Pola kerja shift Gangguan Tidur

294 Gangguan tidur pada dasarnya dipicu oleh banyak faktor, seperti: penyakit, kelelahan, lingkungan, stres psikologis, gaya hidup, motivasi, stimulan, Obat-obatan, diet dan nutrisi Saputra, 2012. Pada penelitian ini hampir semua faktor penyebab ini berpengaruh terhadap gangguan tidur yang dialami oleh responden, yaitu sebagai berikut:

a. Pola kerja shift

Pola kerja shift berkaitan dengan pembagian jadwal, pengaturan waktu libur, lama pergantian jadwal shift, jam kerja shift dan jam pulang kerja. Pada penelitian ini ditemukan bahwa jadwal shift dilakukan secara bergilir dengan pergantian jadwal shift terbanyak 2 hari 25,9 dan 3 hari 46,1. Hal ini juga didukung dengan pernyataan kepala ruang bahwa pergantian jadwal shift terjadi 2 dan 3 hari: Tn. A “Dalam sebulan shift malam bisa 6 malam, shift siang 3-4 hari, dan shift pagi tidak tentu. Setelah shift malam selama 2 hari lepas kemudian libur terus masuk pagi atau siang.” Ny. N “Shift pagi dan shift siang tidak tentu harinya sedangkan shift malam 2 malam.” Ny. R Shift siang 2 hari, shift malam 2 hari dan shift pagi biasanya 4 hari.” Tn.S :”Pedoman pembagian jadwal shift ada. Dulu tahun 1992, shift kerja untuk masing-masing shift berlangsung selama 1 minggu tapi ini terlalu capek, sehingga sekarang tidak dalam 1 minggu lagi tapi dalam 2-3 hari sudah terjadi pergantian shift. Pembagian jadwalnya berpatokan pada Jam Kerja menurut MENPAN 156 jambulan.” 295 Sehingga dalam seminggu perawat bisa bekerja 1 shift, 2 shift, dan 3 shift. Waktu libur yang diberikan setelah shift malam rata-rata adalah 1 hari 64,7, diikuti lama libur 2 hari 34,5. Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara dengan kepala ruang: Tn. A “Pengaturan libur yaitu setelah shift malam 2 hari diberikan kesempatan libur 1 hari.” Ny. S “Biasanya setiap minggu setiap perawat punya jatah libur 1 hari karena setelah shift malam libur sehari” Ny. R “ Pengaturan waktu libur, setelah shift malam 2 hari kemudian diberikan libur 2 hari begitu juga setelah selesai shift siang selama 2 hari kemudian diberikan waktu libur sehari.” Tn. S ”Habis dinas malam diberikan waktu istirahat di rumah 1 hari. Semua perawat harus mendapatkan libur yang merata.” Ny. N “Setelah shift malam diberikan libur 2 hari...” Sedangkan untuk panjang shift berbeda untuk setiap rumah sakit. Hal ini juga yang ditemukan peneliti pada hasil penelitian ada yang bekerja pada panjang shift pagi 7 jam; siang 7 jam; malam 10 jam, kemudian pagi 7 jam; siang 6 jam; malam 11 jam, dan pagi 10 jam; siang 14 jam. Yang mau dilihat di sini adalah bahwa pada shift pagi jam kerjanya cenderung sama yaitu 7 jam, shift siang jadwal shiftnya lebih pendek dan shift malamnya lebih panjang yaitu antara 10-11 jam. Menurut kepala ruang bahwa shift malam lebih panjang karena terbentur dengan operan jaga antar perawat: Tn. G ”Shift malam lebih panjang karena terbentur juga dengan operan jaga anta r perawat. ” 296 Hal inilah yang membuat banyak responden pulang kerja terbanyak di atas jam 07.30 yaitu sekitar 92,2 dan hanya sekitar 7,8 yang pulang tepat pada jam 07.00. Oleh karena jadwal shift yang dilakukan secara bergilir dengan lama libur yang hanya 1 hari juga pergantian dan jam kerja yang lebih panjang membuat banyak responden mengalami kelelahan dan kurang tidur. Menurut The International Classification Of Sleep Disorder 2001 bahwa gangguan tidur irama sirkadian terjadi karena orang yang secara tidak teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal tidur. Hasil penelitian menunjukan bahwa banyak responden yang memiliki pola tidur yang tidak teratur dan kualitas tidur yang buruk. Dari 232 responden ditemukan sebanyak 73,3 hanya tidur 1xhari dengan lama tidur rata-rata 5-6 jam dan 6-7 jam. Normalnya dalam sehari manusia tidur 2xhari dengan jumlah tidur per jam 7-8 jam untuk orang dewasa awal dan madya tengah. Responden penelitian ini rata-rata berada pada usia dewasa awal dan dewasa madya tengah Putra, 2011. Memang umumnya orang tidak lagi memperhatikan pada kuantitas tidur tetapi pada kualitas tidur. Seseorang bisa tidur 5-6 jam bila bisa mendapatkan tidur dengan nyenyak dan saat beraktivitas tidak ada masalah. Tetapi pada penelitian ini banyak responden memiliki kedalaman tidur yang tidak nyenyak. Dari 232 297 responden, terdapat sebanyak 64,7 tidur tidak nyenyak dan hanya 35,3 yang dapat tidur dengan nyenyak. Banyaknya responden yang tidak dapat tidur dengan nyenyak diduga dipengaruhi karena kondisi tubuh yang tidak nyaman saat memulai tidur, seperti: kaki terasa pegal dan kaku, pegal-pegal otot, badan terasa tidak nyaman, pusing, gelisah. Selain itu pada penelitian ini juga ditemukan bahwa responden memiliki siklus tidur fase NREM Non-Rapid Eye Movement tahap 1 sampai tahap 3 lebih panjang. Normalnya untuk mencapai tahap 1 sampai tahap 3 atau dari tahap tidur ringan 1-2 dan tahap tidur awal tidur dalam adalah 30 menit Saputra, 2012. Tetapi pada penelitian ini temukan bahwa banyak responden baru dapat tertidur setelah 30-60 menit bahkan sampai lebih dari 60 menit. Hal ini diduga bisa membuat fase REM Rapid Eye Movement lebih pendek. Akibatnya kebutuhan tidur tidak tercukupi. Sehingga saat beraktivitas banyak responden merasa mudah letih, mudah marah, ansietascemas, sulit berkonsentrasi, nyeri pada otot, mengantuk, malas, dan mual-muntah. Kesulitan tidur pada responden juga dibuktikan dengan banyaknya responden yang tidur menggunakan bantuan usaha untuk dapat tidur, seperti: membaca buku, nonton TV, minum susu, makan, dengar musik, pijat badan, dan minum obat tidur. Menurut Lai 2001 dalam Wavy 2008 bahwa kualitas tidur yang baik 298 adalah bagaimana seseorang mempunyai kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. Hal yang sama juga terjadi pada perawat pensiun. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pola kerja shift perawat pensiun hampir sama dengan perawat pelaksana. Hanya bedanya pada pergantian jadwal shift pada responden pensiun ada yang terjadi 1 minggu. Semasa kerja juga responden pensiun memiliki pola tidur 1xhari dengan lama tidur terbanyak 5-6 jam. Dan kedalaman tidur pun terbanyak tidak nyenyak yaitu dari 30 responden, terdapat 21 responden 70 memiliki tidur tidak nyenyak dan hanya 9 responden 30 yang dapat tidur dengan nyenyak. Setelah pensiun pun responden memiliki pola tidur tidak banyak berubah. Responden masih banyak yang tidur 1xhari, sedangkan yang berubah hanya pada jumlah tidur per jam yaitu menjadi 6-7 jam. Sehingga bisa dikatakan bahwa gangguan tidur yang dialami oleh perawat pensiun dipengaruhi pola kerja shift semasa kerja.

b. Aktivitas setelah Shift Malam