Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gangguan Tidur pada Perawat Pekerja Shift T1 462007045 BAB IV

(1)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tiga Rumah Sakit yang ada di Jawa Tengah, yang mana dua Rumah Sakit terletak di Salatiga dan satu Rumah Sakit terletak di Semarang. Dua Rumah Sakit yang terletak di Salatiga adalah: RS DKT Dr. Asmir dan RS Paru dr. Ario Wirawan, sedangkan yang di Semarang adalah RS Panti Wilasa Citarum.

RS DKT Dr. Asmir Salatiga dan RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga dulunya adalah RS khusus. RS DKT Dr. Asmir khusus menyelenggarakan pelayanan kepada Prajurit, PNS TNI dan keluarganya, sedangkan RS Paru dr. Ario Wirawan, khusus melayani pasien asma dan penyakit paru Obstruktif. Akan tetapi, pada saat ini, kedua RS ini tidak hanya melayani pasien khusus tapi juga sudah membuka pelayanan untuk pasien umum. Dan untuk RS Panti Wilasa Citarum melayani pasien umum dengan kondisi dan keluhan kesehatan yang berbeda-beda.

RS DKT Dr. Asmir Salatiga memiliki sedikit perbedaan dalam sistem shift dengan kedua RS lainnya. Sistem Shift di RS DKT Dr. Asmir Salatiga menerapkan sistem shift rotasi dengan panjang shift


(2)

44 yang berbeda. Pada bangsal Utama dan bangsal Dahlia memiliki panjang shift pagi: 7 jam; Siang: 7 jam; Malam: 10 jam, sedangkan 2 ruang lainnya yaitu ruang Operasi dan IGD memiliki panjang shift Pagi: 10 jam; dan Malam: 14 jam. Hal ini karena adanya keterbatasan tenaga sehingga solusinya adalah menerapkan waktu kerja yang lebih panjang pada kedua unit ini, dan pertimbangan lainnya adalah kedua unit ini memiliki pasien situasional artinya kadang ada yang datang berobat dan kadang tidak ada, beda halnya dengan bangsal yang setiap saat ada pasien. Sedangkan untuk 2 RS Lainnya memiliki sistem dan panjang shift yang sama pada semua bangsal yang ada di RS.

Tenaga kesehatan yang tersedia di ketiga RS ini cukup lengkap sehingga segala kebutuhan pasien dapat terproses dengan baik. Tidak hanya tenaga kesehatan yang cukup lengkap, ketiga RS ini juga menyediakan fasilitas kesehatan yang cukup memadai untuk keperluan kesehatan pasien diantaranya ada farmasi, laboratorium, radiologi, fisioterapi dan masih banyak lagi. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran (Tabel 2.286; Hal. 427-428).

2. Gambaran Umum Responden a. Karakteristik Kepala Ruang

Dari 22 kepala ruang yang menjadi responden dalam penelitian kualitatif, terdapat 5 orang berpendidikan S1 Keperawatan, dan 17


(3)

45 orang berpendidikan D3 Keperawatan. Masa kerja kepala bangsal senior 30 tahun dan kepala bangsal junior 13 tahun. Usia kepala bangsal tertua 52 tahun dan usia kepala bangsal paling muda 38 tahun.

b. Karakteristik Perawat Aktif 1) Usia

Tabel 2.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persen (%)

15-20 1 0,4

21-30 87 37,5

31-40 126 54,3

41-50 18 7,8

Total 232 100

Tabel 2.1. diketahui bahwa responden terbanyak adalah kelompok usia 31-40 tahun (54,3%) kemudian diikuti oleh kelompok usia 21-30 tahun (37,5%). Sedangkan responden yang paling sedikit adalah kelompok usia 15-20 tahun (0,4%) dan kelompok usia 41-50 tahun (7,8%). Rata-rata usia responden 31, 34 tahun.

2) Jenis Kelamin

Tabel 2.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)

Laki-laki 66 28,4

Perempuan 166 71,6


(4)

46 Tabel 2.2. menunjukan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan (71,6%) dan sisanya adalah laki-laki (28,4%).

3) Suku

Tabel 2.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku

Suku Frekuensi Persen (%)

Jawa 228 98,3

Batak 1 0,4

Minang 1 0,4

Dayak 1 0,4

Toraja 1 0,4

Total 232 100

Tabel 2.3. menunjukan bahwa sebagian besar responden berasal dari suku jawa (98,3%) dan sisanya berasal dari Batak, Minang, Dayak dan Toraja sebesar (1,6%).

4) Status Pernikahan

Tabel 2.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan Frekuensi Persen (%)

Belum Menikah 35 15,1

Menikah 196 84,5

Janda 1 0,4

Duda 0 0

Total 232 100

Tabel 2.4 diketahui bahwa sebagian besar responden telah menikah sebanyak (84,5%). Sedangkan sisanya belum menikah (15,1%) dan sudah janda (0,4%).


(5)

47 5) Pendidikan Keperawatan

Responden terbanyak memiliki pendidikan DIII keperawatan sebesar (73,7%). Sedangkan untuk pendidikan S1 Keperawatan sebanyak (9,9%), hampir seimbang dengan pendidikan SPK (6,5%). Sedangkan sisanya mengikuti pendidikan profesi Ners dan ada juga yang melanjutkan studi dari SPK ke Diploma dan Sarjana, serta dari Diploma ke sarjana dan profesi ners (Lih.Lampiran: Tabel 2.288; Hal. 428).

6) Pelatihan Keperawatan

Sebagian besar responden pernah mengikuti pelatihan keperawatan sebanyak 59,9% (139 responden). Dan presentase terbanyak menunjukan responden mengikuti pelatihan PPGD (Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat) sebanyak (50,4%) (Lih. Lampiran: Tabel 2.290; Hal. 429).

7) Masa Kerja Di Rumah Sakit

Tabel 2.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja di Rumah Sakit

Masa Kerja Di Rumah Sakit Frekuensi Persen (%)

0-5 tahun 75 32,3

6-10 tahun 66 28,4

11-15 tahun 53 22,8

16-20 tahun 26 11,2

>20 tahun 12 5,2


(6)

48 Tabel 2.5. menunjukan bahwa sebagian besar responden berada pada masa kerja 0-5 tahun (32,3%), kemudian masa kerja 6-10 tahun (28,4%), disusul masa kerja 11-15 tahun (22,8%), dan sisanya pada masa kerja 16-20 tahun dan >20 tahun sebesar (16,4%).

8) Unit/Bangsal Kerja

Tabel 2.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Unit/Bangsal Kerja

Unit/Bangsal Kerja Frekuensi Persen (%)

IGD 26 11,2

ICU 32 13,8

HCU 12 5,2

Operasi 21 9,1

Perinatologi 10 4,3

Obstetri 11 4,7

Anak 31 13,4

Medikal bedah 14 6,0

Penyakit dalam 14 6,0

Perawatan umum 51 22,0

Poliklinik 10 4,3

Total 232 100

Berdasarkan Tabel 2.6. diketahui bahwa jumlah responden terbanyak ada di unit/bangsal perawatan umum, ICU, Anak, IGD, dan ruang Operasi sebanyak (69,5%). Sedangkan jumlah responden yang paling sedikit ada di HCU, Perinatologi, Obstetri, Medikal Bedah, Penyakit Dalam, dan unit Poliklinik sebesar (30,5%).


(7)

49 9) Masa Kerja di Unit/Bangsal Kerja

Tabel 2.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja di Unit/Bangsal

Masa Kerja Di Unit Kerja Frekuensi Persen (%)

<1 tahun 34 14,7

1-2 tahun 51 22,0

3-4 tahun 38 16,4

>5 tahun 109 47,0

Total 232 100

Tabel 2.7. menunjukan bahwa sebagian besar responden berada pada masa kerja >5 tahun (47,0%), sedangkan yang terkecil adalah masa kerja <1 tahun (14,7%). Sisanya sudah bekerja di unit/bangsal selama 1 sampai 4 tahun sebesar (38,4%).

10) Jadwal Shift

Tabel 2.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jadwal Shift

Jadwal Shift Frekuensi Persen (%)

Pagi 88 37,9

Siang 45 19,4

Malam 30 12,9

Pagi & Siang 6 2,6

Pagi & Malam 11 4,7

Siang & Malam 7 3,0

Pagi, Siang & Malam 45 19,4

Total 232 100

Berdasakan Tabel 2.8. diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja pada jadwal shift pagi (37,9%), sedangkan yang


(8)

50 paling sedikit bekerja pada jadwal 2 shift (siang-malam) sebanyak (3,0%).

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan menyatakan bahwa shift kerja dibagi dalam 3 shift, yaitu: pagi, siang dan malam. Pembagian jadwal shift di setiap ruangan/bangsal berbeda-beda karena tergantung pada jumlah perawat, lama kerja, dan juga tergantung pada kekhususan ruangan dalam menangani pasien, hal ini berkaitan dengan ketrampilan dan kemampuan perawat dalam menangani pasien. Setiap shift harus ada kepala tim yang mengkoordinasi jalannya shift di ruangan dan juga sebagai pengambilan keputusan bila kepala ruangan tidak ada. Oleh karenanya lama masing-masing shift (pagi-siang-malam) berbeda-beda disetiap ruangan. Hasil wawancara sebagai berikut:

Ny. U: “Membuat jadwal harus memperhatikan ada berapa banyak perawat senior, perawat yang sudah mengikuti pelatihan PPGD karena pada setiap shift 2 kriteria ini harus ada. Jadi perawat seniornya 2 orang dan perawat junior 1 orang. Selain itu melihat pada kapasitas tempat tidur karena perbandingannya 1:3 yang artinya 1 orang perawat menangani 3 pasien. Shiftnya dibagi dalam 3 shift yaitu pagi, siang dan malam. shift pagi dan siang tidak tentu sedangkan shift

malam 2 hari”

Ny. I: “Shift dibagi dalam 3 shift (pagi, siang dan malam). Jumlah perawat perinatologi ada 6 orang (1 kepala ruang dan 5 orang perawat pelaksana) ditambah dengan 1 pembantu perawat, maka shift pagi 3 orang,

shift siang 2 orang dan shift malam 1 orang”

Ny. R: “Membagi jadwal dalam 3 shift yaitu shift pagi, shift siang dan shift malam. Setiap shift harus ada yang mengepalai biasa disebut penanggug jawab tim. Shift pagi biasanya ditangani langsung oleh kepala ruang dan wakil kepala ruang sedangkan shift siang dan malam dikoordinir oleh kepala tim. Kepala ruang dan wakil kepala ruang tidak mengikuti shift. Shift siang 2


(9)

51

hari, shift malam 2 hari dan shift pagi biasanya 4 hari.” Tn. S: “Jumlah total perawat di ruang ini ada 13 orang yang

terdiri 1 orang kepala ruang, 1 orang wakil kepala ruang dan 11 orang perawat pelaksana. Kepala ruang dan wakil kepala ruang tidak ikut shift dan hanya berdinas di pagi hari, sedangkan perawat pelaksana diwajibkan mengikuti shift. Pembagian shiftnya dalam 3 shift yaitu shift pagi, siang dan malam. Pembagian jadwalnya dalam hitungan bulan jadi untuk setiap perawat fungsional dalam 1 bulan mengikuti shift pagi sebanyak 9 kali, shift siang sebanyak 6 kali dan shift

malam sebanyak 6 kali.”

Ny. N: “Membagi jadwal shift ada rumusnya tersendiri. Dari perhitungan rumus ini didapatkan bahwa seharusnya jumlah tenaga di IGD adalah 17 orang tapi untuk saat ini tenaga yang di ada di IGD hanya 12 orang. Dari 12 orang ini saya bagi menjadi: shift pagi 4 perawat, shift siang 4 perawat, dan shift malam 2 orang. 12 orang itu termasuk kepala ruang. Shift pagi dan shift siang tidak

tentu harinya sedangkan shift malam 2 malam.”

Ny. S: ”Membagi shift dalam 3 shift yaitu shift pagi, siang, dan malam. dalam sebulan shift pagi tidak tentu, shift siang tidak tentu dan shift malam 3 malam. Setelah shift malam akan diberikan libur 1 hari. Di kamar OK ada 14 perawat yang terbagi menjadi 1 kepala ruang dan 13 perawat pelaksana. Kepala ruang masuk pagi saja sedangkan perawat pelaksana dinas 3 shift (pagi, siang dan malam). 13 perawat pelaksana ini akan dibagi dalam 3 tim yaitu tim asisten, tim instrumen dan tim sirkuler. Setiap shift harus ada ketiga tim ini.”

11) Pergantian Jadwal Shift

Tabel 2.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pergantian Jadwal Shift

Pergantian Jadwal Shift Frekuensi Persen (%)

1 hari 15 6,5

2 hari 60 25,9

3 hari 107 46,1

>3 hari 18 7,8

Tidak tentu 32 13,8


(10)

52 Tabel 2.9. diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab pergantian jadwal shift terjadi selama 3 hari (46,1%), selanjutnya diikuti dengan responden yang menjawab 2 hari sebanyak (25,9%). Sedangkan lainnya menjawab 1 hari, 3 hari, >3 hari dan tidak tentu sebanyak (28,1%).

Hasil wawancara dengan kepala ruangan mengatakan bahwa pergantian jadwal shift dalam sebulan bisa terjadi 3-4 kali, tapi juga bisa terjadi 2 hari. Hasil wawancara sebagai berikut:

Tn. A “Dalam sebulan shift malam bisa 6 malam, shift siang 3-4 hari, dan shift pagi tidak tentu. Setelah shift malam selama 2 hari lepas kemudian libur terus

masuk pagi atau siang.”

Ny. N “Shift pagi dan shift siang tidak tentu harinya

sedangkan shift malam 2 malam.”

Ny. Y Shift pagi 4-5 kali, shift siang minimal 4-5 kali dan

shift malam 3 kali.”

Ny. R Shift siang 2 hari, shift malam 2 hari dan shift pagi

biasanya 4 hari.”

Tn. S Pembagian jadwalnya dalam hitungan bulan jadi

untuk setiap perawat fungsional dalam 1 bulan mengikuti shift pagi sebanyak 9 kali, shift siang

sebanyak 6 kali dan shift malam sebanyak 6 kali. ”

Tn.S :”Pedoman pembagian jadwal shift ada. Dulu tahun 1992, shift kerja untuk masing-masing shift berlangsung selama 1 minggu tapi ini terlalu capek, sehingga sekarang tidak dalam 1 minggu lagi tapi dalam 2-3 hari sudah terjadi pergantian shift. Pembagian jadwalnya berpatokan pada Jam Kerja

menurut MENPAN 156 jam/bulan.”

12) Jadwal Shift Yang Paling Banyak Dijalani

Tabel 2.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jadwal Shift yang Paling Banyak Dijalani

Jadwal Shift yang Paling

Banyak Dijalani Frekuensi Persen (%)

Pagi 123 53,0


(11)

53

Malam 23 9,9

Pagi & Siang 3 1,3

Pagi & Malam 1 0,4

Siang & Malam 4 1,7

Pagi, Siang & Malam 3 1,3

Total 232 100

Tabel 2.10. menunjukan kebanyakan responden menjalani shift pagi (53,0%) dan shift siang (32,3%), sedangkan untuk jadwal yang paling sedikit adalah shift pagi-malam (0,4%). Sisanya adalah shift malam, pagi-siang, siang-malam, dan shift pagi-siang-malam.

13) Lama Libur Setelah Shift Malam

Tabel 2.11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Libur Setelah Shift Malam

Lama Libur Setelah Shift Malam Frekuensi Persen (%)

1 hari 150 64,7

2 hari 80 34,5

3 hari 2 0,9

Total 232 100

Berdasarkan Tabel 2.11. diketahui bahwa lama libur setelah shift malam rata-rata adalah 1 hari (64,7%), disusul lama libur 2 hari sebanyak (34,5%), dan sisanya 3 hari sebanyak (0,9%).

Hasil di atas juga didukung oleh pernyataan kepala ruangan bahwa setelah shift malam diberikan libur 1 hari dan 2 hari. Tetapi ada juga yang setelah shift siang diberikan libur 2 hari. Hasil wawancara sebagai berikut:

Tn. A “Pengaturan libur yaitu setelah shift malam 2 hari


(12)

54

Ny. S “Biasanya setiap minggu setiap perawat punya jatah

libur 1 hari karena setelah shift malam libur sehari”

Ny. R Pengaturan waktu libur, setelah shift malam 2 hari kemudian diberikan libur 2 hari begitu juga setelah selesai shift siang selama 2 hari kemudian diberikan

waktu libur sehari.”

Tn. S ”Habis dinas malam diberikan waktu istirahat di rumah 1 hari. Semua perawat harus mendapatkan

libur yang merata.”

Ny. N “Setelah shift malam diberikan libur 2 hari....”

14) Panjang Shift

Tabel 2.12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Panjang Shift

Waktu kerja per shift Frekuensi Persen (%)

P: 7 jam; S: 7 jam; M: 10 jam 137 59,1

P: 7 jam; S: 6 jam; M: 11 jam 81 34,9

P: 10 jam; M:14 jam 14 6,0

Total 232 100

Keterangan:P = Pagi;S = Siang; M = Malam

Tabel 2.12. Menunjukan bahwa panjang shift terbanyak adalah panjang shift P: 7 jam; S: 7 jam; M: 10 Jam (59,1%), disusul panjang shift P: 7 jam; S: 6 jam: M: 11 Jam (34,9%), sedangkan yang paling sedikit adalah panjang shift P: 10 jam dan M: 14 jam sebanyak (6,0%).

Hasil tersebut di atas juga didukung dengan hasil wawancara terhadap kepala ruangan di setiap RS. Berikut hasil wawancara dengan kepala ruang:

RS Dr.

Asmir Salaiga

Karu I: “Ruangan utama dan ruang dahlia menggunakan tiga shift yaitu pagi, siang dan malam, sedangkan untuk ruang operasi dan IGD menggunakan dua shift yaitu pagi dan malam. Waktu shift di rumah sakit ini yaitu shift pagi dari jam 07.00-14.00, shift siang: 14.00-21.00, dan shift malam 21.00-07.00.”


(13)

55

Karu II: ”Masing-masing 8 jam, shift pagi 07.00-14.00, shift siang: 14.00-21.00 dan shift malam 21.00-07.00. Tapi kadang shift malam lebih panjang karena terbentur juga dengan

operan jaga antar perawat.”

Karu III:”Hanya 2 shift jadi pagi dari jam 07.00 -17.00 dan shift malam dari jam -17.00-07.00. ”

Karu IV:”Ruang OK berbeda dengan ruangan

lain kami menjalani 2 shift pagi dan malam. Pagi dari jam 07.00-17.00 dan malam 17.00-07.00.

RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga

Karu I: ”Panjang shift sekitar 8 jam per shift.

Shift pagi dari jam 07.00-14.00, shift siang dari jam 14.00-20.00 dan shift malam dari jam 20.00-07.00.”

Karu II:Shift pagi dari jam 07.00-14.00, shift siang dari jam 14.00-20.00 dan shift malam dari jam 20.00-07.00.”

RS Panti Wilasa Ciratarum Salatiga

Karu I: “Panjang shift sekitar 8 jam per shift. Shift pagi dari jam 07.00-14.00, shift siang dari jam 14.00-21.00 dan shift malam dari jam 21.00-07.00.”

Karu II: “Shift pagi dari jam 07.00-14.00, shift siang dari jam 14.00-21.00 dan shift malam dari jam 21.00-07.00.”

Karu III:”Panjang shift sekitar 8 jam per shift.

Shift pagi dari jam 07.00-14.00, shift siang dari jam 14.00-21.00 dan shift malam dari jam 21.00-07.00. Shift malam kelebihan 3 jam dan kelebihan jam itu akan dihitung dalam jatah

lembur.”

15) Perilaku Tidur Responden Sebelum Shift Malam

Sebagian besar responden sebelum dinas malam menyempatkan waktu untuk tidur siang sebanyak (88,4%), dan sisanya tidak tidur siang (11,6%). Rata-rata responden tidur siang selama 1 jam sampai 2 jam. Dan dengan tidur siang banyak responden tidak merasa mengatuk sebanyak (62,4%), hanya 77 responden (37,6%) menjawab mengantuk saat shift malam (Lih. Lampiran: Tabel 2.294;Hal.431).


(14)

56 16) Perilaku Tidur Responden Saat Shift Malam

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden merasa mengantuk (91,4%), dan hanya 20 responden (8,6%) yang tidak mengantuk. Responden mulai merasa mengantuk antara pukul 22.00 sampai pukul >01.00, dan yang paling banyak pada pukul 24.00 sebanyak (42,5%). Sebagian besar responden langsung tidur begitu merasa mengantuk (58%), sedangkan yang tidak langsung tidur sebanyak (42%) (Lih. Lampiran:Tabel 2.296; Hal. 432).

Lama tidur responden rata-rata adalah 30 menit (47,2%), sedangkan sisanya <15 menit (24,5%), 1 jam (25,9%), dan >1 jam (2,4%). Ketika ditanyakan apakah Rumah Sakit memperbolehkan tidur saat bekerja, sebanyak (63,7%) menjawab tidak boleh dan hanya (36,3%) yang menjawab boleh tidur saat bekerja. Responden yang tetap terjaga sampai pagi hanya (45,8%), sedangkan sisanya tertidur saat dinas malam. Selain itu ada sebagian besar responden berusaha untuk menghilangkan rasa kantuk (90,6%) dan usaha yang dilakukan kebanyakan adalah mengobrol dengan teman sekerja (36,3%), minum kopi (29,7%) dan mencari kesibukan (26,9%). Dan hampir sebagian besar responden saat mengantuk tidur di kursi (70,9%) (Lih. Lampiran: Tabel 2.296; Hal. 433-434).


(15)

57 17) Perilaku Tidur Setelah Shift Malam

Perilaku tidur setelah shift malam, membahas mengenai jam pulang kerja, aktivitas yang dilakukan setelah pulang kerja, jam tidur siang setelah shift malam, lama tidur siang dan kualitas tidur siang setelah shift malam.

Responden mulai pulang kerja setelah shift malam dari jam 07.00 sampai jam 08.30 lewat. Tidak hanya itu ada juga responden yang pulang kerja tergantung ruangan artinya baru bisa pulang apabila pekerjaan ruangan telah selesai (Lih. Lampiran: Tabel 2.298; Hal. 436).

Responden yang pulang kerja jam 07.30 sebanyak (44,4%), kemudian jam 08.00 sebesar (36,6%), dan sisanya pada jam 07.00, 08.30, >08.30 dan tergantung ruangan sebanyak (19%). Dari 232 responden, terdapat 201 responden (86,6%) tidak langsung tidur setelah pulang shift malam. Hal ini disebabkan karena responden harus menyelesaikan tugas dan tanggung jawab keluarga (Lih. Lampiran: Tabel 2.298; Hal. 436).

Tugas dan tanggung jawab keluarga yang harus diselesaikan sebagian besar adalah mengurus rumah dan masak (30,2%), membantu keperluan rumah tangga (29,7%) dan menjemput anak ke sekolah (19,8%). Dan 1 responden (0,4%) menjawab tidak bisa tidur setelah pulang shift malam. Pekerjaan rumah tangga membuat responden harus menunda jam tidur siangnya, sehingga rata-rata


(16)

58 responden baru bisa tidur setelah jam 09.00 sampai lebih dari jam 12.00 (Lih. Lampiran: Tabel 2.300; Hal. 436).

Responden terbanyak tidur siang jam 11.00 (26.3%), diikuti jam 10.00 (22,0%) dan jam 12.00 (24,6%). Sedangkan untuk jam 09.00 hanya (8,2%), sisanya di atas pukul 12.00 sebanyak (10,4%). Rata-rata responden tidur siang setelah shift malam 1-2 jam sebanyak (54,3%), lalu 3-4 jam (30,6%) dan kemudian lebih dari 5 jam sebanyak (9,5%). Sedangkan presentase terkecil terdapat pada responden yang tidur kurang dari 1 jam sebanyak (5,6%) (Lih. Lampiran: Tabel 2.301; Hal. 437).

Lama tidur siang di atas tidak lantas membuat responden dapat tidur dengan nyenyak karena dari 232 responden terdapat 132 responden (56,9%) yang menjawab tidak bisa tidur siang dengan nyenyak setelah shift malam dan hanya (43,1%) yang dapat tidur dengan nyenyak setelah shift malam. Penyebab responden tidak bisa tidur dengan nyenyak setelah shift malam karena kelelahan (34,1%), suhu lingkungan yang panas (15,9%) dan suara bising (15,2%). Dan lainnya karena cahaya yang terang, anak rewel, mengurus anak, mengurus keperluan rumah tangga dan pola tidur yang berubah (Lih. Lampiran: Tabel 2.302-2.303; Hal. 437-438).


(17)

59 18) Kualitas Tidur

a) Kualitas Tidur Secara Umum

Bagian ini memaparkan mengenai jumlah tidur per hari, lama tidur, waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur, dan perasaan yang dirasakan saat bangun tidur di pagi hari.

Hasil penelitian yang didapatkan menyebutkan bahwa dari 232 responden, terdapat sebanyak 170 responden (73,3%) tidur 1x/hari, dan hanya (26,7%) yang tidur 2x/hari (Lih. Lampiran: Tabel 2.308; Hal. 439). Sedangkan lama tidur responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.13. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Lama Tidur Di Malam Hari Lama beristirahat Tidur

Frekuensi Persen (%) di malam hari

<5 jam 48 20,7

5-6 jam 81 34,9

6-7 jam 72 31,0

>7 jam 31 13,4

Total 232 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki lama tidur 5-6 jam (34,9%), diikuti dengan lama tidur 6-7 jam sebanyak (31%). Sedangkan sisanya tidur <5 jam (20,7%) dan >7 jam (13,4%).

Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur sangat bervariasi, ada yang <15 menit sudah dapat tertidur tetapi ada pula responden


(18)

60 yang membutuhkan >60 menit untuk dapat tertidur. Data secara lengkap akan dibahas pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.14. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Waktu yang Dibutuhkan untuk Dapat

Tertidur di Malam Hari Waktu yang Butuhkan Untuk

Frekuensi Persen (%) Dapat Tertidur Di malam hari

>60 menit 62 26,7

30-60 menit 81 34,9

15-30 menit 53 22,8

<15 menit 36 15,5

Total 232 100

Berdasarkan Tabel 2.14. diketahui bahwa sebagian besar responden baru bisa tertidur pada 30-60 menit (34,9%), diikuti >60 menit sebanyak (26,7%). Sedangkan lainnya bisa tertidur pada 15-30 menit dan >15 menit.

Penemuan lainnya adalah dari 232 responden, terdapat sebanyak (53,9%) merasa segar saat bangun tidur di pagi hari, sedangkan sisanya merasa tidak segar saat bangun tidur. Data selengkapnya ditampilkan pada tabel berikut ini:

Tabel 2.15. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Perasaan Saat Bangun Tidur Perasaan Setelah Bangun Tidur

Di Pagi Hari Frekuensi Persen (%)

Mengantuk 39 16,8

Lemas 45 19,4

Pusing 20 8,6

Badan tidak enak 1 0,4

Nyeri pada kaki 1 0,4

Mual (Morning Sickness) 1 0,4


(19)

61

Total 232 100

Hal lainnya yang juga ditemukan adalah dari 232 responden terdapat sebanyak (57,8%) merasa lemah/lelah saat beraktivitas di pagi hari. Perasaan lemah/lelah ini disebabkan karena tidur malam responden mengalami gangguan, selengkapnnya akan dipaparkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.16. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Perasaan Lemah/lelah saat Beraktivitas

Perasaan lemah/lelah saat

beraktivitas Frekuensi

Persen (%)

Ya 134 57,8

Tidak 98 42,2

Total 232 100

Kedalaman Tidur di Malam Hari

Sebentar-sebentar terbangun 25 18,7

Tidur dan kemudian terbangun 30 22,4

Tidur tetapi tidak nyenyak 45 33,6

Gelisah saat memulai tidur 14 10,4

Sangat nyenyak 20 14,9

Total 134 100

Perasaan lemah/lelah yang dirasakan responden saat beraktivitas dikarenakan tidur tetapi tidak nyenyak (33,6%), tidur dan kemudian terbangun (22,4%), sebentar-sebentar terbangun (18,7%), dan gelisah saat memulai tidur (10,4%). Tidak hanya itu ternyata ada sebanyak 20 responden (14,9%) yang tidur malamnya sangat nyenyak tapi tetap merasa lemah/lelah saat beraktivitas.


(20)

62 b) Kualitas Tidur Setelah Shift Malam

Bagian ini akan memaparkan mengenai perasaan yang dirasakan setelah shift malam, kedalaman tidur setelah shift malam, dan perubahan jam tidur setelah shift malam.

Data yang didapatkan menyebutkan bahwa setelah shift malam responden mengeluhkan merasa mengantuk, lelah, pusing dan sakit kepala. Responden yang menjawab merasa mengantuk sebanyak (44,4%), diikuti dengan perasaan lelah (43,5%), dan sisanya menjawab merasa pusing dan sakit kepala sebanyak (12,1%). Dan berdasarkan hasil penelitian yang sudah dirangkum ditemukan bahwa sebagian besar responden setelah shift malam tidak bisa tidur dengan nyenyak yaitu sebanyak 138 responden (59,5%) dari jumlah total 232 responden, dan hanya (40,5%) yang bisa tidur dengan nyenyak (Lih. Lampiran: Tabel 2.310; Hal. 440).

Kualitas tidur responden juga diukur dengan melihat kedalaman tidur. Dan berdasarkan data yang telah diolah didapatkan bahwa sebagian besar responden dapat tidur dengan nyenyak setelah shift malam sebanyak (40,1%), sedangkan lainnya memiliki masalah saat tidur malam. Masalah-masalah tidur tersebut akan ditampilkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.17. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Kedalaman Tidur Setelah Shift Malam

Kedalaman Tidur Setelah Shift

Malam Frekuensi Persen(%)

Sebentar-sebentar terbangun 42 18,1


(21)

63

Tidur tetapi tidak nyenyak 58 25,0

Gelisah saat memulai tidur 13 5,6

Sangat nyenyak 93 40,1

Total 232 100

Hal lainnya juga yang dialami responden setelah shift malam adalah adanya perubahan jam tidur, ini dialami oleh 164 responden (70,7%) dari total 232 responden. Perubahan jam tidur yang dimaksud adalah perubahan saat tidur malam dan saat bangun tidur di pagi hari. Seperti pada jam 19.00 sebelum shift malam berjumlah 3 responden setelah shift malam berkurang menjadi 2 responden, selain itu pada jam 22.00 sebelum shift malam berjumlah 52 responden, setelah shift malam menjadi 44 responden. Hal yang sama juga terjadi saat bangun tidur, sebelum shift malam pada jam 04.00 berjumlah 42 responden, setelah shift malam menjadi 35 responden, selain itu pada jam 05.00, sebelum shift malam berjumlah 89 responden setelah shift malam menjadi 88 responden (Lih. Lampiran: Tabel 2.311; Tabel 440).

Perubahan jam tidur-bangun ini tidak lantas membuat responden menjadi merasa terganggu dengan perubahan tersebut. Dari 232 responden terdapat 160 responden (69%) menjawab tidak terganggu dengan perubahan jam tidur-bangun, dan sisanya 72 responden (31%) menjawab merasa terganggu. Dan waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan jam tidur seperti semula paling banyak menjawab paling 1 hari sebanyak (74,1%), sedangkan


(22)

64 lainnya menjawab 2 sampai 4 hari sebanyak (20,7%), dan sisanya tidak menyebutkan (Lih.Lampiran: Tabel 2.312-2.313; Hal. 441).

19) Gangguan Tidur

Gangguan tidur akan memaparkan mengenai keluhan tidur, perasaan saat beraktivitas, kedalaman tidur, perasaan ketika akan mulai tidur, usaha yang dilakukan untuk membantu tidur dan perasaan cukup/tidak cukup tidur dengan adanya shift kerja.

a) Keluhan Tidur

Bagian ini akan memaparkan mengenai jenis keluhan tidur, penyebab dan lama gangguan yang dialami.

Tabel 2.18. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Keluhan Tidur

Keluhan Tidur Frekuensi Persen

(%)

Ada 122 52,6

Tidak ada 110 47,4

Total 232 100

Jenis Keluhan Tidur

Sulit mendapatkan tidur 42 34,4

sering terbangun di malam hari atau dini

hari 56 45,9

sering bermimpi buruk 12 9,8

sulit mempertahankan tidur 9 7,4

sulit bernapas ketika tidur 3 2,5

Total 122 100

Penyebab

Suara bising 15 12,3

Cahaya yang terang 3 2,5

Suhu Lingkungan yang panas 20 16,4

Kelelahan 50 41,0


(23)

65

Nyeri otot 10 8,2

Penyakit-penyakit kronis (jantung &

paru-paru) 2 1,6

Anak menangis & rewel 7 5,7

Total 122 100

Lama Gangguan yang Dialami

<1 minggu 8 6,6

1 minggu 51 41,8

2 minggu 16 13,1

3 minggu 11 9,0

4 minggu 16 13,1

>4 minggu 4 3,3

1 tahun 3 2,5

2 tahun 1 0,8

10 tahun 1 0,8

Sudah lama sekali 5 4,1

Sejak Melahirkan 6 4,9

Total 122 100

Berdasarkan Tabel 2.18. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki keluhan tidur (52,6%), sedangkan sisanya tidak ada keluhan tidur sebanyak (47,4%). Jenis keluhan tidur yang terbanyak dialami responden adalah sering terbangun di malam/dini hari sebanyak (45,9%), diikuti dengan sulit tidur sebanyak (34,4%), sedangkan sisanya adalah sering bermimpi buruk, sulit mempertahankan tidur dan sulit bernapas ketika tidur sebanyak (19,7%).

Penyebab dari gangguan tidur sebagian besar menjawab karena kelelahan (41%), sedangkan yang paling sedikit disebabkan karena penyakit-penyakit kronis (mis: jantung dan paru-paru)


(24)

66 sebanyak (1,6%). Gangguan tidur ini terbanyak sudah dialami selama 1 minggu sebanyak (41,8%).

b) Perasaan Ketika Beraktivitas

Tabel 2.19. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Perasaan Ketika Beraktivitas Perasaan Saat Beraktivitas

Frekuensi Persen(%) Di Pagi Hari

Mudah Letih 92 39,7

Mudah marah 17 7,3

Ansietas/cemas 8 3,4

Depresi 0 0

Sulit berkonsentrasi 21 9,1

Nyeri pada otot 40 17,2

Mengantuk 1 0,4

Malas 1 0,4

Mudah letih, mual, dan muntah 1 0,4

Tidak ada masalah 51 22,0

Total 232 100

Tabel 2.19. diketahui bahwa sebagian besar responden merasa mudah letih (39,7%) dan nyeri otot (17,2%) saat beraktivitas. Sedangkan sebanyak (22%) responden menjawab tidak ada masalah saat beraktivitas.

c) Kedalaman Tidur

Tabel 2.20. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Kedalaman Tidur

Kedalaman Tidur Frekuensi Persen (%)

Sebentar-sebentar terbangun 35 15,1


(25)

67

Tidur tapi tidak nyenyak 74 31,9

Sangat nyenyak 82 35,3

Total 232 100

Tabel 2.20. menunjukan bahwa responden paling banyak tidur dengan sangat nyenyak (35,3%), presentase ini tidak jauh berbeda dengan responden yang tidur tetapi tidak nyenyak (31,9%). Sedangkan lainnya tidur sebentar-sebentar terbangun dan tidur kemudian terbangun sebanyak (32,8%).

d) Perasaan Ketika akan Mulai Tidur

Tabel 2.21. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Perasaan Ketika akan Mulai Tidur Perasaan Ketika Akan Mulai Tidur Frekuensi Persen (%)

Kaki terasa pegal dan kaku 56 24,1

Badan terasa tidak nyaman 62 26,7

Rasa Pusing 19 8,2

Pegal-pegal otot 63 27,2

Sulit mengawali tidur 1 0,4

Gelisah 1 0,4

Mengantuk dan lemas 2 0,9

Tidak ada masalah 28 12,1

Total 232 100

Berdasarkan Tabel 2.21. diketahui bahwa ketika akan mulai tidur sebagian besar responden merasa kaki terasa pegal dan kaku (24,1%), badan terasa tidak nyaman (26,7%) dan pegal-pegal otot (27,2%).


(26)

68 e) Usaha yang Dilakukan untuk Membantu Tidur

Rata-rata responden untuk mendapatkan tidur menggunakan bantuan usaha sebanyak (80,6%), sedangkan sisanya tanpa usaha apapun (19,4%), (Lih. Lampiran: Tabel 2.317; Hal. 442-443). Bentuk usaha tersebut dipaparkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.22. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Bentuk Usaha Untuk Membantu Tidur Bentuk Usaha Untuk Membantu

Tidur Frekuensi Persen (%)

Membaca buku 27 11,6

Nonton TV 103 44,4

Minum susu 17 7,3

Makan 24 10,3

Dengar Musik 11 4,7

Pijat badan dan beri minyak hangat 3 1,3

Minum obat tidur 2 0,9

Tidak Menyebutkan (Langsung Tidur) 45 19,4

Total 232 100

Berdasarkan tabel 2.22. diketahui bahwa usaha yang paling banyak digunakan responden untuk dapat tidur adalah nonton TV (44,4%), sedangkan yang paling sedikit adalah minum obat tidur (0,9%).

f) Kualitas Tidur dengan Adanya Shift Kerja

Tabel 2.23. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Kualitas Tidur dengan Adanya Shift Kerja

Merasa Cukup Tidur Dengan

Adanya Shift Kerja Frekuensi Persen (%)

Ya 64 27,6


(27)

69

Total 232 100

Shift Kerja Mengurangi Jam Tidur

Ya 78 45,9

Tidak 90 54,1

Total 168 100

Berapa Jam Tidur Dengan Adanya Shift Kerja

<5 jam 55 32,7

5-6 jam 72 42,9

7-8 jam 38 22,6

>8 jam 3 1,8

Total 168 100

Tabel 2.23. diketahui bahwa sebagian besar responden tidak merasa cukup tidur dengan adanya shift kerja (72,4%), dan sebanyak 90 responden (54,1%) menjawab bahwa shift kerja tidak mengurangi jam tidur, sedangkan (45,9%) menjawab shift kerja mengurangi jam tidur. Dengan adanya shift kerja, kebanyakan responden tidur <5 jam (32,7%) dan 5-6 jam (42,9%). Sedangkan yang paling sedikit tidur >8 jam (1,8%), dan sisanya tidur 7-8 jam (22,6%).

20) Gangguan Kesehatan

Bagian ini akan membahas mengenai keluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan (Medical Check Up), gangguan pencernaan, dan kelelahan.


(28)

70 a) Keluhan Kesehatan

Keluhan kesehatan akan dipaparkan mengenai jenis keluhan kesehatan, penyebab dan lama gangguan kesehatan yang dialami. Selengkapnya akan dipaparkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.24. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan keluhan Kesehatan

Keluhan Kesehatan Frekuensi Persen (%)

Ada 161 69,4

Tidak ada 71 30,6

Total 232 100

Jenis Keluhan Kesehatan

Sakit kepala 20 12,4

Pusing 26 16,1

Stres 10 6,2

Tekanan darah tinggi 0 0

Tekanan darah rendah 5 3,1

Nyeri otot 15 9,3

Kelelahan 60 37,3

Penurunan konsentrasi 20 12,4

Mual & muntah 1 0,6

Pilek, Batuk, demam 3 1,9

Telapak kaki terasa panas 1 0,6

Total 161 100

Penyebab

Kurang istirahat 70 43,5

Tidur tidak teratur 27 16,8

Makan tidak teratur 16 9,9

Frustasi 3 1,9

Rutinitas pekerjaan yang padat 25 15,5

Masalah Rumah Tangga 8 5,0

Masalah Keuangan yang minim 9 5,6

Kurang Olah raga 1 0,6

Hamil muda 1 0,6

Silinder pada mata 1 0,6


(29)

71 Lama Gangguan yang Dialami

<1 bulan 84 52,2

1-2 bulan 32 19,9

3-4 bulan 14 8,7

>5 bulan 31 19,3

Total 161 100

Berdasarkan tabel 2.24. diketahui bahwa dari 232 responden, sebanyak (69,4%) mengeluh ada keluhan kesehatan, sedangkan sisanya tidak mengeluh ada keluhan. Keluhan kesehatan yang paling banyak dialami oleh 161 responden adalah kelelahan (37,3%), kemudian diikuti dengan sakit kepala (12,4%), pusing (16,1%), dan penurunan konsentrasi (12,4%). Sedangkan keluhan yang paling sedikit dialami adalah mual/muntah dan telapak kaki terasa panas sebanyak (1,2%).

Penyebab dari keluhan kesehatan yang dialami sebagian besar karena kurang istirahat (43,5%), dengan lama keluhan kesehatan sebagian besar <1 bulan sebanyak (52,2%).

b) Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up)

Bagian ini akan memaparkan pemeriksaan kesehatan, hasil pemeriksaan dan penyebab dari gangguan yang dialami. Selengkapnya akan ditampilkan pada tabel dibawah ini:


(30)

72 Tabel 2.25. Distribusi Frekusensi Responden

Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan

Melakukan Medical Check Up Frekuensi Persen (%)

Ya 101 43,5

Tidak 131 56,5

Total 232 100

Jenis Pemeriksaan yang Dilakukan

Pemeriksaan Jantung 10 9,9

Tes Gula Darah 14 13,9

Tes Kolesterol 12 11,9

Pemeriksaan paru-paru 9 8,9

Tekanan darah 44 43,6

Tes reproduksi (Pap Smear) 5 5,0

Pemeriksaan kehamilan 2 1,0

Pemeriksaan Laboratorium

(Lengkap) 2 2,0

Pemeriksaan Asam Urat 1 1,0

Pemeriksaan Spirometri 2 2,0

Total 101 100

Hasil Pemeriksaan

Semua Normal 53 52,5

Ada Gangguan 47 46,5

Hasil Belum Keluar 1 1,0

Total 101 100

Jenis Gangguan Kesehatan

Jantung 4 8,3

Kadar Gula Darah Tinggi 6 12,5

Kadar Kolesterol Tinggi 9 18,8

Tekanan Darah Tinggi 8 16,7

Tekanan Darah Rendah 18 37,5

Paru-paru 0 0

Asam Urat 1 2,1

Tidak Menyebutkan Spesifik

Gangguan 1 2,1

Hasil Belum Keluar 1 2,1

Total 48 100

Penyebab Gangguan

Keturunan 3 6,3


(31)

73

Pola hidup yang tidak baik 13 27,1

Stres 4 8,3

Keturunan dan Tidur tidak teratur 1 2,1

Pola hidup yang tidak baik dan Stres 2 4,2

Keturunan dan Stres 1 2,1

Tidur tidak teratur dan pola hidup

yang tidak baik 1 2,1

Tidur tidak teratur, pola hidup tidak

baik dan stres 1 2,1

Hasil Belum Keluar 1 2,1

Total 48 100

Tabel 2.25. menunjukan presentase terbanyak responden tidak melakukan pemeriksaan kesehatan (Medical check up) (56,5%), dan hanya (43,5%) responden yang melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Jenis pemeriksaan yang paling banyak diperiksa oleh ke-48 responden adalah tekanan darah (43,6%), sedangkan yang paling sedikit diperiksa adalah pemeriksaan asam urat (1,0%). Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa dari 101 responden yang melakukan pemeriksaan, terdapat sebanyak (52,5%) hasilnya normal, dan sebanyak (46,5%) ada gangguan. Sedangkan 1 responden hasilnya belum keluar.

Jenis gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh responden adalah tekanan darah rendah (37,5%), sedangkan gangguan kesehatan yang paling sedikit adalah asam urat (2,1%), sedangkan lainnya jantung, kadar gula darah tinggi, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi. Presentase tertinggi penyebab dari


(32)

74 gangguan kesehatan adalah tidur tidak teratur (43,8%), dan pola hidup yang tidak baik (27,1%).

c) Gangguan Pencernaan

Bagian ini akan menjelaskan mengenai jenis gangguan pencernaan, penyebab dan lama gangguan pencernaan yang dialami, yaitu:

Tabel 2.26. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Gangguan Pencernaan

Masalah Pencernaan Frekuensi Persen (%)

Ada 75 32,3

Tidak ada 157 67,7

Total 232 100

Jenis Gangguan Pencernaan

Gastritis 50 66,7

Konstipasi/sembelit 8 10,7

Hemoroid 10 13,3

Kanker Usus 0 0

Anoreksia 1 1,3

Thypoid 1 1,3

Morning Sickness 1 1,3

Gastritis dan Konstipasi 1 1,3

Gastritis dan Hemoroid 3 4,0

Total 75 100

Penyebab

Pola makan tidak teratur 47 62,7

Stres 8 10,7

Terlalu banyak duduk 10 13,3

Gangguan hormon 0 0

Pola tidur tidak teratur 1 1,3

Hamil 1 1,3

Pola makan tidak teratur dan stres 6 8,0

Pola makan tidak teratur, stres,


(33)

75

Pola makan tidak teratur, stres, terlalu

banyak duduk, kelelahan 1 1,3

Total 75 100

Kapan Masalah Pencernaan Dialami

Sejak kecil 6 8,0

Sejak kuliah 22 29,3

Saat bekerja 36 48,0

Sejak 1 tahun ini 7 9,3

Saat SMA 2 2,7

> 4 bulan 1 1,3

2 bulan 1 1,3

Total 75 100

Tabel 2.26. diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mengalami gangguan pencernaan (67,7%), sedangkan sisanya mengalami gangguan pencernaan (32,3%). Dan gangguan pencernaan yang paling banyak dialami adalah gastritis (66,7%), dengan penyebab terbanyak karena makan tidak teratur (62,7%). Gangguan pencernaan ini mulai muncul terbanyak saat bekerja (48,0%) dan saat kuliah (29,3%).

d) Kelelahan

Bagian ini menjelaskan mengenai kelehan yang dialami saat bekerja di Rumah Sakit dan penyebab dan lama keluhan. Selengkapnya pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.27. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Perasaan Kelelahan Mengalami Kelelahan

Berkepanjangan Frekuensi Persen (%)


(34)

76

Tidak 113 48,7

Total 232 100

Penyebab

Kurang Istirahat 55 46,2

Rutinitas yang padat 56 47,1

Infeksi virus 1 0,8

Stres 7 5,9

Total 119 100

Lama Kelelahan yang Dialami

<1 tahun 71 59,7

1-2 tahun 21 17,6

3-4 tahun 13 10,9

>5 tahun 14 11,8

Total 119 100

Tabel 2.27. menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami kelelahan sebanyak (51,3%). Penyebab dari kelelahan ini sebagian besar karena kurang istirahat (46,2%) dan rutinitas pekerjaan yang padat (47,1%). Kelelahan ini mulai dirasakan responden terbanyak adalah kurang dari 1 tahun (59,7%).

c. Karakteristik Perawat Pensiun 1) Usia

Tabel 2.28. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persen (%)

51-60 11 36,7

61-70 14 46,7

71-80 5 16,7


(35)

77 Berdasarkan tabel 2.28. diketahui bahwa kelompok usia terbanyak adalah usia 61-70 tahun (46,7%), kemudian diikuti oleh kelompok 51-60 tahun (36,7%), sedangkan yang paling sedikit adalah kelompok usia 71-80 tahun (16,7%).

2) Jenis Kelamin

Tabel 2.29. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)

Laki-laki 7 23,3

Perempuan 23 76,7

Total 30 100

Tabel 2.29. diketahui bahwa sebagian besar responden adalah perempuan (76,7%), sedangkan sisanya adalah laki-laki.

3) Suku

Pada penelitian ini didapatkan bahwa dari 30 responden pensiun, didapatkan 29 responden (96,7%) berasal dari jawa, sedangkan 1 responden (3,3%) berasal dari suku Tionghoa, (Lih. Lampiran: Tabel 2.287; Hal. 428).

4) Status Pernikahan

Tabel 2.30. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan Frekuensi Persen (%)

Belum Menikah 0 0


(36)

78

Janda 5 16,7

Duda 2 6,7

Total 30 100

Tabel 2.30. diketahui bahwa responden sebagian besar telah menikah (76,7%), sedangkan yang lain sudah janda (16,7%) dan duda (6,7%).

5) Tingkat Pendidikan

Sebagian besar responden pensiun memiliki pendidikan akhir SPK (66,7%), kemudian diploma keperawatan sebanyak (10%). Sisanya adalah pembantu perawat, juru rawat, pengamat kesehatan dan perawat kesehatan (Lih. Lampiran: Tabel 2.289; Hal. 429).

6) Pelatihan Keperawatan

Responden rata-rata pernah mengikuti pelatihan keperawatan (53,3%) dan jenis pelatihan keperawatan yang paling banyak diikuti adalah PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat) sebanyak (37,5%) (Lih. Lampiran: Tabel 2.291; Hal: 430).

7) Masa Kerja Di Rumah Sakit

Tabel 2.31. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Masa Kerja Di Rumah Sakit

Masa Kerja di Rumah Sakit Frekuensi Persen (%)


(37)

79

21-30 tahun 9 30,0

31-40 tahun 19 63,3

>50 tahun 0 0

Total 30 100

Tabel 2.31. memaparkan lama kerja responden di Rumah Sakit, dan responden rata-rata bekerja selama 31-40 tahun (63,3%), sedangkan yang lain 10-20 tahun dan 21-30 tahun.

8) Jumlah Rumah Sakit yang Menjadi Tempat Bekerja Tabel 2.32. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Jumlah RS yang Menjadi Tempat Kerja

Jumlah Rumah Sakit Yang Menjadi Tempat Kerja

Responden

Frekuensi Persen (%)

1 Rumah Sakit 19 63,3

2 Rumah Sakit 8 26,7

3 Rumah Sakit 3 10,0

Total 30 100

Tabel 2.32. memaparkan jumlah rumah sakit yang pernah menjadi tempat kerja responden. Dan sebagian besar responden pernah bekerja pada satu rumah sakit sebanyak (63,3%), sedangkan sisanya bekerja di dua rumah sakit dan tiga rumah sakit.

9) Unit/Bangsal Kerja

Tabel 2.33. Distribusi Frekusensi Responden Berdasarkan Unit/Bangal Kerja

Unit/Bangsal kerja di Rumah Sakit Frekuensi Persen (%)

Bangsa Laki-laki 1 3,3


(38)

80

Bangsal Khusus Paru-paru 1 3,3

IGD, Penyakit Dalam 2 6,7

IGD, Anak, Penyakit Dalam 2 6,7

Obstetri, Penyakit Dalam 1 3,3

Obstetri, Anak, Ruang Operasi 1 3,3

Anak, Unit Obstetri 1 3,3

Anak, Medikal Bedah, Penyakit dalam 1 3,3

Anak, Operasi, Medikal Bedah,

Penyakit Dalam 1 3,3

Anak, Penyakit dalam, Bangsal

Perempuan, Bangsal Laki-Laki 1 3,3

IGD, Penyakit Dalam, Ruang Operasi 1 3,3

IGD, Ruang Operasi, Bangsal

Perawatan Umum 1 3,3

Bangsal Laki-laki, Bangsal

Perempuan, Bangsal Pelajar 1 3,3

Bangsal Laki-laki, Bangsal

Perempuan, Bangsal Pelajar, Bangsal Khusus Polisi

1 3,3

Obstetri, Anak, Ruang Operasi, Unit

Kesehatan Ibu & Anak (KIA) 1 3,3

Bangsal Laki-laki, Perempuan,

Poliklinik 1 3,3

IGD, Ruang Operasi, Bangsal

Perawatan Umum, Poliklinik 1 3,3

Anak, Penyakit Dalam, Medikal Bedah,

Perawatan Umum, Poliklinik 1 3,3

Anak, Penyakit dalam, Perinatologi,

Manajemen 1 3,3

Obstetri, Ruang Operas, Manajemen

KIA 1 3,3

IGD, Obstetri, Anak, Ruang Operasi, Medikal Bedah, Penyakit Dalam, Manajemen

1 3,3

IGD, ICU, Obstetri, Anak, Ruang Operasi, Medikal Bedah, Penyakit Dalam, Manajemen

1 3,3

Total 30 100

Tabel 2.33. menunjukan bahwa hampir sebagian besar responden bekerja lebih dari 1 unit kerja sebanyak (76,7%) dan


(39)

81 hanya 7 responden yang bekerja pada 1 unit/bangsal kerja sebanyak (23,3%).

10) Masa Kerja Di Unit/Bangsal Kerja

Tabel 2.34. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja Di Unit/Bangsal Di Rumah Sakit Lama Kerja di Unit/Bangsal Kerja Frekuensi Persen (%)

15-20 tahun 2 6,7

21-30 tahun 9 30,0

31-40 tahun 19 63,3

Total 30 100

Tabel 2.34. diketahui bahwa sebagian besar responden sudah bekerja di unit/bangsal kerja selama 31-40 tahun (63,3%), sedangkan yang lain telah bekerja selama 15-20 tahun (6,7%) dan 21-30 tahun (30%).

11) Aktivitas setelah Pensiun

Aktivitas yang banyak dilakukan setelah pensiun diantaranya: kegiatan sosial, melakukan pekerjaan rumah, mengurus cucu, ikut perkumpulan pensiun RS dan PPK lansia sebesar (40%) (Lih. Lampiran: Tabel 2.292; Hal. 431).

12) Sejarah Kerja Shift di Rumah Sakit

Pada bagian ini dipaparkan mengenai sejarah kerja shift responden di RS. Sejarah kerja shift ini berkaitan dengan


(40)

82 pengaturan jadwal shift, pergantian jadwal shift, lama libur dan panjang shift serta juga shift yang paling disenangi oleh responden. Selain itu juga akan dibahas mengenai perilaku tidur responden sebelum shift malam, perilaku tidur saat shift malam dan perilaku tidur setelah shift malam. selengkapnya akan dijelaskan di bawah ini:

a) Jadwal Shift

Tabel 2.35. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jadwal Shift Saat Masih Bekerja di RS

Jadwal Shift Frekuensi Persen (%)

Pagi, Malam 1 3,3

Pagi, Siang, & Malam 29 96,7

Total 30 100

Tabel 2.35. Menunjukan bahwa semasa kerja di Rumah Sakit sebagian besar responden menjalani shift pagi, siang dan malam (96,7%), sedangkan 1 responden (3,3%) menjalani shift pagi dan malam.

b) Pergantian Jadwal Shift

Tabel 2.36. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pergantian Jadwal Shift

Saat Masih Bekerja di RS

Pergantian Jadwal Shift Frekuensi Persen (%)

3 hari 15 50,0

1 minggu 15 50,0


(41)

83 Tabel 2.36. diketahui bahwa pergantian jadwal shift terjadi selama 3 hari dan 1 minggu. Kedua kategori ini memiliki presentase yang sama yaitu masing-masing sebanyak (50%).

c) Lama Libur setelah Shift Malam

Tabel 2.37. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Libur Setelah Shift Malam Lama Libur Setelah Shift Malam Frekuensi Persen (%)

1 hari 20 66,7

2 hari 8 26,7

3 hari 2 6,7

Total 30 100

Berdasarkan Tabel 2.37. maka diketahui bahwa sebagian besar responden menjalani libur selama 1 hari (66,7%), dan lainnya diberikan libur selama 2 hari dan 3 hari.

d) Panjang Shift

Tabel 2.38. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Panjang Shift

Panjang Waktu Kerja/Shift Frekuensi Persen (%)

Pagi: 7 Jam; Siang: 7 Jam; Malam: 10

Jam 14 46,7

Pagi: 7 Jam; Siang: 6 Jam; Malam: 11

Jam 13 43,3

Pagi: 6 Jam; Siang: 6 Jam; Malam: 12

Jam 1 3,3

Pagi: 7 Jam; Siang: 5 Jam; Malam: 12

Jam 2 6,7

Total 30 100

Tabel diatas menunjukan bahwa panjang shift terbanyak adalah Pagi:7 jam; siang:7 jam; Malam:10 jam sebesar (46,7%), diikuti


(42)

84 panjang shift Pagi:7 jam; siang:6 jam; Malam:11 jam sebanyak (43,3%). Sedangkan yang paling sedikit adalah panjang shift: Pagi: 6 Jam; Siang: 6 Jam; Malam: 12 Jam sebanyak (3,3%).

e) Jadwal Shift yang Paling Disenangi

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa. sebagian besar responden lebih menyukai shift pagi yaitu sebanyak (73,3%), sedangkan shift siang dan malam hanya sebesar (26,7%) (Lih. Lampiran: Tabel 2.293; Hal. 432). Alasan perawat lebih banyak menyukai shift pagi karena shift pagi lebih banyak teman dan bisa berkumpul dengan keluarga dan waktu kerja tidak panjang. Berikut pernyataan responden:

Responden 1: bisa merawat anak dan mengurus

keluarga kalau malam dan pulang kerja. Tidak mengantuk.

Responden 2: senang pagi karena teman banyak,

juga pagi ada KPL ruang daji semua tanggung jawab ada di ka. Ru.

Sedangkan nsiang dan malam

ditangani oleh perawat senior Responden 3: waktu kerja tidak panjang

f) Perilaku Tidur Sebelum Shift Malam

Rata-rata responden sebelum berangkat dinas malam menyempatkan waktu untuk tidur siang (90,0%). Lama tidur siang responden sebagian besar 1 jam sampai 2 jam sebesar (83,3%). Dan sebanyak (63%) menjawab tidur siang membuat tidak


(43)

85 mengantuk saat dinas malam (Lih. Lampiran: Tabel 2.295; Hal. 432).

g) Perilaku Tidur Saat Shift Malam

Perilaku tidur saat shift malam adalah sebuah perilaku dimana responden merasa mengantuk dan kemudian tidur saat sedang berdinas di malam hari, dan data yang didapatkan menyebutkan bahwa semua responden mengantuk saat dinas malam (100%). Dan sebagian besar responden mulai mengantuk pada pukul 24.00 (60%). Ketika merasa mengantuk kebanyakan responden langsung tidur (73,3%), hanya 8 responden (26,7%) yang tidak langsung tidur. Lama tidur rata-rata <15 menit sampai 30 menit sebesar (73,3%).

Rumah sakit tidak memperbolehkan untuk tidur saat bekerja, hal ini diakui oleh 27 responden (90%). Dan sebanyak 24 responden (80%) tetap terjaga sampai pagi, sisanya sebanyak (20%) tidak terjaga sampai pagi. Untuk menghilangkan rasa kantuk sebagian besar responden melakukan usaha-usaha (93,3%), dan jenis usaha yang paling banyak dilakukan adalah mencari kesibukan (28,6%) dan mengobrol dengan teman sekerja (28,6%). Dan rata-rata responden tidur di kursi saat mengantuk (70%) (Lih. Lampiran: Tabel 2.297; Hal. 434).


(44)

86 h) Perilaku Tidur Setelah Shift Malam

Bagian ini memaparkan mengenai jam pulang kerja setelah shift malam, aktivitas yang dilakukan setelah pulang shift malam, dan jam tidur siang.

Jam pulang kerja setelah shift rata-rata mulai dari jam 07.00 sampai 08.30, bahkan ada yang lebih dari jam 08.30. Responden yang pulang kerja pukul 07.00 hanya 4 orang (13,3%) dari 30 responden. Sedangkan sebagian besar pulang dinas malam pada pukul 07.30 (53,3%). Sisanya pulang kerja jam 08.00 sampai diatas jam 08.30 (Lih. Lampiran: 2.304; Hal. 438).

Semalaman bekerja tidak lantas membuat responden setelah pulang shift malam langsung tidur, data yang didapatkan menyebutkan dari 30 responden, hanya 1 responden (3,3%) yang menjawab langsung tidur, sedangkan lainnya memiliki aktivitas lain yang harus diselesaikan yaitu menyelesaikan tugas dan taggung jawab di keluarga, seperti: mengurus rumah dan masak (50%) dan membantu keperluan rumah tangga (33,3%), sedangkan yang lain menjemput anak ke sekolah, mencangkul dan menukang, serta memiliki urusan lain sebanyak (13,3%) (Lih. Lampiran: Tabel 2.305-2.306; Hal 438-439).

Aktivitas-aktivitas ini menyebabkan waktu tidur responden menjadi tertunda, sehingga responden baru bisa tidur setelah pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan lainnya selesai. Data yang


(45)

87 didapatkan menyebutkan bahwa responden baru bisa tidur siang di atas jam 09.00, yaitu jam 10.00 sampai lebih dari jam 12.00. Responden yang tidur pada jam 12.00 sebanyak (43,3%), dan diikuti di atas jam 12.00 (30%), sedangkan sisanya tidur pada jam 10.00 dan jam 11.00 sebanyak (13,3%). Selain itu didapatkan bahwa ada 1 responden (3,3%) yang tidak menyebutkan jam tidur siangnya (Lih. Lampiran: Tabel 2.307; Hal. 439).

13) Kualitas Tidur

a) Kualitas Tidur Setelah Pensiun

Bagian ini akan membahas mengenai kualitas tidur responden setelah pensiun dari RS, diantaranya jumlah tidur per hari, lama tidur, waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur, perasaan saat bangun tidur dan perasaan yang dirasakan saat beraktivitas.

Data yang didapatkan menyebutkan bahwa, dari 30 responden pensiun, terdapat 21 responden (70%) memiliki jumlah tidur 1x/hari, sedangkan sisanya sebanyak (30%) tidur 2x/hari (Lih. Lampiran: Tabel 2.309; Hal. 440). Lama tidur ke-30 responden pun sangat beragam, ada yang tidur 6-7 jam tapi juga ada yang tidur <5 jam. selengkapnya dipaparkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.39. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Tidur Malam Hari

Lama Beristirahat Tidur Frekuensi Persen (%)

<5 jam 5 16,7


(46)

88

6-7 jam 14 46,7

>7 jam 8 26,7

Total 30 100

Tabel 2.39. menunjukan bahwa setelah pensiun sebagian besar responden tidur selama 6-7 jam (46,7%), sedangkan sisanya tidur kurang dari 5 jam, 5-6 jam dan lebih dari 7 jam. Selain waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur juga beragam. Selengkapnya akan dipaparkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.40. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Waktu yang Dibutuhkan untuk Dapat Tertidur Waktu Yang Dibutuhkan Untuk

Frekuensi Persen (%) Dapat Tertidur Di Malam hari

>60 menit 7 23,3

30-60 menit 8 26,7

15-30 menit 5 16,7

<15 menit 10 33,3

Total 30 100

Berdasarkan Tabel 2.40. maka diketahui bahwa responden terbanyak bisa mendapatkan tidur kurang dari 15 menit (33,3%), sedangkan lainnya bisa mendapatkan tidur 15-30 menit, 30-60 menit dan adapula yang baru bisa tidur setelah >60 menit (23,3%). Lama waktu tertidur ini ternyata tidak mempengaruhi kualitas tidur responden, hal ini terbukti dengan sebagian besar responden merasa segar saat bangun pagi hari, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.41. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perasaan saat Bangun Tidur

Perasaan Setelah Bangun Tidur


(47)

89

Mengantuk 4 13,3

Lemas 2 6,7

Pusing 1 3,3

Pegal linu 1 3,3

Segar 22 73,3

Total 30 100

Tabel 2.41. dikatahui bahwa perasaan segar dirasakan (73,3%) responden, sedangkan yang lain merasa mengantuk, lemas, pusing dan pegal linu (26,6%).

Data lain yang ditemukan adalah perasaan ketika beraktivitas. Saat beraktivitas sebagian besar mengeluh tidak ada masalah atau tidak merasa lemah/lelah (60%), sedangkan sisanya (40%) merasa lemah/lelah saat beraktivitas di pagi hari. Perasaan lelah yang dialami oleh ke-12 responden ini ternyata di pengaruhi oleh tidur malam responden yang tidak nyenyak, seperti yang ditampilkan pada tabel berikut ini

Tabel 2.42. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perasaan saat Beraktivitas di Pagi Hari

Merasa lemah/lelah saat

beraktivitas Frekuensi Persen (%)

Ya 12 40

Tidak 18 60

Total 30 100

Kedalaman Tidur Malam

Sebentar-sebentar terbangun 3 25,0

Tidur dan kemudian terbangun 3 25,0

Tidur tetapi tidak nyenyak 2 16,7

Gelisah saat memulai tidur 1 8,3

Sulit tidur 1 8,3

Sangat nyenyak 2 16,7


(48)

90 Tabel diatas menunjukan bahwa dari 12 responden hanya 2 responden (16,7%) yang tidur malamnya sangat nyenyak, sedangkan sisanya sebentar-sebentar terbangun, tidur kemudian terbangun, tidur tetapi tidak nyenyak, gelisah saat memulai tidur, dan sulit tidur sebesar (83,3%).

Saat ditanyakan mengenai apakah merasa cukup tidur setelah pensiun di banding masih bekerja, sebanyak 28 responden (93,3%) dari total 30 responden menjawab merasa cukup tidur setelah pensiun, dan hanya 2 responden (6,7%) yang merasa tidak cukup tidur setelah pensiun (Lih. Lampiran:Tabel 2.316; Hal.442).

b) Kualitas Tidur Saat Kerja di RS

Bagian ini akan memaparkan mengenai perasaan setelah shift malam, jumlah tidur per hari, lama tidur, dan kedalaman tidur responden saat masih bekerja di RS.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah terangkum ditemukan bahwa setelah shift malam responden merasa mengantuk, lelah, dan pusing. Hasill penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden merasa mengantuk dan lelah setelah shift malam sebanyak (40%). Dan hanya 5 responden (16,7%) yang merasa tidak ada masalah setelah shift malam (Lih. Lampiran: Tabel 2.314; Hal. 442).


(49)

91 Jumlah tidur responden saat masih bekerja rata-rata adalah 1x/hari sebanyak (73,3%), dan sisanya sebanyak (26,7%) tidur 2x/hari (Lih. Lampiran: Tabel 2.315; Hal. 442). Lama tidur responden saat masih kerja juga bervariasi mulai dari kurang dari 5 jam sampai lebih dari 7 jam. Selangkapnya pada tabel berikut ini:

Tabel 2.43. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Tidur Saat Masih Bekerja Lama Tidur Malam Saat Masih

Bekerja Frekuensi Persen (%)

<5 jam 5 16,7

5-6 jam 13 43,3

6-7 jam 10 33,3

>7 jam 2 6,7

Total 30 100

Tabel 2.43. diketahui bahwa presentase terbanyak terdapat pada responden dengan lama tidur 5-6 jam (43,3%), sedangkan responden yang tidur 6-7 jam keatas sebanyak (40%). Dan sisanya >5 jam (16,7%).

Data lain yang lainnya juga menyebutkan bahwa responden saat kerja di RS sebagian besar memiliki masalah saat tidur sebanyak (70%), dan hanya (30%) yang dapat tidur malam dengan sangat nyenyak. Selengkapnya akan dibahas pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.44. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kedalaman Tidur Saat Kerja

Kedalaman Tidur Saat Masih

Bekerja Frekuensi Persen (%)

Sebentar-sebentar terbangun 9 30

Tidur dan kemudian terbangun 5 16,7

Tidur tetapi tidak nyenyak 5 16,7


(50)

92

Sangat nyenyak 9 30

Total 30 100

Tabel 2.44. diketahui bahwa sebanyak 21 responden (70%) bermasalah dengan kedalaman tidur, diantaranya: sebentar-sebentar terbangun (30%), tidur dan kemudian terbangun (16,7%), tidur tetapi tidak nyenyak (16,7%) dan gelisah saat memulai tidur sebanyak (6,7%).

14) Gangguan Tidur

Bagian ini memaparkan mengenai keluhan tidur, perasaan saat beraktivitas, kedalaman tidur, perasaan ketika akan mulai tidur, dan usaha untuk membantu tidur.

a) Keluhan Tidur

Keluhan tidur memaparkan mengenai jenis keluhan tidur, penyebab dan lama gangguan tidur. Selengkapnya akan ditampilkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.45. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Tidur

Keluhan Tidur Frekuensi Persen (%)

Ada 17 56,7

Tidak ada 13 43,3

Total 30 100

Jenis Keluhan Tidur

Sulit mendapatkan tidur 9 52,9

sering terbangun di malam hari atau

dini hari 5 29,4

sering bermimpi buruk 1 5,9


(51)

93

sulit bernapas ketika tidur 0 0

Total 17 100

Penyebab

Suara bising 1 5,9

Cahaya yang terang 1 5,9

Suhu Lingkungan yang panas 1 5,9

Kelelahan 3 17,6

Stres 0 0

Nyeri otot 1 5,9

Penyakit-penyakit kronis (jantung &

paru-paru) 0 0

Faktor usia 9 52,9

Pusing 1 5,9

Total 17 100

Lama Keluhan

<1 tahun 5 29,4

1-2 tahun 2 11,8

3-4 tahun 1 5,9

>5 tahun 3 17,6

kadang-kadang saja 1 5,9

Akhir-akhir ini 1 5,9

Saat masih kerja sampai sekarang 1 5,9

Setelah pensiun 2 11,8

Sudah lama sekali 1 5,9

Total 17 100

Berdasarkan Tabel 2.45. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki keluhan tidur (56,7%), sedangkan lainnya mengalami gangguan sulit mendapatkan tidur (52,9%), dan sering terbangun di malam hari (29,4%).

Penyebab dari gangguan tidur sebagian besar karena faktor usia (52,9%), dan kelelahan (17,6%). Selain itu diketahui bahwa rata-rata responden sudah mengalami gangguan tidur kurang dari 1 tahun (29,4%) dan lebih dari 5 tahun (17,6%).


(52)

94 b) Perasaan Saat Beraktivitas

Tabel 2.46. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perasaan saat Beraktivitas

Perasaan Saat Beraktivitas Frekuensi Persen (%)

Mudah Letih 11 36,7

Mudah marah 1 3,3

Ansietas/cemas 5 16,7

Depresi 0 0

Sulit berkonsentrasi 5 16,7

Nyeri pada otot 5 16,7

Pusing 1 3,3

Rasa tidak nyaman 1 3,3

Tidak ada masalah 1 3,3

Total 30 100

Tabel 2.46. diketahui bahwa sebagian besar responden merasa mudah letih saat beraktivitas di pagi hari (36,7%), sedangkan yang lainnya merasa mudah marah, ansietas/cemas sulit berkonsentrasi, nyeri otot dan pusing. Dan hanya 1 responden (3,3%) yang menjawab tidak ada masalah saat beraktivitas.

c) Kedalaman Tidur

Tabel 2.47. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kedalaman Tidur

Kedalaman Tidur Frekuensi Persen (%)

Sebentar-sebentar terbangun 7 23,3

Tidur dan kemudian terbangun 7 23,3

Tidur tapi tidak nyenyak 4 13,3

Sangat nyenyak 12 40


(53)

95 Tabel 2.47. menunjukan bahwa sebagian besar responden tidur dengan sangat nyenyak di malam hari (40%), dan sisanya tidur malamnya mengalami gangguan, seperti: sebentar-sebentar terbangun, tidur dan kemudian terbangun, dan tidur tetapi tidak nyenyak.

d) Perasaan Ketika akan Mulai Tidur

Tabel 2.48. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perasaan Ketika akan Mulai Tidur Perasaan Saat Akan Mulai Tidur Frekuensi Persen (%)

Kaki terasa pegal dan kaku 12 40

Badan terasa tidak nyaman 3 10

Rasa Pusing 3 10

Pegal-pegal otot 10 33,3

Tidak ada masalah 2 6,7

Total 30 100

Tabel 2.48. diketahui bahwa sebagian besar responden merasa kaki terasa pegal dan kaku (40%), diikuti pegal-pegal otot (33,3%), sedangkan sebanyak (6,7%), menjawab tidak ada masalah. Sisanya badan terasa tidak nyaman dan pusing sebanyak (20%).

e) Usaha untuk Membantu Tidur

Untuk mendapatkan tidur semua responden menggunakan bantuan usaha. Usaha tersebut akan dijelaskan pada tabel dibawah ini:


(54)

96 Tabel 2.49. Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Usaha untuk Membantu Tidur Bentuk Usaha Yang Dilakukann

Untuk Dapat Tidur Frekuensi Persen (%)

Membaca buku 9 30

Nonton TV 17 56,7

Minum susu 1 3,3

Makan 0 0

Dengar Musik 1 3,3

Mengaji dan baca Alquran 2 6,7

Total 30 100

Tabel 2.49. diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan usaha untuk dapat tidur dengan nonton TV (56,7%), dan sebanyak (30%) dengan membaca buku. Sedangkan sisanya dengan minum susu, dengar musik dan mengaji/baca Alquran (13,3%).

15) Gangguan Kesehatan

Bagian ini memaparkan mengenai keluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan (medical check up), gangguan pencernaan dan keluhan kelelahan yang dialami responden.

1) Keluhan Kesehatan

Keluhan kesehatan akan dibahas secara detail mengenai jenis gangguan kesehatan, penyebab dan lama gangguan. Data selengkapnya akan dibahas pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.50. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan

Keluhan Kesehatan Frekuensi Persen (%)


(55)

97

Tidak ada 10 33,3

Total 30 100

Jenis Keluhan Kesehatan

Sakit kepala 1 5

Pusing 2 10

Stres 0 0

Tekanan darah tinggi 4 20

Tekanan darah rendah 2 10

Nyeri otot 4 20

Kelelahan 2 10

Diabetes Melitus 1 5

Polisitemia Vera 1 5

Penurunan konsentrasi 2 10

Stroma 1 5

Total 20 100

Penyebab

Kurang istirahat 5 25,0

Tidur tidak teratur 0 0

Makan tidak teratur 1 5,0

Frustasi 0 0

Faktor usia 10 50

Masalah Rumah Tangga 0 0

Masalah Keuangan yang minim 0 0

Faktor usia & produksi darah terlalu

kental 1 5,0

makan tidak teratur, masalah RT,

Diabetes 1 5,0

Kurang istirahat dan nyeri otot 2 10

Total 20 100

Lama Keluhan Kesehatan

<1 bulan 0 0

1-2 bulan 2 10

3-4 bulan 0 0

>5 bulan 9 45,0

36 tahun 1 5,0

kadang-kadang saja 1 5,0

Saat masih kerja 2 10


(56)

98

Sudah lama sekali 1 5,0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 2.50. diketahui bahwa dari 30 responden, sebanyak (66,7%) menjawab ada keluhan kesehatan. Dan sebagian besar keluhan kesehatan yang dialami responden adalah tekanan darah tinggi dan nyeri otot sebanyak (40%), kemudian pusing, tekanan darah rendah, kelelahan dan penurunan konsentrasi sebanyak (40%). Sedangkan sisanya mengalami sakit kepala, diabetes melitus, polisitemia vera dan stroma sebesar (20%).

Penyebab dari keluhan kesehatan yang dialami sebagian besar karena faktor usia dan kurang istirahat (75%). Sedangkan sebanyak (25%) karena makan tidak teratur, produksi darah terlalu kental, diabetes dan masalah rumah tangga serta nyeri otot. Terbanyak responden telah mengalami gangguan kesehatan lebih dari 5 tahun (45%).

2) Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up)

Pada pemeriksaan kesehatan memaparkan mengenai jenis pemeriksaan kesehatan, hasil pemeriksaan jenis gangguan kesehatan yang dialami dan penyebab dari gangguan kesehatan. Selengkapnya pada tabel di bawah ini:


(57)

99 Tabel 2.51. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up)

Melakukan Medical Check Up Frekuensi Persen (%)

Ya 20 66,7

Tidak 10 33,3

Total 30 100

Jenis Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan Jantung 2 10

Tes Gula Darah 3 15

Tes Kolesterol 2 10

Pemeriksaan paru-paru 2 10

Tekanan darah 7 35

Tes reproduksi (Pap Smear) 2 10

osteoporosis 1 5

Pemeriksaan darah rutin 1 5

Total 20 100

Hasil Pemeriksaan

Semua Normal 4 20

Ada Gangguan 16 80

Total 20 100

Jenis Gangguan kesehatan

Kadar Gulah Darah Tinggi 2 6,7

Kadar Kolesterol Tinggi 1 3,3

Tekanan Darah Tinggi 4 13,3

Tekanan Darah Rendah 3 10,0

Jantung & Kolesterol Tinggi 1 3,3

Kolesterol Tinggi & Tekanan Darah

Tinggi 1 3,3

Jantung, Gula Darah Tinggi &

Tekanan Darah Tinggi 1 3,3

Kelainan Darah & kelebihan Darah 1 3,3

Tekanan Darah Tinggi & Stroma di

Rahim 1 3,3

Gulah Darah Tinggi, Kolesterol

Tinggi & Tekanan Darah Tinggi 1 3,3

Total 16 100

Penyebab Gangguan kesehatan

Keturunan 2 12,5

Tidur tidak teratur 1 6,3


(58)

100

Stres 0 0

Darah terlalu kental 1 6,3

Faktor usia 5 31,3

Kurang Istirahat 1 6,3

Faktor usia & kurang istirahat 1 6,3

Keturunan & pola hidup tidak baik 1 6,3

Stres setelah kematian anak & pola

hidup tidak baik 1 6,3

Tidur tidak teratur, stres karena

rutinitas kerja terlalu padat 1 6,3

Total 16 100

Tabel 2.51. diketahui bahwa sebagian besar responden secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan (66,7%). Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terbanyak adalah pemeriksaan tekanan darah (35%). Hasil pemeriksaan menyebutkan bahwa dari 20 responden yang periksa kesehatan, terdapat sebanyak (80%) ada gangguan kesehatan, dan sisanya sebanyak (20%) tidak ada keluhan kesehatan. Gangguan kesehatan terbanyak yang dialami responden adalah tekanan darah tinggi (13,3%), kemudian diikuti dengan tekanan darah rendah (10,0%) dan kadar gula darah tinggi (6,7%). Gangguan kesehatan yang dialami responden paling banyak disebabkan karena faktor usia (31,3%), dan karena keturunan serta pola hidup yang tidak baik sebanyak (25%).

3) Gangguan Pencernaan

Bagian ini memaparkan mengenai jenis gangguan pencernaan, penyebab dan mulai munculnya gangguan pencernaan. Data secara lengkap akan dipaparkan pada tabel di bawah ini:


(59)

101 Tabel 2.52. Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Gangguan Pencernaan

Gangguan Pencernaan Frekuensi Persen (%)

Ada 9 30

Tidak ada 21 70

Total 30 100

Jenis Gangguan Pencernaan

Gastritis 5 55,6

Konstipasi/sembelit 2 22,2

Hemoroid 1 11,1

Kanker Usus 0 0

Konstipasi/sembelit & Hemoroid 1 11,1

Total 9 100

Penyebab

Pola makan tidak teratur 6 66,7

Stres 0 0

Terlalu banyak duduk, Keturunan 2 22,2

Gangguan hormon 0 0

Faktor usia dan kurang makan

serat 1 11,1

Total 9 100

Mulai Terjadi Gangguan Pencernaan

< 1 tahun 2 22,2

1-2 tahun 1 11,1

>5 tahun 4 44,4

10 tahun 1 11,1

Saat bekerja 1 11,1

Total 9 100

Tabel 2.52. diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mengalami gangguan pencernaan (70%), dan hanya (30%) saja yang mengalami gangguan pencernaan. Dari 9 responden yang mengalami gangguan pencernaan, terdapat sebanyak (55,6%) mengalami gastritis, sedangkan sisanya mengalami konstipasi/sembelit dan hemoroid. Dan sebagian besar responden


(1)

303 jumlah responden pada masa kerja 10-20 tahun dan 21-30 tahun ditemukan juga banyak mengalami gangguan tidur.

i. Unit Kerja

Pada perawat aktif dan perawat pensiun ditemukan banyak gangguan tidur dialami pada unit kerja perawatan umum dan unit IGD. Hal ini kemungkinan besar karena pada kedua unit ini memiliki rutinitas pekerjaan yang padat, tingkat mobilitas yang tinggi sehingga dibutuhkan ketelitian dan kecepatan dalam merawat pasien. Wijaya (2006) juga menemukan bahwa gangguan tidur juga banyak dialami oleh responden yang bekerja di unit IGD.

j. Masa Kerja di Unit Kerja

Berdasarkan masa kerja ditemukan bahwa pada perawat aktif yang mengalami gangguan tidur terbanyak adalah responden yang telah bekerja di unit lebih dari 5 tahun (20,7%) kemudian masa kerja 1-2 tahun (12,9%). Sedangkan pada perawat pensiun, terbanyak pada masa kerja 31-40 tahun (33,3%), dan sisanya pada masa kerja 10-20 tahun dan 21-30 tahun sebanyak (23,4%). Banyaknya para pekerja mengalami gangguan tidur di atas 5 tahun kemungkinan karena terpapar dengan penjadwalan shift kerja yang cukup lama sehingga secara terus-menerus pola tidur akan berubah sesuai dengan jadwal shift di RS.


(2)

304 2. Gangguan Kesehatan

Kerja shift memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan. Kerja shift dapat menyebabkan gangguan tidur, mengantuk dan kelelahan, gangguan gastrointestinal, kehilangan konsentrasi, gangguan psikososial, diabetes, kelainan jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker (Fish dalam Puteri, 2009).

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada perawat aktif dan perawat pensiun mengeluhkan ada gangguan kesehatan. Gangguan kesehaan yang dikeluhakan responden adalah: kelelahan, pusing, sakit kepala, stres, tekanan darah rendah, nyeri otot, penurunan konsetrasi, mual dan muntah, demam, pilek dan batuk. Selain itu ada beberapa penyakit juga yang dialami oleh perawat pensiun diantaranya diabetes, polisitemia vera, dan stroma.

Hasil pemeriksaan kesehatan (medical check up) juga membuktikan bahwa perawat aktif dari 232 responden, terdapat 101 responden mengalami masalah jantung (8,3%), kadar gula darah tinggi (12,5%), kadar kolesterol tinggi (18,8%), tekanan darah tinggi (16,7%), tekanan darah rendah (37,5%), dan asam urat (2,1%). Sedangkan pada perawat pensiun, mengalami: kadar gula darah tinggi (12,5%), kadar kolesterol tinggi (6,3%), tekanan darah tinggi (25%), tekanan darah rendah (18,8%), dan ada juga yang mengalami lebih dari satu penyakit. Gangguan kesehatan lainnya


(3)

305 yang ditemukan adalah gangguan pencernaan. Banyak responden baik aktif dan pensiun mengalami gangguan pencernaan gastritis.

Terlihat bahwa gangguan kesehatan yang banyak dialami responden adalah tekanan darah tinggi. Kedua penyakit ini biasanya dipengaruhi oleh banyak faktor, bisa karena faktor usia, penyakit-penyakit tertentu yang berimplikasi pada peningkatan dan penuruanan tekanan darah atau juga karena pola hidup yang tidak sehat seperti tidur tidak teratur.

Gangguan kesehatan yang dialami responden ternyata berimplikasi juga terhadap gangguan tidur. Menurut Siregar (2011) bahwa gangguan kesehatan dapat menyebabkan gangguan tidur. Hasil penelitian ini menemukan bahwa baik pada perawat aktif dan perawat pensiun mengalami gangguan tidur juga disebabkan karena gangguan kesehatan.

Penyebab gangguan kesehatan yang dialami oleh responden perawat aktif dan pensiun diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

a. Pola Kerja Shift

Pada umumnya faktor-faktor pola kerja shift yang mempengaruhi gangguan kesehatan hampir sama dengan penyebab gangguan tidur. Disebabkan karena jadwal shift bergilir dengan lama libur yang sangat sedikit serta waktu kerja dan pergantian panjang shift yang panjang membuat jadwal tidur


(4)

306 berubah sehingga membuat kurang tidur dan sangat rentan terhadap gangguan kesehatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa masalah kesehatan yang dialami oleh responden aktif diakibatkan karena rutinitas pekerjaan yang padat dan kurang istirahat. Sedangkan pada perawat pensiun pun demikian. Ketika dikaitkan dengan riwayat kerjanya ditemukan memiliki kesamaan dengan perawat aktif dalam hal pola kerja shift.

b. Faktor Usia

Berdasarkan usia didapatkan hasil bahwa pada perawat aktif gangguan kesehatan terbanyak dialami oleh usia 31-40 tahun (37,1%), dan usia 21-30 tahun sebanyak (26,3%). Sedangkan pada perawat pensiun didapatkan hasil bahwa keluhan kesehatan terbanyak pada usia 61-70 tahun (33,3%), kemudian usia 50-60 tahun (20%) dan usia 71-80 tahun (13,3%). Gangguan kesehatan dipengaruhi oleh faktor usia, yang mana semakin tua usia seseorang maka akan lebih rentan terhadap gangguan kesehatan (Jupriyono, 2008).

c. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa baik pada responden yang masih aktif dan yang sudah pensiun, gangguan kesehatan terbanyak dialami oleh responden perempuan. Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap gangguan kesehatan. Perempuan lebih rentan terhadap gangguan kesehatan


(5)

307 dibandingkan laki-laki (Kuswadji, 1997). Statistik juga membuktikan bahwa perempuan cenderung lebih sedikit tidur dibanding laki-laki yang dalam jangka panjang dapat berakibat pada gangguan kesehatan (Camaru, 2011).

d. Masa Kerja di RS

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pada perawat yang masih aktif, terbanyak gangguan tidur dialami oleh responden dengan masa kerja 0-5 tahun (23,7%), kemudian masa kerja 6-10 tahun (20,7%), dan masa kerja 11-15 tahun (15,1%). Sedangkan pada perawat pensiunan terbanyak gangguan kesehatan dialami oleh masa kerja 31-40 tahun (43,3%).

Hasil penelitian tersebut diatas tentu memberikan gambaran bahwa masa kerja seseorang berpengaruh terhadap terjadinya gangguan kesehatan. Pada perawat aktif banyak mengalami gangguan tidur di masa awal kerja karena kemungkinan masih dalam masa penyesuaian diri terhadap lingkungan kerja.

e. Unit Kerja

Pada perawat aktif ditemukan bahwa gangguan kesehatan terbanyak dialami oleh unit perawatan umum, anak, dan IGD. Sedangkan pada perawat pensiun juga terbanyak pada unit perawatan umum, IGD, anak dan penyakit dalam. Selain karena jumlah responden pada unit-unit ini juga disebabkan karena beban kerja yang sangat tinggi pada unit-unit tersebut. Unit-unit ini adalah


(6)

308 unit khusus yang merawat pasien dengan berbagai macam penyakit sehingga butuh ekstra waktu dan tenaga untuk merawat pasien.

f. Masa Kerja di Unit Kerja

Hasil penelitian mendapatkan hasil bahwa gangguan kesehatan lebih banyak terjadi pada masa kerja di atas 5 tahun. Pada perawat pensiun juga terbanyak pada masa kerja 31-40 tahun. Hasil ini memberikan gambaran bahwa responden yang bekerja lebih lama cenderung terpapar dengan rutinitas shift kerja yang berubah-ubah di bangsal sehingga waktu tidur pun menjadi berubah. Kurang istirahat menjadi penyebab utama yang dikeluhkan oleh responden pada penelitin ini.

g. Faktor Lain

Faktor lain yang menjadi penyebab dari gangguan kesehatan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah: makan tidak teratur, frustasi, stres akibat dari masalah rumah tangga dan masalah keuangan yang minim, kurang olah raga, keturunan, hamil muda, silender pada mata, gangguan hormon, produksi darah terlalu kental, terlalu banyak duduk akibatnya banyak yang mengalami hemoroid, dan pola hidup yang tidak baik.