45 Cara yang dilakukan untuk mengetahui validitas konstruk dan isi yaitu
dikonsultasikan dengan ahli. Hal ini senada dengan pendapat Purwanto 2010: 129, pengujian validitas konstruk sama dengan pengujian validitas isi
yaitu dengan meminta pertimbangan ahli expert judgement. Oleh karena itu, dalam penelitian ini meminta pertimbangan ahli untuk menguji validitas
instrumen penelitian yang telah disusun.
H. Teknik Analisis Data
Sukarjono Sujati, 2000: 49 menjelaskan bahwa analisis data pada penelitian tindakan kelas lebih banyak menggunakan analisis dengan
pendekatan kualitatif daripada kuantitatif. Meskipun demikian, bukan berarti penelitian tindakan kelas diharamkan menggunakan analisis kuantitatif,
misalnya mencari persentase dan rerata. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Analisis data hasil observasi keterampilan proses IPA yaitu dengan mencari skor maksimum untuk keterampilan proses IPA siswa, kemudian
menjumlah skor yang diperoleh setiap subjek dan mencari persentase hasil pengukuran keterampilan proses IPA siswa. Rumus untuk mencari persentase
hasil pengukuran keterampilan proses IPA siswa adalah sebagai berikut.
Skor yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan empat kriteria persentase skor
sebagai berikut Acep Yoni, dkk, 2010: 175.
46 Tabel 4. Kriteria Persentase Skor
Persentase Kriteria
75 100 Tinggi.
50 74,99 Sedang
25 49,99 Rendah
0 24,99 Sangat Rendah
I. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Tindakan dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila minimal 75 dari seluruh siswa memiliki keterampilan proses IPA dengan kriteria tinggi
75 100.
47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Awal Penelitian
Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu dilakukan pengamatan langsung saat pembelajaran IPA dan kegiatan wawancara dengan guru kelas
untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran IPA. Menurut guru kelas VB hambatan yang dihadapi dalam penyampaian materi IPA yaitu rendahnya
semangat belajar siswa. Hal tersebut ditandai ketika pembelajaran berlangsung siswa terlihat lebih asyik bermain dan bercerita sendiri dengan
teman sebelahnya daripada memperhatikan penjelasan guru. Selain itu, proses pembelajaran IPA lebih sering menggunakan metode ceramah di mana
keterlibatan guru lebih dominan daripada keterlibatan siswa. Siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan materi dari guru dan kurang terlibat dalam
proses memperoleh pengetahuan IPA. Hal ini ditandai dengan pembelajaran melalui kegiatan percobaan tidak pernah dilaksanakan. Padahal kegiatan
tersebut dapat menunjang siswa untuk terlibat dalam memperoleh pengetahuan IPA secara mandiri.
Berdasarkan hasil diskusi antara guru kelas VB dan peneliti, permasalahan proses pemerolehan pengetahuan IPA atau keterampilan proses
IPA siswa yang masih rendah perlu ditingkatkan. Siswa perlu difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan IPA melalui kegiatan dengan mengikuti
prosedur ilmiah
seperti mengamati,
mengukur, mengklasifikasi,
menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Proses pemerolehan pengetahuan
48 IPA oleh siswa sekolah dasar memerlukan bimbingan dari guru, sehingga
upaya yang dilakukan yaitu dengan menerapkan metode guided discovery dalam pembelajaran IPA.
B. Hasil Penelitian