Dengan itu peneliti memberi judul penelitian “Pengaruh Pemahaman Shalat dalam Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib Terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat peneliti rumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pemahaman shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto dalam mempelajari kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib?

2. Bagaimana pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto yang mendapat pelajaran kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib?


(22)

10

3. Bagaimana pengaruh pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib terhadap pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pemahaman shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto dalam mata pelajaran kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.

2. Untuk mengetahui pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto yang mendapat pelajaran kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.

3. Untuk mengetahui pengaruh pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib terhadappengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah.

D.Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat yang akan diperoleh melalui penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Akademik Ilmiah

Kegunaan atau manfaat akademik ilmiah yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat menjadi bahan acuan pada penelitian berikutnya, khususnya yang menyangkut konsep atau pemikiran tentang pengaruh kitab

Al-Ghayah Wa At Taqrib. Dan juga diharapkan, hasil penelitian ini mampu berkontribusi dalam mengembangkan pembelajaran Pendidikan Agama


(23)

11

Islam khususnya pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

2. Manfaat Sosial Praktis

a. Bagi peserta didik, diharapkan dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran serta mampu meningkatkan prestasi belajar dan amal keagamaan.

b. Bagi guru, sebagai masukan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitasnya.

c. Bagi lembaga atau pihak sekolah, sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha peningkatan dan pengembangan proses belajar mengajar secara lebih efektif dan efesien dalam usaha meningkatkan prestasi belajar.

E.Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pengaruh pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib dan pengamalan ibadah shalat siswa, lokasi yang diambil adalah MA Darul Hikmah Mojokerto.

Agar lebih jelas dan tidak meluas pembahasan dalam skripsi ini, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut :

1. Pembahasan tentang pengaruh pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.

2. Pembahasan tentang pengamalan ibadah shalat siswa.

Adapun dalam pembahasan apabila ada permasalahan diluar tersebut diatas, maka sifatnya hanyalah sebagai penyempurna sehingga pembahasan ini sampai pada sasaran yang dituju.


(24)

12

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah tafsir tentang judul “Pengaruh Pemahaman Shalat dalam Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib terhadap Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto” maka perlu kiranya peneliti menjelaskan arti dan maksud dari istilah-istilah yang dipakai dalam judul penelitian sebagai berikut :

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya).18

2. Pemahaman

Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan.19

3. Ibadah Shalat

18

Suharto dan Tata Iryanto, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Penerbit Indah, 1989), h. 160.

19

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.


(25)

13

Kata Ibadah berarti patuh (al-tha’ah) dan tunduk (al-khudlu). Menurut Al-Azhari, kata ibadah tidak dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah SWT.20

Shalat menurut bahasa berarti doa, sedang menurut syara’ berarti menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah, karena takwa hamba kepada Tuhannya, mengagungkan kebesaran-Nya dengan khusyu dan ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam, menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan.21 4. Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib

Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib merupakan matan dari kitab Fathul Qarib yang berisi ilmu-ilmu fikih menyangkut perihal ‘ubudiyah,

muamalah, munakahat, jinayat, mawaris, talak/perceraian, jihad, dan lain sebagainya yang bermadzhabkan Imam Asy Syafi’i.

Penulis kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib yakni As Syaikh Al Imam Abu Thoyyib yang terkenal pula dengan nama Abi Syuja’ Ahmad bin Al Husain bin Ahmad Al Ashfihaniy.22

5. Pengamalan

Pengamalan berasal dari akar kata amal yang menurut pandangan islam merupakan perbuatan baik yang mendatangkan pahala bagi yang mengerjakannya. Amal adalah terkait dengan tindak tanduk, perilaku yang

20

Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. Ke-2, h. 17. 21

Moh.Rifa’i, Mutiara Fiqih, (Semarang: CV. Toha Putra, 1978), h. 79.

22Abi Syuja’ Ahmad bin Al Husain bin Ahmad Al Ashfihaniy,

Al-Ghayah Wa At Taqrib, (Surabaya: Al Hidayah, 2010), h. 2.


(26)

14

menghubungkan manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan hewan, dan manusia dengan lingkungannya.23

6. Siswa

Siswa adalah semua anak yang berada dibawah bimbingan guru di lembaga pendidikan formal maupun non formal.24

7. Madrasah Aliyah (MA)

Madrasah Aliyah terdiri dari dua kata yaitu madrasah dan aliyah, madrasah merupakan kata yang diadopsi dari bahasa arab “madrosah” yang

berarti pendidikan, sedangkan kata aliyah juga merupakan kata yang diadopsi dari bahasa arab “’aaliyah” yang berarti tinggi.25

Dapat disimpulkan bahwa Madrasah Aliyah adalah sekolah tingkat tinggi yang setara dengan SMA (Sekolah Menengah Atas) yang bernafaskan agama islam.

8. Darul Hikmah

Darul Hikmah adalah sebuah nama yayasan pondok pesantren yang terletak di desa Kedungmaling Sooko Mojokerto. Darul Hikmah juga merupakan nama Madrasah Aliyah yang berada dibawah naungan pondok pesantren Darul Hikmah.

Jadi, yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah penelitian tentang adanya daya yang ada atau timbul dari kemampuan memahami siswa MA

23Dari Artikel dalam Internet. Sugi Nugroho.2013, “Makalah Pendidikan Agama Islam”,

dilihat di

http://suginugroho27.blogspot.co.id/2013/12/makalah-pendidikan-agama-islam-amal.html. Diakses pada 22 November 2016, Pukul 23.31 WIB. 24

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), cet. Ke-1, h. 88.

25

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 1990), cet. Ke-8, h. 279.


(27)

15

Darul Hikmah mengenai konsep materi shalat yang ada dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib yang selanjutnya dari hasil pemahaman tersebut siswa dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

G.Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan bertujuan untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini ada lima bab, diantaranya adalah :

Bab pertama, tentang pendahuluan memuat pokok-pokok pikiran meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup, batasan masalah, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, tentang landasan teori yang terdiri dari profil kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib dengan sub bahasan biografi penyusun kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, makna dan tujuan penyusunan kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, ruang lingkup materi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.

Pembahasan dari landasan teori selanjutnya yakni tinjauan tentang pemahaman kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib dengan sub bahasan sebagai berikut : makna pemahaman kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, tujuan memahami kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, metode memahami kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, Indikator pemahaman kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.

Pembahasan yang ke-3 dari landasan teori yakni tinjauan pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto dengan sub bahasan : makna


(28)

16

pengamalan, dasar-dasar dan tujuan pengamalan, pengertian ibadah shalat, konsep ibadah shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, pentingnya pengamalan ibadah shalat bagi siswa MA Darul Hikmah Mojokerto, faktor yang mempengaruhi pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto.

Dan pembahasan yang terakhir dari landasan teori yakni Pengaruh Pemahaman shalat dalam Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib terhadap pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto, dan hipotesis

Bab ketiga, tentang metode penelitian yang meliputi : jenis penelitian, jenis data, sumber data, variabel dan indikator penelitian, instrumen penelitian, populasi, sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisa data.

Bab keempat, tentang hasil penelitian dan analisis data, bab ini berisi tentang hasil penelitian yang meliputi : gambaran umum obyek penelitian dengan sub bahasan : Profil umum, sejarah singkat, visi dan misi, dan jumlah pendidik MA Darul Hikmah Mojokerto.

Pembahasan selanjutnya yakni penyajian data dan pembahasan yang ke tiga dari bab ini yakni analisa data dengan sub bahasan : analisa data tentang pemahaman kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, analisis data tentang pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto (konsep ibadah shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib), analisa data tentang pengaruh pemahaman shalat dalam kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib terhadap pengamalan ibadah shalat siswa MA Darul Hikmah Mojokerto (konsep ibadah shalat dalam kitab


(29)

17

Ghayah Wa At Taqrib). Dan pembahasan yang terakhir adalah pengujian hipotesis.

Bab kelima, adalah penutup, dalam bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian, saran-saran yang berkaitan dengan penelitian dan daftar pustaka.

Setelah pembahasan dari kelima bab tersebut, maka pada bagian akhir dari penelitian ini disertakan beberapa lampiran yang dianggap perlu. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas dan menjadi rujukan dari inti pembahasan dalam penelitian.


(30)

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Profil Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib

1. Biografi Penyusun Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib

Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib adalah kitab fiqih bermadzhabkan Imam Asy Syafi’i yang dikarang oleh Syekh al-Imam Abu Thayib Ahmad bin Husain bin Ahmad al-Ashfahany yang lebih dikenal dengan nama panggilan Al Qhadi Abi Syuja’ dan kunyah Abu Thayyib. Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib memiliki 2 macam sebutan, yakni bernama Al-Ghayah Wa At Taqrib dan Ghayatul Ikhtisar. Syarh (penjelasan) dari Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib disebut dengan kitab Fathul Qarib Mujib dan Syarh dari kitab

Ghayatul Ikhtisar adalahkitab Al Qaulul Mukhtar.1

Kitab ini membahas fiqih dengan sangat ringkas dan mudah dipahami dan ditujukan lebih untuk pemula dan awam, mulai dari bab

Thaharah (bab bersuci) hingga bab ‘itsq (bab pembebasan budak).

Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ini, bisa daisebut dengan kitab

Matan Taqrib. Kitab ini menjadi salah satu mata pelajaran wajib di beberapa pondok pesantren dan sekolah formal sebagai acuan kitab fiqih yang bermadzhabkan Imam Asy Syafi’i.

Pengarang kitab ini bernama Syekh al-Imam Abu Thayib Ahmad bin Husain bin Ahmad al-Ashfahany (dinisbah kepada negeri Asfihan,

1

Imron Abu Amar, Fathul Qarib Jilid 2, (Kudus: Menara Kudus, 1983), Terj kitab Fathul Qarib Mujib, h. xi.


(31)

19

sebuah negeri ‘ajam yang merupakan negeri kakeknya dilahirkan). Beliau yang lebih dikenal dengan panggilan Abu Syuja’ ini merupakan seorang ulama’ yang sangat shaleh dan berumur panjang, berusia 160 tahun. Dengan umur panjang tersebut, tidak pernah salah satu anggota tubuh beliau yang cidera, saat ditanyai kenapa bisa terjadi seperti itu, beliau menjawab : “Aku

tidak pernah berbuat maksiat kepada Allah dengan anggota tubuhku, manakala aku memelihara anggota tubuhku dari maksiat pada waktu kecil,

maka Allah memeliharanya pada waktu besar”.2

Beliau lahir pada tahun 433 H (1040 M) di Basrah dan wafat tahun 592 H (1197 M). Dalam kitab Hasyiah al-Bajuri ‘ala Fath al-Qarib, disebut bahwa umur beliau 160 tahun. Beliau pernah mendalami mazhab Syafi’i di Bashrah lebih dari 40 tahun dan meninggal dunia di Madinah.. Dalam kitab

Thabaqaat al-Syafi’iyah al-Kubra, Tajuddin al-Subki menempatkan beliau ini dalam thabaqat kelima ulama-ulama syafi’iyah, yakni ulama-ulama Syafi'iyah yang meninggal dunia setelah 500 tahun hijrah.3

2. Makna dan Tujuan Penyusunan Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib

Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib yang terkenal dengan sebutan

Matan Taqrib ini, terdiri dari 2 kata yakni Al-Ghayah dan At Taqrib, Al-Ghayah memiliki arti tujuan yang akan dituju, sedangkan At Taqrib

memiliki arti dekat atau mendekatkan. Dapat diambil kesimpulan bahwasannya arti dari Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib atau biasa disebut

2

Dari Artikel dalam Internet. Teuku Alizar Usman. 2012, “Kitab Kuneng”, dilihat di

http://kitab-kuneng.blogspot.co.id/2012/09/resensi-kitab-matan-al-taqrib.html. Diakses pada 28 November 2016.

3

Abu Thahir as-Silafy dan Ahmad bin Muhammad, (Mu`jam as-Safr: Maktabah Tijariyah), h. 25.


(32)

20

dengan kitab Matan Taqrib ini yakni sebuah karangan yang disusun dengan tujuan utama yakni untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dengan menjalankan syari’at yang baik.

Sesuai dengan makna atau arti dari Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib

ini, tujuan disusun atau diciptakannya kitab ini yakni karena adanya permintaan para handaitolan agar pengarang (Abu Syuja’) menyusun suatu kitab yang ringkas, tetapi padat isinya, sehingga dapat mencukupi untuk dapat mengetahui hukum-hukum agama islam yang berhubungan dengan soal amaliyah dan ibadah sesuai dengan madzhab As Syafi’i beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris ibn Abbas bin Utsman ibn Syafi’.4

3. Ruang Lingkup Materi Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib

Ruang lingkup materi Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ini terdiri dari 17 pembahasan yang didalam masing-masing pembahasan terdapat pasal-pasal. Secara urut isi dari kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib adalah sebagai berikut :5

a. Mukaddimah penyusun.6

Mukaddimah penyusun berisikan tentang pujian pengarang kepada sang khaliq, sanjungan kepada baginda Muhammad SAW dan sedikit penjelasan tentang kitab Matan Taqrib ini, seputar pengarang dan tujuan disusunnya kitab.

b. Kitab ath-Thaharah (membahas tentang tata cara bersuci).7

4

Imron Abu Amar, Fathul..., h. xii. 5

Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghazi, Fathul Qarib Mujib, (Surabaya: Hidayah, 1999), h. 72.

6Abi Syuja’

Ahmad bin Husain bin Ahmad al-Ashfahany, Matan Al Ghayah Wa At Taqrib, (Surabaya: Al Hidayah), h. 2.


(33)

21

Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain : 1) Macam-macam air.

2) Sucinya kulit bangkai setelah disamak.

3) Dilarangnya menggunakan tempat/wadah dari emas dan perak. 4) Hukum siwak (sikat gigi).

5) Tata cara berwudhu (rukun dan sunnahnya wudhu).

6) Istinjak (bersuci setelah buang air dan etika BAB dan BAK).

7) Perkara yang membatalkan wudhu (yang mengakibatkan hadas kecil).

8) Perkara yang mengharuskan/mewajibkan mandi junub. 9) Fardhu atau tata cara mandi junub dan sunnah-sunnahnya. 10) Keadaan yang disunnahkan mandi junub.

11) Mengusap khuf (kaos kaki).

12) Tayammum (syarat, fardhu, sunnah dan hal yang membatalkan tayammum).

13) Macam-macam najis.

14) Haid, nifas dan istihadhah (definisi, hukum dan perkara yang diharamkan saat haid, nifas dan istihadhah).

c. Kitab ash-sholah (membahasa tentang shalat dan tata caranya).8 Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain : 1) Fardhu shalat.

2) Syarat wajibnya shalat (macam-macam shalat sunnah).

7

Abi Syuja’, Matan Al Ghayah..., h. 3.

8


(34)

22

3) Syarat sahnya shalat.

4) Rukun dan sunnahnya shalat. 5) Gerakan dan bacaan shalat.

6) Perbedaan shalatnya laki-laki dan perempuan. 7) Pekara yang membatalkan shalat.

8) Jumlah raka’at shalat fardhu.

9) Perkara yang tertinggal dalam shalat.

10) Waktu yang diharamkan untuk shalat sunnah. 11) Shalat berjama’ah.

12) Shalat bagi musafir (syarat shalat jamak dan qashar).

13) Shalat jum’at (syarat wajib, syarat pelaksanaan, fardhu dan perilaku yang disunnahkan dalam shalat jum’at).

14) Shalat dua hari raya idul fithri dan idul adha. 15) Shalat gerhana matahari dan gerhana bulan. 16) Shalat istisqo’ (minta hujan).

17) Shalat khauf/takut (shalat dalam keadaan perang). 18) Hukum cincin emas dan pakaian sutera.

19) Jenazah (perkara yang diwajibkan atas mayit). d. Kitab az-Zakah (membahas tentang Zakat).9

Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain : 1) Perkara yang wajib dizakati.

2) Nishob zakat unta.

9


(35)

23

3) Nishob zakat lembu. 4) Nishob zakat kambing.

5) Zakat dua orang yang bekerja sama. 6) Nishob emas dan perak.

7) Nishob hasil pertanian dan buah-buahan. 8) Nishob barang dagangan.

9) Wajib zakat fitrah karena 3 hal. 10) Orang yang berhak menerima zakat. e. Kitab ash-Shiyam (membahas tentang puasa).10

Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :

1) Syarat wajib, perkara yang membatalkan, perkara yang disunnahkan dan haram puasa.

2) I’tikaf.

I’tikaf masuk dalam kitab ash-Shiyam (membahas tentang puasa) maksudnya yakni menurut jumhur ulama’, itikaf dianjurkan dilakukan pada malam 10 hari terakhir dengan tujuan mengharap ridho NYA dan meraih malam Lailatul Qadar (satu malam yang lebih baik dari seribu bulan).11

f. Kitab al-Hajj (membahas tentang haji).12

Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain : 1) Syarat wajib, rukun, dan sunnah ibadah haji dan umrah. 2) Larangan saat ihram.

10

Abi Syuja’, Matan Al Ghayah..., h. 31.

11

Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghazi, Fathul Qarib..., h. 27.

12


(36)

24

3) Denda haji.

g. Kitab al-Buyu’ wa ghairiha min al-Mua’amalat (membahas tentang macam-macam transaksi dan hubungan dengan manusia).13

Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain : 1) Macam-macam penjualan.

2) Riba’ dalam emas, perak dan makanan. 3) Penjual dan pembeli ada waktu pilihan. 4) Akad salam.

5) Gadai.

6) Orang yang dilarang bertransaksi. 7) Berdamai.

8) Syarat hiwalah. 9) Menanggung hutang. 10) Merawat badan. 11) Syarat kerja sama.

12) Hukum diperbolehkannya mewakilkan transaksi. 13) Macam-macam pengakuan.

14) Hukum meminjamkan sesuatu. 15) Hukum ghasab.

16) Hukum menambah modal. 17) Syarat bagi hasil.

18) Aqad siraman.

13


(37)

25

19) Hukum mengumumkan. 20) Hukum sewa tanah. 21) Hukum membuka lahan. 22) Macam-macam wakaf. 23) Hukum temuan.

24) Hukum merawat barang temuan. 25) Hukum titipan.

h. Kitab al-Faraidl wa al-Washoya (membahas tentang waris dan wasiat).14 Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :

1) Orang yang berhak menerima harta waris.

2) Bagian ahli waris yang disebut dalam al-quran (pembagian harta waris).

3) Hukum berwasiat.

i. Kitab an-Nikah (membahas tentang nikah).15

Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :

1) Hukum nikah, hukum menikah dengan amat (budak perempuan). 2) Tidak sah nikah kecuali dengan hadirnya wali, syarat seorang wali

dan saksi, hukum melamar seorang yang dalam masa iddah.

3) Macam-macam saudara menurut nash al-quran, sebab-sebab isteri atau suami ditalak/dicerai.

4) Hukum mahar.

5) Hukum walimatul ‘ursy.

14

Abi Syuja’, Matan Al Ghayah..., h. 52.

15


(38)

26

6) Hukum menyamakan giliran (isteri lebih dari satu). 7) Hukum khuluk.

8) Macam-macam pperceraian.

9) Kesempatan mentalak bagi suami yang merdeka ataupun seorang hamba, orang yang tidak sah cerainya.

10) Hukum talak 2 maupun talak yang ke-3 kalinya terhadap seorang isteri.

11) Hukum sumpah ilak. 12) Hukum talak dhihar.

13) Hukum qadzaf (menuduh zina) dan bersumpah li’an.

14) Hukum iddah dan macam-macam perempuan yang diiddahkan. 15) Macam-macam perempuan yang iddah dan hukumnya.

16) Hukum istibrak (pelunasan). 17) Hukum radlak (susuan).

18) Hukum menafkahi beberapa kerabat.

19) Hukum merawat anak ketika sudah bercerai. j. Kitab al-Jinayat (membahas tentang tindak pidana).16

Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain : 1) Macam-macam pembunuhan dan syarat wajib qishosh. 2) Hukum diyat atau denda.

3) Hukum qassamah (sumpah).

k. Kitab al-Hudud (membahas tentang had-had/sanksi).17

16


(39)

27

Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain : 1) Pembagian zina dan hukumnya.

2) Syarat orang yang menuduh dan dituduh berzina. 3) Hukuman bagi orang yang minum khamr.

4) Hukum potong tangan pada pelaku pencurian.

5) Macam-macam perampok/begal dan hukuman bagi perampok/begal. 6) Hukum menyengaja menyakiti orang atau harta orang.

7) Hukum pemberontak. 8) Hukum murtad.

9) Macam-macam atau sebab seseorang meninggalkan shalat. l. Kitab al-Jihad (membahas tentang jihad).18

Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain : 1) Syarat wajib jihad.

2) Hukum pembagian ghanimah (harta rampasan).

3) Hukum pembagian harta faik (rampasan tanpa perlawanan). 4) Hukum jizyah (perpajakan).

m. Kitab ash-Shaid wa adz-Dzabaih (membahas tentang berburu hewan dan hewan sembelihan).19

Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain : 1) Hukum dan syarat menyembelih maupun memburu hewan. 2) Hukum hewan yang halal dimakan/disembelih.

3) Hukum qurban.

17

Ibid., h. 75. 18

Ibid., h. 80. 19


(40)

28

4) Hukum aqiqah.

n. Kitab as-Sabaq wa ar-Ramyu (membahas tentang perlombaan dan memanah).20

Pada kitab/bab ini hanya ada satu pasal, yakni Hukum perlombaan dan memanah.

o. Kitab al-Aiman wa an-Nudzur (membahas tentang sumpah dan nadar).21 Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain :

1) Hukum sumpah. 2) Hukum nadzar.

p. Kitab al-Aqdliyyah wa asy-Syahadah (membahas tentang peradilan dan kesaksian).22

Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain : 1) Hukum peradilan dan saksi.

2) Hukum qismah (pembagian). 3) Syarat-syarat menjadi saksi. 4) Jenis hak.

q. Kitab al-‘Itq (membahas tentang pembebasan budak).23 Pada kitab/bab ini terdapat beberapa pasal, antara lain : 1) Hukum memerdekakan budak.

2) Hukum waris walak.

3) Hukum tadbir (memudabbarkan budak).

20

Ibid., h. 87. 21

Ibid., h. 88. 22

Ibid., h. 89. 23


(41)

29

4) Hukum budak kitabah (cicilan). 5) Hukum amat ummul walad.

B.Tinjauan Tentang Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib

1. Makna Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib

Pemahaman menurut kamus lengkap bahasa indonesia adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar.24Menurut Suharsimi Arikunto, pemahaman adalah bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menulis kembali, dan memperkirakan.25

Sedangkan menurut Sadiman, pemahaman merupakan suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.26

Menurut Bloom dalam Winkel (1996) pemahaman termasuk dalam klasifikasi ranah kognitif level 2 setelah pengetahuan. Pengertian pemahaman siswa dapat di urai dari kata ”Faham” yang memiliki arti tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. Disini ada pengertian tentang pemahaman yaitu : kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan , menjelaskan atau meringkas atau merangkum suatu

24

Amran YS Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia,

2002), Cet. Ke-V, h. 427. 25

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan; Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2009), Cet. Ke-IX, h. 118. 26

Arif Sukadi Sadiman, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta:


(42)

30

pengertian kemampuan macam ini lebih tinggi dari pada pengetahuan. Pemahaman juga merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu mempertimbangkan atau memperhubungkannya dengan isi pelajaran lainnya.27

Berbicara tentang pemahaman, tentunya tidak akan luput dari proses belajar mengajar atau pembelajaran. Istilah belajar akan bermuara pada satu hal yaitu perubahan tingkah laku seseorang dengan kegiatan yang disengaja, disusun dengan sistematis dan terencana dengan melakukan serangkaian kegiatan. Maka belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif, dimana proses adaptasi tersebut akan menghasilkan hasil yang optimal apabila diberi penguat (reinforcer). Sedangkan mengajar merupakan suatau usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses belajar, atau sebagaimana definisi mengajar menurut Smith yaitu menanamkan pengetahuan atau keterampilan (Teaching is imparting knowledge or skill).28

Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar pengetahuan. Menurut Nana Sudjana, pemahaman ini dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu :

a. Tingkat terendah yaitu pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti sebenarnya, mengartikan prinsip-prinsip.

27

W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta : PT. Gramedia, 1996), cet. ke-4, h. 246. 28

Ali Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), h. 13.


(43)

31

b. Tingkat menengah yaitu pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok.

c. Tingkat tinggi yaitu pemahaman ekstrapolasi. Memiliki tingkat pemahaman ekstrapolasi berarti seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan, konsekuensi, berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya.29

Selanjutnya, sesuai dengan makna dari Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, yakni makna dari Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ini terdiri dari 2 kata yakni Al-Ghayah

dan At Taqrib, Al-Ghayah memiliki arti tujuan yang akan dituju, sedangkan

At Taqrib memiliki arti dekat atau mendekatkan. Dapat diambil kesimpulan bahwasannya arti dari Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib atau biasa disebut dengan kitab Matan Taqrib ini yakni sebuah karangan yang disusun untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dengan menjalankan syari’at yang baik.30

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman kitab

Al-Ghayah Wa At Taqrib adalah peserta didik mampu memahami, mengerti, menerangkan, menyimpulkan, memberi contoh dan mengimplikasikan

29

Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

1995), h. 24.

30


(44)

32

materi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib yang pernah diajarkan atau dijelaskan oleh ustadz dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Memahami Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib

Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib atau biasa disebut dengan matan taqrib merupakan kitab yang sangat ringkas, namun didalamnya membahas cakupan materi yang sangat luas. Sehingga banyak dari pondok pesantren maupun sekolah formal di Indonesia yang menggunakan kitab ini sebagai bahan acuan materi fiqih di dalamnya.

Sesuai dengan tujuan disusunnya kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib

ini, peneliti berharap para pemula maupun yang lainnya mampu memahami fiqih madzhab syafi’i dengan mudah dan mampu mempraktekkan dikehidupan sehari-hari dengan mudah pula.31

3. Metode Memahami Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib

Pada proses pembelajaran kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib, ada beberapa instansi (formal maupun non formal) menggunakan kitab kuning (kitab gundul yakni kitab yang tidak ada makna/artinya, hanya berisikan kitab atau teksnya saja) maupun kitab jenggot (kitab yang ada arti pegon) yang kesemuanya menggunakan bahasa arab.

Selanjutnya, pada penguasan metode dalam mengajarkan kitab kuning harus mencakup berbagai unsur penting sebagai berikut :

a. Memilih materi pelajaran yang hendak diajarkan.

31


(45)

33

b. Menyusun (mengurutkan) materi yang telah dipilih berdasarkan tingkat serta jenjang pendidikan.

c. Mengunakan teknik mengajar termasuk media pengajaran . d. Evaluasi.32

Dari kutipan di atas diketahui bahwa unsur metode ada empat. Unsur-unsur ini harus ada dalam metode pengajaran, apakah ia berbentuk metode mengajar matan dan terjemahan yang banyak diterapkan di pondok-pondok pesantren maupun metode aural atau oral approach (tazkiyah, sam'iyah, syafawiyah) yang diterapkan di madrasah.

Selain itu, metode pembelajaran agar peserta didik memahami suatu kitab yang biasa digunakan lembaga pesantren adalah sebagai berikut: a. Metode Sorogan

Pada pengajaran menggunakan sistem/metode sorogan, santri satu per satu secara bergiliran menghadap kyai maupun dengan membawa kitab tertentu. Kyai/ustadz membacakan beberapa baris dari kitab itu dan maknanya, kemudian santri mengulangi bacaan kyai/ustadznya. Biasanya sistem sorogan dilakukan oleh santri yang masih junior dan terbatas pada kitab–kitab yang kecil saja.33

Sistem/metode sorogan dalam pengajian kitab kuning merupakan bagian paling sulit dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional sebab sistem ini menuntut kesabaran, keinginan, ketaatan, dan disiplin

32

Hidayat HD, Metode Mengajar Bahasa Arab Di MTs, (Jakarata: Pembina Guru MTs, Bid Studi Bahasa Arab, 1993), cet. Ke-1, h. 2.

33

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Islam, ( Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1996), cet. Ke-8, h. 336.


(46)

34

pribadi dari santri. Sistem sorogan terbukti sangat efektif bagi seorang santri yang bercita-cita menjadi seorang alim. Sistem ini memungkinkan, seorang kyai mengawasi, menilai, membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri dalam menguasai bahasa Arab.34

Sistem/metode sorogan yang ada di pesantren tetap di pertahankan karena banyak faedah yang mendorong para santri untuk lebih giat dalam mengkaji dan memahami kitab- kitab wajib.

Sistem sorogan mempunyai faedah diantaranya :

1) Santri lebih mudah berdialog secara langsung dengan kyai atau ustadz.

2) Santri lebih cepat dan matang dalam mengkaji kitab-kitab kuning. 3) Santri lebih memahami dan mengenang kitab yang dipelajari dan

bersikap aktif.

b. Metode weton/bandongan

Adapun system/metode bandongan adalah pengajaran kitab kuning secara klasikal. Semua santri menghadap Kyai/ustadz bersamaan. Kyai/ustadz membacakan isi kitab itu dengan makna dan penjelasan secukupnya. Sementara para santri mendengar dan mencatat penjelasan Kyai/ustadz di pinggir halaman kitabnya.35

Dalam sistem/metode bandongan seorang murid tidak harus menunjukkan bahwa ia telah mengerti pelajaran yang sedang di hadapi. Para kyai biasanya membaca dan menerjemahkan kalimat-kalimat secara

34

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1982), Cet. Ke-1. h. 28.

35


(47)

35

cepat dan tidak menerjemahkan kata-kata yang mudah. Sistem

bandongan, kerena dimaksudkan untuk santri-santri tingkat menengah dan tinggi hanya efektif bagi murid-murid yang telah mengikuti sistem

sorongan secara intensif.36

Dalam pengajaran kitab kuning, sistem bandongan yang diterapakan di pesantren pada umumnya, meliputi :

1) Sistem klasikal yang ditentukan oleh kyai 2) Sistem Madrasah

3) Sistem mudzakaroh 4) Sistem halaqoh.

Dari penjelasan berbagai macam metode yang digunakan atau diterapkan dalam menyampaikan suatu materi, pada penyampaian materi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ini juga tidak jauh beda, yakni dengan menggunakan metode sorogan dan metode bandongan. Dari metode penyampaian atau metode pembelajaran seperti itu, biasanya peserta didik akan cepat dan lebih mudah memahami isi dari materi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ini.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa

At Taqrib

Menurut Uzer Usman dan Lilis Setiawati, mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman (hasil belajar) siswa meliputi :37

36

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren., h. 30. 37

Moch Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993), h. 10.


(48)

36

Pertama, faktor yang berasal dari diri sendiri (internal factor), yang meliputi :

a. Faktor Jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang dimaksud faktor ini adalah panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangannya tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.

b. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri atas :

a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta kecakapan nyata.

b) Faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

Kedua, faktor yang berasal dari luar diri (eksternal factor). Termasuk dalam faktor-faktor eksternal ini adalah :

a. Faktor sosial meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.

b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas sarana dan prasarana serta fasilitas belajar, dan


(49)

37

d. Faktor lingkungan spritual atau keagamaan.

Sedangkan secara umum menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar atau pemahaman siswa, dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani (aspek fisiologis) dan rohani siswa (aspek psikologis).

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, yang meliputi lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.38

Menurut Suryabrata (1989:250) yang dikutip oleh Heri Gunawan, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar (pemahaman), harus di desain sedemikian rupa, sehingga dapat membantu proses pembelajaran belajar mengajar secara maksimal. Tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang telah ditentukan, seperti ditempat yang tidak terlalu bising, ramai, bangunannya juga harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.

Selanjutnya faktor metode belajar juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pemahaman atau keberhasilan belajar. Apabila anak memiliki kebiasaan belajar yang baik, maka ia akan mampu mempelajari dan memahami setiap materi yang diajari guru di sekolah. Oleh

38

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja


(50)

38

karena itu, cara belajar memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan anak dalam belajar. Dengan demikian, tinggi rendahnya kemampuan memahami dan prestasi anak dalam belajar banyak dipengaruhi oleh metode atau cara belajar yang digunakan. Adapun yang termasuk dalam faktor-faktor metode belajar antara lain adalah :

a. Kegiatan berlatih atau praktek. Berlatih dapat diberikan secara maraton (nonstop) atau secara terdistribusi (dengan selingan waktu istirahat). Latihan yang dilakukan secara maraton dapat melelahkan dan membosankan, sedang latihan yang terdistribusi menjamin terpeliharanya stamina kegairahan dalam belajar.

b. Over learning and drill. Untuk kegiatan yang bersifat abstrak seperti menghafal atau mengingat, maka over learning sangat diperlukan. Over learning berlaku bagi latihan keterampilan motorik, dan drill berlaku bagi kegiatan berlatih abstraksi misalnya berhitung. Mekanisme drill tidak berbeda dengan over learning.

c. Resitasi selama belajar. Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca. Resitasi lebih cocok diterapkan pada belajar mengajar membaca dan hafalan. d. Pengenalan tentang hasil-hasil belajar. Penelitian menunjukkan, bahwa

pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, seseorang akan lebih berusaha meningkatkan belajar selanjutnya.


(51)

39

e. Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian. Belajar dengan keseluruhan merupakan cara belajar yang dimulai dari umum ke khusus atau mulai dari keseluruhan ke bagian-bagian. Menurut beberapa penelitian, perbedaan evektifitas antara belajar dengan keseluruhan dengan bagian-bagian adalah belum ditemukan secara nyata. Namun demikian, apabila kedua prosedur itu dipakai secara simultan, ternyata belajar mulai dari keseluruhan ke bagian-bagian adalah lebih menguntungkan dari pada belajar mulai dari bagian-bagian. Hal ini dapat dimaklumi, karena belajar dengan mulai dari keseluruhan individu dapat menemukan set atau cara yang tepat untuk belajar. Disamping itu, anak dibiasakan untuk mencari dan menganalisa materi secara keseluruhan. Kelemahan metode keseluruhan adalah membutuhkan banyak waktu dan pemikiran sebelum belajar yang sesungguhnya sedang berlangsung. f. Bimbingan dalam belajar. Bimbingan yang diberikan terlalu banyak

kepada anak baik oleh guru atau orang lain cenderung membuat anak menjadi ketergantungan. Bimbingan dapat diberikan batas-batas yang diperlukan oleh individu. Hal yang penting yaitu perlunya pemberian modal kecakapan pada individu, sehingga yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan dengan sedikit saja bantuan dari pihak lain.


(52)

40

g. Kondisi-kondisi insentif. Insentif adalah obyek atau situasi eksternal yang dapat memenuhi motif individu. Insentif bukan tujuan melainkan alat untuk mencapai tujuan.39

Seperti itulah, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peserta didik dalam memahami kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib. Dan dari penjelasan diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi peserta didik dalam memahami isi materi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib,

yakni beberapa diantaranya dari faktor internal maupun eksternal.

Faktor internal yakni sejauh mana peserta didik ingin mengetahui dan memahami isi materi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib yang kemudian akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya peserta didik ingin sekali memperbaiki ibadahnya, sehingga semangat untuk belajar dan memahami isi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ini sangat menggebu-gebu, hal ini memudahkan peserta didik untuk memahami materi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.

Selain itu, faktor lingkungan atau faktor eksternal juga sangat mempengaruhi kepribadian seorang peserta didik dalam meningkatkan semangat belajar pada umumnya, khususnya semangat belajar untuk memahami materi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib ini. Ketika seorang peserta didik salah bergaul, dan lingkungannya kurang mendukung (misalnya tinggal atau berada di lingkungan yang mayoritas tidak

39

Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 160-161.


(53)

41

mengenyam bangku pendidikan), sudah dipastikan semangat mereka akan berkurang, malah tidak ada sama sekali.

5. Indikator Pemahaman Kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib

Sesuai dengan tulisan Nana Sudjana, yang menjelaskan bahwa pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar pengetahuan. Menurut Nana Sudjana, pemahaman ini dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu :40

a. Tingkat terendah yaitu pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti sebenarnya, mengartikan prinsip-prinsip. b. Tingkat menengah yaitu pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni

menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok.

c. Tingkat tinggi yaitu pemahaman ekstrapolasi. Memiliki tingkat pemahaman ekstrapolasi berarti seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan, konsekuensi, berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya.

Jauh sebelum teori-teori tentang pemahaman dari para ahli dikemukakan, islam sendiri telah memiliki dalil yang kuat tentang

40


(54)

42

pemahaman dalam kitab suci alqur’an yang terdapat dalam QS. At Taubah (9) : 122 yang berbunyi :





























































































Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.41

Ayat tersebut menjelaskan, bahwasannya Allah SWT memerintahkan makhluk NYA melalui al-qur’an yang mulia, agar mendalami (tafaqquh) agama, bukan sekedar mempelajarinya. Dalam hadits shahih disebutkan : Haddatsanaa Sa’id bin ‘Ufair ia berkata, haddatsanaa

Ibnu Wahhab dari Yunus dari Ibnu Syihaab ia berkata, Humaid bin Abdur Rokhman berkata, aku mendengar Muawiyah berkhutbah dan berkata: aku mendengar Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka akan dipahamkan agamanya. Aku hanyalah pembagi, sedangkan Allah yang memberi. Senantiasa umat ini tegak diatas perintah

41


(55)

43

Allah, tidak akan membahayakan orang-orang yang menyelisihi mereka,

sampai datang perintah Allah SWT.”42

Perbedaan orang dalam menerima ilmu diumpamakan dengam bermacam-macam bumi, diantaranya :43

a. Kelompok yang tertinggi adalah orang yang mendalami ilmu, memperoleh dan manfaat darinya, serta mengajarkannya. Kelomok ini seperti bagian tanah subur yang dapat menyerap air dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan serta rumput yang banyak.

b. Kelompok yang kedua adalah orang yang mempunyai hati yang suka menghafal, bukan pemahaman yang tajam, bukan ula kecerdikan akal yang dapat menyimpulkan makna-makna dan hukum-hukum. Mereka ini laksana tanah gersang yang dapat menahan curah hujan, lalu tanah itu digenangi air sehingga datanglah orang-orang yang membutuhkn air darinya. Orang semacam itu memang memberikan manfaat, namun akan lebih baik jika ia dapat memahaminya.

c. Adapun kelompok yang ppaling rendah adalah mereka yang tidak mempunyai pemahaman dan hafalan, juga tidak mempunya ilmu dan amal. Mereka laksana lembah berbatu yang tidak dapat menerima air dan tidak pula menahan/menampung air untuk kepentingan yang lainnya. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kelompok yang paling tinggi derajatnya adalah kelompok ahli pemahaman dan fikih berikutnya adalah

42

Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghazi, Fathul Qarib Mujib, (Surabaya: Hidayah, 1999), h. 2.

43


(56)

44

kelompok penghafal. Dari sini terlihat adanya keutamaan dirayah

daripada riwayah (memprioritaskan pemahaman daripada menghafal). Memprioritaskan memahami daripada mengahafal bukan berarti menghafal sama sekali tidak memiliki nilai. Namun, menghafal adalah menimpan data-data serta pengetahuan-pengetahuan untuk kemudian dipergunakan. Menghafal bukanlah suatu yang dituju. Namun, mengahafal adalah alat untuk menuju hal yang kita tuju yakni memahami. Kesalahan umat islam dalam hal ini yakni memberikan porsi yang berlebih terhadap menghafal daripada memahami.44

Dari penjelasan indikator pemahaman secara umum dan pemahaman dari segi agama, dapat peneliti simpulkan beberapa indikator pemahaman kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib pada siswa MA Darul Hikmah Mojokerto, yakni sebagai berikut :

a. Siswa mampu menyebutkan jumlah bab yang ada pada kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.

b. Siswa mampu menyebutkan materi yang ada pada kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.

c. Siswa mampu menjelaskan setiap materi atau setiap bab yang ada pada kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.

d. Siswa mampu menyimpulkan keterangan yang ada pada kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.

44


(57)

45

e. Siswa mampu memberikan contoh sesuai dengan keterangan yang ada pada kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib.

f. Siswa mampu mengamalkan materi kitab Al-Ghayah Wa At Taqrib pada kehidupan sehari-hari.

C.Tinjauan Tentang Pengamalan Ibadah Shalat Siswa MA Darul Hikmah Mojokerto

1. Makna Pengamalan

Pengamalan berasal dari kata amal yang mendapat awalan “peng” dan akhiran “an”, yang berarti dilaksanakan, dikerjakan dan diaplikasikan. Sedangkan amal sendiri berasal dari bahasa Arab:

berarti mengamalkan, berbuat, bekerja. Amal menurut pandangan islam merupakan perbuatan baik yang mendatangkan pahala bagi yang mengerjakannya. Amal adalah terkait dengan tindak tanduk, perilaku yang menghubungkan manusia dengan tuhannya, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan hewan, dan manusia dengan lingkungannya.45

Amal sendiri terbagi menjadi 2 yakni amal baik dan amal buruk. Kedua amal ini memiliki sisi yang amat sangat berbeda. Jika amal baik yang dikerjakan, maka akan mengantarkan pelakunya untuk mendapat pahala dan masuk surga. Sebaliknya, jika seseorang melakukan amal buruk, sudah

45

Dari Artikel dalam Internet. Sugi Nugroho.2013, “Makalah Pendidikan Agama Islam”,

dilihat di


(1)

150

kitab Al Ghayah Wa Attaqrib terhadap pengamalan ibadah shalat siswa

MA Darul Hikmah Mojokerto diperoleh 0,3% yang dipengaruhi oleh indikator pemahaman, dan sisanya 99,7% dipengaruhi oleh faktor lain, seperti latar belakang siswa, keluarga, lingkungan, dan sebagainya.

B.Saran

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pembelajaran kitab Al Ghayah Wa Attaqrib di MA Darul

Hikmah sudah cukup baik. Dan peneliti berharap pelaksanaan pembelajaran kitab Al Ghayah Wa Attaqrib di MA Darul Hikmah tersebut terus

ditingkatkan agar hal tersebut bisa benar-benar membuat siswa paham, yang dari pemahaman kitab tersebut bermuara pada pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Peneliti berharap, para siswa lebih serius dalam mempelajari kitab Al

Ghayah Wa Attaqrib agar siswa memperoleh ilmu yang barokah, manfa’at

tidak sekedar menjadi kebutuhan dalam proses pembelajaran di MA Darul Hikmah Mojokerto namun menjadi keperluan dalam memperbaiki amal keagamaan sehari-hari.

3. Semua pihak yang berkompeten dan bertanggung jawab dalam masalah pendidikan. Peneliti berharap agar proses pembelajaran kitab Al Ghayah Wa


(2)

151

hari, karena tujuan utama dalam mencari ilmu adalah pengamalan dalam kehidupan sehari-harinya.


(3)

152

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazi, Syekh Muhammad bin Qasim. 1999. Fathul Qarib Mujib. Surabaya: Hidayah.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar. 2008. Fathul Barri (penjelasan kitab Shahih al-Bukhari). Terj. Amiruddin, Jilid XXIII. Jakarta: Pustaka Azzam.

Al Ashfihaniy, Abi Syuja’ Ahmad bin Al Husain bin Ahmad. 2010. Al-Ghayah

Wa At Taqrib. Surabaya: Al Hidayah.

Amar, Imron Abu. 1983. Fathul Qarib Jilid 2, Terj kitab Fathul Qarib Mujib . Kudus: Menara Kudus.

Amran YS. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan; Edisi Revisi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

As-suyuti, Jalaluddin. Al-Jāmi’u as-soghīr, Al Maktabah as-Syamilah. juz 10. Ash-Shidiqy, Hasby. 1976. Pedoman Shalat. Jakarta: Bulan Bintang.

Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia. Crepps, Robert W. 1994. Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan.

Yogyakarta: Kanisius.

Dahlan, Abdul Aziz. 1996. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve. Daradjat Zakiah. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Dari Artikel dalam Internet. Sugi Nugroho.2013, “Makalah Pendidikan Agama Islam”, dilihat di http://suginugroho27.blogspot.co.id/2013/12/makalah-pendidikan-agama-islam-amal.html. Diakses pada 22 November 2016, Pukul 23.31 WIB.

Dari Artikel dalam Internet. Teuku Alizar Usman. 2012, “Kitab Kuneng”, dilihat di http://kitab-kuneng.blogspot.co.id/2012/09/resensi-kitab-matan-al-taqrib.html. Diakses pada 28 November 2016.

Dari Artikel dalam Internet. Sugi Nugroho.2013, “Makalah Pendidikan Agama Islam”, dilihat di


(4)

153

pendidikan-agama-islam-amal.html. Diakses pada 8 Januari 2017, Pukul 18.48 WIB.

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Departemen Agama RI. 2007. Al-quran dan terjemahan. Bandung: Diponegoro. Dhofier, Zamakhsyari. 1994. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup

Kiyai. Jakarta: P3M.

Geertz, Clifford. 1989. Abangan Santri Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, terj. Aswab Mahasin. Jakarta: Pustaka Jaya.

Gunawan, Ary H. 1986. Kebijakan-kebijakan Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta. Gunawan, Heri. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Bandung: Alfabeta.

Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Reserch. Yogyakarta: Andi Offset.

Hajar, Ibnu. 1999. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam

Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

HD, Hidayat. 1993. Metode Mengajar Bahasa Arab Di MTs. Jakarata: Pembina Guru MTs, Bid Studi Bahasa Arab.

Ihsan, Fuad. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Jalaluddin. 1990. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Kalam Mulia.

Muhammad, Abu Thahir as-Silafy dan Ahmad bin. Mu`jam as-Safr: Maktabah Tijariyah.

Muhammad, Ali. 2000. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

M, Mahful. 2003. Meninggalkan Shalat? Batas Hukum dan Sanksinya. Surabaya : Pustaka Progresif. cet.IV.

M.B.A, Ridwan. 2007. Metode dan Teknik menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampua awal dalam Kegiatan

Pembelajaran. Jakarta: Delia press.


(5)

154

Nata, Abuddin. 2005. Metodologi Studi Islam. Yogyakarta: Gama Media.

Piaget, Jean dan Barbel Inhelder. 1969. The psychology of the Child, Helen Weaver, trans. New York: Basic Books.

Purwanto, Ngalim. 1997. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Qardhawi, Yusuf. 1995. Fikih Prioritas: Urutan Amal yang Terpenting dari yang

Penting. Jakarta: Gema Insani Press.

Qomar, Mujamil. 2006. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Ramayulis. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Agama sebuah pengatar. Bandung: Mizan. Rahman, Nazarudin. 2009. Manajemen Pembelajaran:Implementasi Konsep,

Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum.

Yogyakarta: Pustaka Felicha.

Rifa’i, Muhammad. 2011. Sejaran Pendidikan Nasional: Dari Masa Klasik

Hingga Modern. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Rifa’i, Moh. 1978. Mutiara Fiqih. Semarang: CV. Toha Putra.

Sadiman, Arif Sukadi. 1946. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

Siregar, Syofian. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Dilengkapi Perbandingan

Hitung Manual&SPSS. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Slameto. 2003. Belajar dan faktor - faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soemanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode

Kuantitatif dan Statistik Dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset Ed. II.

Soemanto, Wasty dan F.X. Soeyarno. 1983. Landasan Historis Pendidikan

Indonesia, (Surabaya: Usaha Nasional.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan


(6)

155

Suharto dan Tata Iryanto. 1989. Kamus Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: Penerbit Indah.

Sukardjo, M dan Ukim Komarudin. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan

Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

Sunarto, Achmad. 1991. Terjemahan Fat-hul Qorib Jilid 1. Surabaya: Al Hidayah.

Sundayana, Rostina. 2015. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 1987. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali.

Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencana, Cet. Ke-2. Thoifah, I’anatut. 2015. Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitatif.

Malang: Madani.

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Usman, Moch Uzer dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan

Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Wahyudin, Din, dkk. 2009. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Warsito, Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Winkel, W. S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT. Gramedia.

Yunus, Mahmud. 1990. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Mahmud Yunus Wa Dzurriyah.

Zein, Ibnu Aby. 2015. Fiqih Klasik: Terjemahan Fathul Mu’in. Liboyo: Lirboyo Pers.