PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NETRAL D YOGYAKARTA.

(1)

PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NETRAL D YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Tri Rahmawati Shalihah NIM 12108244126

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lain. (Al hadits)


(6)

vi

PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada

1. Ayahanda dan Ibunda 2. Almamater UNY 3. Nusa dan Bangsa


(7)

vii

PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NETRAL D YOGYAKARTA

Oleh

Tri Rahmawati Shalihah NIM 12108244126

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan proses Sains mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan siswa kelas V SD Netral D Yogyakarta dengan menggunakan metode Guided Discovery.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif. Subyek penelitian ini adalah 25 siswa kelas V SD Netral D. Obyek penelitian ini adalah keterampilan proses sains mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan melalui metode Guided Discovery pada materi cahaya dan sifat-sifat. Model penelitian menggunakan model Kemmis dan Taggart. Penelitian ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas keterampilan proses siswa dan aktivitas guru dalam menggunkan metode Guided Discovery saat pembelajaran berlangsung dengan menggunkan pedoman observasi. Penilaian tes hasil belajar meggunakan soal tes pada pertemuan terakhir disetiap siklus. Teknis analisis data yaitu analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Indikator keberhasilan adalah 75% siswa memiliki keterampilan proses dengan nilai rata-rata minimal 75.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas V SD Netral D Yogyakarta setelah menggunakan metode guided discovery. Keterampilan proses pada tahap pratindakan diperoleh rata-rata 35,56%, pada siklus I menjadi 60,64% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 77,89%. Penggunaan metode Guided Discovery hingga siklus II diperoleh > % dari seluruh siswa mencapai kriteria tinggi dalam keterampilan proses sains dan 75% siswa mendapat nilai tes saat siklus II, sehingga pembelajaran dengan menggunakan metode Guided Discovery dinyatakan memenuhi kriteria keberhasilan.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Penerapan Metode Guided Discovery Untuk Meningkatkan Ketrampilan

Proses Sains Siswa Kelas V Di Sekolah Dasar Netral D Yogyakarta” dengan baik. Skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rohmat Wahab, M.Pd., M.A., selaku rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kebijakan dan kesempatan untuk menulis skripsi ini.

2. Dr. Haryanto, M.Pd., selaku dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan persetujuan atas pelaksanaan penelitian skripsi ini.

3. Drs. Suparlan, M.Pd.I., selaku ketua jurusan Pendidikan Sekolah Dasar 4. Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan rekomendasi dan bantuan dari awal pembuatan proposal hingga penyusunan skripsi ini terselesaikan sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat yang bermanfaat..

5. Wintolo, S.Pd., selaku kepala sekolah SD Netral D Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

6. Yuli Suryani, S.Ag. selaku wali kelas V SD Netral D Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam penelitian.


(9)

ix

7. Kakak saya Muhamad Rifai, Ita Farid Mustafa, Nuurul Wahid Abdullah dan Nur Rohmaniati serta keponakan penulis yang selalu memberikan doa dan dukungan.

8. Teman-teman pegasus gangs, harmonisasi humani, Keluarga KKN 2100 yang telah memberikan banyak motivasi dan bantuan.

Semoga Allah SWT memberikan imbalan dan pahala yang berlipat ganda dan menjadikan amalan tersebut sebagai bekal di akherat nanti. Aamiin.

Yogyakarta, 16 Desember 2016 Penulis


(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 7

D.Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat IPA ... 9

B.Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 10

C.Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 13

D.Tinjauan Tentang Metode Discovery ... 15

E. Tinjauan Tentang Metode Guided Discovery ... 17

1. Pengertian Metode Guided Discovery ... 17

2. Langkah-langkah Metode Guided Discovery ... 18

3. Keunggulan Metode Guided Discovery... 20


(11)

xi

G.Kerangka Berpikir ... 26

H.Hipotesis ... 26

I. Definisi Operasional ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 28

B.Subjek Penelitian ... 28

C.Setting Penelitian ... 28

D.Desain Penelitian ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 33

G.Validitas Instrumen ... 37

H.Teknik Analisis Data ... 37

I. Kriteria Keberhasilan ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 39

1. Tahapan Pratindakan ... 39

2. Tidakan Siklus I ... 43

3. Tindakan Siklus II... 62

B.Pembahasan ... 82

C.Keterbatasan Penelitian ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 87

B.Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(12)

xii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Langkah-langkah Metode Guided Discovery ... 20

Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Ketrampilan ProsesIPA ... 34

Tabel 3. Pedoman Observasi Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Guided Discovery ... 35

Tabel 4. Kriteria Presentase Skor ... 38

Tabel 5. Rekapitulasi persentase keterampilan proses IPA pratindakan ... 40

Tabel 6. Tabel distribusi frekuensi keterampila proses IPA pratindakan ... 42

Tabel 7. Rekapitulasi keterampilan proses siklus ... 56

Tabel 8. Kriteria keterampilan proses IPA siswa siklus I ... 58

Tabel 9. Uraian kekurangan siklus I dan rencana perbaikan siklus II ... 61

Tabel 10. Rekapitulasi persentase keterampilan proses siklus II ... 73

Tabel 11. Kriteria keterampila proses IPA ... 75

Tabel 12. Rekapitulasi nilai kogitif siswa siklus I ... 80

Tabel 13. Rekapitulasi nilai kogitif siswa siklus II ... 81


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Peta Lokasi SD Netral D Yogyakarta ... 29 Gambar 2. Desain Penelitian Menurut Kemmis dan Mc.Taggart ... 30 Gambar 3. Diagram Batang Rekapitulasi Hasil Keterampilan Proses

Pratindakan ... 41 Gambar 4. Diagram Batang Kriteria Keterampilan Proses IPA Pratindakan .. 43 Gambar 5. Diagram Batang Hasil Observasi Keterampilan Proses IPA

Siswa pada Siklus I ... 56 Gambar 6. Diagram Batang Kriteria Keterampilan Proses IPA Siswa Siklus I59 Gambar 7. Diagram Batang Observasi Keterampilan Proses IPA Siswa

pada Siklus II ... 73 Gambar 8. Diagram batang kriteria keterampilan proses IPA siklus II ... 76 Gambar 9. Diagram Batang Peningkatan pada setiap Aspek

Keterampilan Proses IPA dari Siklus I ke siklus II ... 78 Gambar 10.Diagram Batang Peningkatan Keterampilan Proses... 79 Gambar 11.Diagram Peningkatan Keterampilan Proses IPA Siswa


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Jadwal Pelajaran Kelas V SD Netral D Yogyakarta ... 92

Lampiran 2. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ... 93

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 94

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 101

Lampiran 5. Soal Evaluasi Siklus I ... 107

Lampiran 6. Soal Evaluasi Siklus II... 112

Lampiran 7. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I dan Siklus II ... 116

Lampiran 8. Lembar Observasi Guru ... 117

Lampiran 9. Lembar Observasi Keterampilan Proses Siswa ... 119

Lampiran 10. Lembar Kerja siswa Siklus I pertemuan Pertama ... 123

Lampiran 11. Lembar Kerja siswa Siklus I pertemuan Kedua ... 129

Lampiran 12. Lembar Kerja siswa Siklus II pertemuan Pertama ... 136

Lampiran 13. Lembar Kerja siswa Siklus II pertemuan Kedua ... 138

Lampiran 14. Rekapitulasi Nilai Keterampilan Proses Pratindakan, Siklus I Pertemuan Pertama, Siklus I Pertemuan Kedua, Siklus II Pertemuan Pertama, Siklus II Pertemuan Kedua ... 141

Lampiran 15. Hasil Observasi Guru Siklus I Pertemuan Pertama ... 142

Lampiran 16. Hasil Observasi Guru Siklus I Pertemuan Kedua... 144

Lampiran 17. Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan Pertama ... 146

Lampiran 18. Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan Kedua ... 148

Lampiran 19. Rekap skor keterampilan proses IPA siswa siklus I ... 150

Lampiran 20. Rekap skor keterampilan proses IPA siswa siklus II... 153

Lampiran 21. Foto Kegiatan Siklus I ... 154

Lampiran 22. Foto Kegiatan Siklus II ... 156

Lampiran 23. Surat Izin Penelitian FIP UNY ... 158

Lampiran 24. Surat Izin Penelitian Dinas Perizinan Kota Yogyakarta... 159

Lampiran 25. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 160

Lampiran 26. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus I Nilai Terendah ... 161

Lampiran 27. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus I Nilai Tertinggi... 164


(15)

xv

Lampiran 29. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus II Nilai Tertinggi ... 170

Lampiran 30. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I ... 173

Lampiran 31. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II ... 175

Lampiran 32. Hasil Observasi Ketrampilan Proses Siswa Siklus I ... 177


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahannya berupa bentuk tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Perubahan yang diperoleh dari belajar adalah perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga belajar merupakan hal yang penting dalam pendidikan.

Belajar Menurut Daryanto (2009: 2), adalah sebagai suatu proses atau usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hernawan (2007: 2) belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam kognitif, afektif, dan psikomotor. Jadi bukti hasil dari belajar itu adalah terjadinya perubahan tingkahlaku yang bersifat positif bagi individu dari segala aspek.

Keberhasilan belajar tidak terlepas dari proses belajar mengajar disekolah. Ciri proses belajar yang baik adalah banyaknya siswa yang aktif dan kondusifnya suasana belajar, sehingga hasilnya tercapai semua tujuan belajar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (2006: 28) proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.


(17)

2

Dalam proses pembelajaran terdapat berbagai macam karakter siswa. Selain itu, setiap siswa memiliki perkembangan intelektual yang berbeda antar satu siswa dengan siswa yang lainnya, maka guru yang harus mampu menguasai pembelajaran dan disesuaikan dengan karakter siswa yang ada. Guru atau tenaga pendidik memiliki peran penting dalam mensukseskan proses pembelajaran. Pengetahuan dan pengalaman belajar siswa bertambah sesuai perkembangannya melalui perantara guru yang mengajarkan pembelajaran.

Siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar dari berbagai macam mata pelajaran yang ada di sekolah, salah satunya adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang telah diajarkan guru. IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang berkaitan dengan manusia beserta gejala alam sekitarnya. IPA mempunyai manfaat yang besar untuk perkembangan teknologi baik dalam bidang teknologi, kesehatan, sumberdaya alam dan sebagainya.

Trianto (2010: 153) mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Dari pendapat Trianto tersebut dapat diketahui pembelajaran IPA lebih menekankan pada proses, jika siswa mampu memahami semua proses maka siswa mampu mengaitkannya dengan konsep, fakta yang ada serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Usman Samatowa (2006: 1) menyatakan bahwa khusus untuk IPA di sekolah dasar hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu


(18)

3

siswa secara alamiah. rasa ingin tahu siswa merupakan bagian dari keterampilan proses siswa yang harus dikembangkan.

Pembelajaran IPA disekolah dasar mengacu pada standar isi pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (permendiknas 2006:148) disebutkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) bertujuan agar peserta didik mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar harus menggunakan metode yang tepat untuk mengembangkan ketrampilan proses siswa.

Berdasarkan hasil observasi, siswa menganggap bahwa pelajaran IPA merupakan pelajaran yang sulit. Hal ini disebabkan mata pelajaran karena banyak materi yang harus dihafalkan. Pada saat proses pelajaran berlangsung metode yang digunakan guru lebih bersifat informatif saja sebatas ceramah dan diskusi atau tanya jawab. Siswa lebih banyak mendengar,mencatat dan menghafalkan materi yang disampaikan guru. Pada materi yang seharusnya dilakukan dengan percobaan, hanya dijelaskan melalui gambar. Siswa belum pernah dilibatkan dalam kegiatan praktek atau demonstrasi, sehingga keterampilan proses sains siswa masih kurang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, pada proses pembelajaran IPA masih menggunakan metode konvensial yang menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran. Strategi yang digunakan dalam pembelajaran yaitu ekspositori (ceramah, diskusi, tanya jawab, penugasan) yang belum melibatkan siswa untuk aktif. Media yang digunakan hanya gambar. Pemahaman guru tentang


(19)

metode-4

metode pembelajaran baik, namun guru kurang menerapkan dalam pembelajaran. Guru mengenal model belajar seperti Contextual Teaching Learning, Cooperative learning,active learning, Guided Discovery, dan sebagainya. Namun, guru jarang menerapkan metode tersebut dikarenakan kurang memahami cara melaksanakannya dalam pembelajaran.

Siswa merasa materi yang dipelajari terlalu banyak sehingga untuk menghafal sebagian besar materi merasa tidak sanggup. Siswa tidak pernah melalukan percobaan atau eksperimen selama pembelajaran. Siswa tidak memahami konsep yang ada dalam pembelajaran IPA tersebut sehingga ketika menjawab pertanyaan siswa lupa. Hal ini menandakan bahwa sekolah belum mengembangkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA di kelas V, pembelajaran masih sebatas ingatan karena menggunakan metode pembelajaran konvensional yang lebih mengedepankan produk ilmiah daripada proses ilmiahnya.

Pada saat observasi pada hari Rabu, 3 Pebruari 2016 peneliti mengamati guru sebagai pusat informasi selama proses pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif. Siswa terlihat kurang semangat mengikuti pelajaran ketika guru sedang menjelaskan. Terdapat siswa yang mengantuk dan mengobrol dengan teman sebangkunya. Siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan, ketika diberi pertanyaan oleh guru secara lisan.

Berdasarkan permasalahan yang ada, pembelajaran IPA kurang memaksimalkan potensi siswa dan kurang menekankan pada keterampilan proses siswa. Oleh karena itu, guru sebagai sumber pengetahuan . Hampir di setiap


(20)

5

pertemuan, guru menyampaikan materi dengan ceramah dan siswa hanya mendengarkan saja. Hal ini menyebabkan siswa kurang tertarik pada pembelajaran, kurang memahami penjelasan materi, kurang mampu memahami konsep, dan tidak dapat mengembangkan pengetahuan secara mandiri, sehingga keterampilan proses IPA siswa tidak berkembang. Berdasarkan uraian tersebut peneliti merasa perlu diadakan perbaikan dalam pembelajaran menggunakan metode yang dapat mengembangkan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA. Perbaikan dapat dilakukan dengan adanya penggunaan metode belajar tertentu yang dapat memudahkan siswa dalam pembelajaran IPA.

Semiawan dalam Patta Bundu (2006: 4) menyatakan bahwa.

IPA dalam arti luas merupakan pelajaran dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik dengan cara teratur dan sistematik, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep saja tetapi pada aplikasi pengetahuan dan prosesnya mengacu pada pemelekan pikir manusia.

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa pembelajaran IPA didasarkan dari proses yang berjalan dalam pembelajaran. Jika siswa belum memahami proses yang ada dalam IPA maka siswa tidak akan mampu berpikir dalam pemahaman konsep dan mengaplikasikannya pada kehidupan. Salah satu metode yang dapat menjadikan siswa aktif dan paham terhadap konsep yang ada adalah metode penemuan terbimbing atau Guided Discovery. Guided discovery menekankan pada kemampuan siswa untuk memperoleh ilmu dengan memahami suatu konsep yang berorientasi pada keterampilan proses. Metode ini membuat siswa belajar secara aktif.

Carin & Sund (1993: 103) menyatakan bahwa untuk anak usia sekolah dasar paling tepat ialah menggunakan metode guided discovery yaitu gabungan


(21)

6

antara pendekatan ekspositori dan pendekatan inkuiri. Maksudnya dalam pembelajaran disekolah dasar tetap ada bimbingan dari guru agar proses pembelajaran efektif dan siswa mampu mengembangkan keterampilan proses IPA dan menemukan sendiri konsep-konsep IPA. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Setiawan (2008: 3) bahwa metode penemuan terbimbing merupakan metode yang mendorong siswa untuk berpikir sendiri berdasarkan bahan yang difasilitasi oleh guru. Dalam pendapat tersebut siswa berpikir sendiri tanpa adanya pemberitahuan fakta dari guru. Menurut Suprihadi Saputro (2000: 195) dengan menemukan sendiri dan menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, dan tidak mudah dilupakan oleh anak.

Dari latar belakang diatas peneliti bermaksud untuk meningkatkan keterampilan proses IPA melalui penerapan metode guided discovery pada siswa kelas V SD Netral D Yogyakarta. Diharapkan keterampilan proses IPA siswa akan mengalami kenaikan dengan adanya penerapan metode tersebut. B. Identifikasi Masalah

Berdarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Siswa belum diaktifkan untuk melakukan kegiatan keterampilan proses

2. Proses pembelajaran yang seharusnya dipraktikkan dengan percobaan hanya dijelaskan melalui metode ceramah dan gambar dari buku pegangan.

3. Siswa tidak bersemangat dalam pembelajaran C. Pembatasan Masalah


(22)

7

Berdasarkan Identifikasi masalah penelitian dibatasi pada masalah penerapan metode guided discovery dan keterampilan proses IPA siswa pada pelajaran IPA kelas V SD.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, didapatkan rumusan masalah “Bagaimana penerapan metode guided discovery dapat meningkatkan keterampilan proses IPA siswa kelas V SD Netral D Yogyakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatan keterampilan proses IPA siswa melalui penerapan metode guided discovery di kelas V SD Netral D Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi terkait dengan pembelajaran menggunakan metode guided discovery. Disamping itu dengan adanya penelitian menambah pengetahuan baik bagi peneliti maupun pembaca mengenai penelitian pada bidang pendidikan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

1) Menjadi informasi bagi guru terkait dengan pemahaman metode guided discovery agar selanjutnya diterapakan guna meningkatkan keterampilan proses IPA siswa. 2) Sebagai bahan masukkan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran khususnya


(23)

8 b. Bagi Siswa

Memotivasi siswa untuk belajar IPA secara aktif dalam melakukan berbagai penemuan di lingkungan sekitar.

c. Bagi Peneliti Lain


(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat IPA

Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan (Ahmad Susanto 2013: 167) . James Conant (Usman Samatowa 2011: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Winaputra dalam (Usman Samatowa 2011: 3) menyatakan bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.

IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait (Sri Sulistyorini 2007: 9).

1. IPA sebagai produk

IPA sebagi produkmerupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya tersusun secara lengkap dan sistematis. Produk IPA berupa fakta,konsep, prinsip, hokum, dan teori.


(25)

10 2. IPA sebagai proses

IPA sebagi proses adalah proses mendapatkan IPA melalui metode ilmiah. Metode ilmiah untuk anak SD dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan dengan harapan bahwa akhirnya terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana. Pentahapan pengembangannya disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses penelitian atau ekperimen yaitu meliputi observasi, klarifikasi,interpretasi, prediksi, hipotesis, mengendalikan variabel, merencanakan dan melaksanakan penelitian, inferensi,aplikasi dan komunikasi.

3. IPA sebagai pemupukan sikap

Makna sikap pada pengajaran IPA dibatasi pada sikap ilmiah pada alam sekitar. Ada Sembilan aspek ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD yaitu sikap ingin tahu, ingin mendapatkan sesuatu yang baru, kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, kedisiplinan diri.

Berdasarkan dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hakikatnya IPA adalah ilmu yang memahami tentang gejala alam semesta melalui proses ilmiah dan sikap ilmiah. Sehingga menghasilkan produk ilmiah yang berupa fakata,konsep, ataupun teori.

B. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Belajar Menurut Daryanto (2009: 2), adalah sebagai suatu proses atau usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang


(26)

11

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selain itu, pendapat Hergenhahn (Usman Samatowa 2011: 104) belajar adalah perubahan perilaku yang relative permanen sebagai hasil dari proses pembelajaran. Devito, et al (Usman Samatowa 2011: 104) pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada dilingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari.

Sri Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses IPA yang meliputi mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan. Maslichah Asy’ari (2006: 22) juga mengemukakan bahwa pembelajaran IPA harus faktual (tidak hanya secara verbal) dan tidak hanya mementingkan produk saja, akan tetapi proses untuk mendapatkan pengetahuan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA siswa perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan proses IPA.

Usman Samatowa (2011: 3-4) mengungkapakan ada berbagai alasan yang menyebabkan IPA dimasukkan kedalam kurikulum suatu sekolah. Alas an itu digolongkan menjadi empat golongan yakni: a) bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan bangsa tergantung pada kemampuan bangsa dalam bisang


(27)

12

IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi. b) Bila diajarkan menurut cara yang tepat, IPA merupakan suatu pelajaran yang melatih/mengembangkan kemampuan berfikir kritis c) bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. d) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Pembelajaran IPA dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran IPA yang telah dirumuskan dalam suatu kurikulum yang masih berlaku ( Maslichah Asy’ari, 2006: 23). Menurut Sri Sulistyorini (2007: 39) standar isi IPA SD/MI berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistimatis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dalam proses pembelajaran IPA diharapkan menekankan pada pengalaman siswa secara langsung sehingga siswa dapat memahami alam sekitar secara ilmiah.

Menurut Sri Sulistyorini (2007: 40) ruang lingkup bahan kajian dalam pembelajaran IPA untuk sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) meliputi aspek-aspek berikut:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu, manusia, hewan, tumbuhan,dan interaksinya dengan ingkungan serta kesehatan.

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,padat, dan gas.

c. Energi dan perubahannya,meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.


(28)

13

d. Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi,tatasurya, dan benda langit lainnya. Standar kompetensi dalam mata pelajaran IPA untuk kelas V SD/MI/SDLB/ Paket A adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan. b. Memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan.

c. Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan. d. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat

benda sebagai suatu proses.

e. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energy, serta fungsinya..

f. Menerapkan sisfat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu model atau karya. g. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan

sumber daya alam.

Materi IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya. Pemilihan materi disesuaikan dengan silabus yang digunakan guru kelas V SD Netral D Yogyakarta. Standar kompetensi materi tersebut adalah menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu model atau karya. Kompetensi dasar materinya yaitu mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dan membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Setiap siswa mempunya karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh tingkat perkembangan siswa. Anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual,


(29)

14

emosional maupun pertumbuhan badaniah. Kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama (Hendro Darmodjo & Jenny R.E Kaligis, 1992: 17).

Menurut Sri Sulistyorini (2007: 6) perkembangan anak merupakan salah satu sasaran utama dalam kegiatan pendidikan atau pembelajaran dari berbagai satuan jenis pendidikan. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan harus diperhatikan berbagai aspek atau dimensi, tahapan dan karakteristik perkembangan anak yang menjadi subjek didik.

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan siswa. Tingkat perkembangan setiap siswa berbeda-beda. Dengan perbedan itu mendorong guru untuk menyusun pembelajaran yang kreatif yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

Menurut Piaget (Sugihartono, dkk 2008: 109) mengklasifikasikan tingkat perkembangan intelektual anak sebagai berikut:

1. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun) 2. Tahap praoperasional

a. Tahap praoperasional (2-7 tahun) b. Tahap operasional konkret (8-11 tahun) 3. Tahap operasional formal

a. Tahap pemikiran organisasional (11-15 tahun) b. Tahap pemikiran keberhasilan (15 tahun keatas)

Sedangkan, Usman Samatowa (2006: 7) menyebutkan masa keserasian bersekolah dibagi dalam dua fase,yaitu 1) masa kelas rendah sekolah dasar,


(30)

15

sekitar 6-8 tahun, termasuk dalam kelas I sampai kelas III. 2) Masa kelas tinggi sekolah dasar yaitu kira-kira 9-12 tahun, termasuk dalam kelas IV,V dan VI.

Berdasarkan uraian diatas anak kelas V masuk pada fase operasional konkret dan sekaligus masuk dalam kelompok kelas tinggi. Maslichach Asy’ary (2006: 38) menyebutkan bahwa anak yang berada pada tahap usia 6-12 tahun, memiliki beberapa sifat seperti memiliki rasa ingin tahu yang kuat akan hal-hal yang belum diketahuinya. Siswa cenderung senang bermain atau belajar dengan suasana yang meggembirakan serta mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga suka mencoba-coba. Rasa keingintahuan yang kuat membuat siswa mencoba hal-hal baru. Siswa memiliki motivasi yang kuat untuk mengekspresikan dirinya sendiri dan mencoba untuk tidak pernah gagal. Siswa akan belajar efektif bila ia merasa senang dengan situasi yang ada. Siswa perlu difasilitasi agar proses belajarnya menjadi lebih bermakna.

D. Tinjauan tentang Metode Discovery

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Nana Sudjana 2006: 76). Metode memiliki peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, karena menentukan keberhasilan proses pembelajaran tersebut.

Sund (B. Suryosubroto, 2002: 193) menjelaskan bahwa discovery merupakan suatu proses mental di mana anak atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Proses mental yang dialami anak meliputi mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan


(31)

16

menarik kesimpulan. Menurut Trianto (2012: 79) discovery adalah suatu metode pengajaran yang menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi (ide kunci) dari suatu ilmu yang menekankan belajar aktif sebagai dasar pemahaman sebenarnya, dan nilai dari berfikir induktif dalam belajar (pembelajaran sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi). Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa discovery merupakan proses pembelajaran siswa aktif, dimana siswa menemukan sendiri konsep dan prinsip yang siswa pelajari

Jenny R. E Kaligis & Hendro Darmodjo (1992: 34), discovery mengutamakan aktifitas siswa untuk memperoleh data dan mengolah informasi sampai menemukan konsep-konsep IPA yang diperoleh dari berbagai sumber, misalnya observasi, eksperimen, narasumber di luar sekolah, alam sekitar, dan sebagainya. Penggunaan metode discovery dalam praktek pembelajaran oleh guru dilaksanakan antara discovery dengan bimbingan (guided discovery) dan discovery tanpa bimbingan (free discovery)(Oemar Hamalik, 2010: 134). Peningkatan keterampilan proses ini menggunakan metode guided discovery karena subjek dari penelitian ini adalah siswa sekolah dasar. Hal ni sesuai dengan pendapat Carin & Sund (1989: 93), bahwa pelajaran untuk anakusia sekolah dasar paling tepat menggunakan metode guided discovery. Menurut Hendro Darmodjo & Jenny R.E Kaligis (1992: 35) alasan menggunakan metode guided discovery yaitu siswa sekolah dasar masih memerlukan bimbingan dari guru untuk mengetahui cara belajar yang efektif dan mendapatkan bimbingan untuk dapat menemukan sendiri konsep IPA.


(32)

17 E. Tinjauan tentang Metode Guided Discovery 1. Pengertian Metode Guided Discovery

Guided discovery mengkombinasikan dari dua cara pengajaran yaitu teacher centered dan student centered (Carin & Sund, 1993: 93). Maslichah Asy’ari (2006: 51), berpendapat bahwa penemuan terbimbing merupakan pendekatan dimana siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri pengetahuan tersebut.

Oemar Hamalik (2010: 188) mengemukakan bahwa dalam guided discovery terjadi komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Cagne (Oemar Hamalik, 2010: 188) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi dua arah yaitu dalam pembelajaran melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru, siswa melakukan kegiatan discovery (penemuan), sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat/benar. Jadi antara guru dengan siswa saling berkolaborasi dan tugas guru dalam metode guided discovery yaitu selain sebagai fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa untuk slalu bersikap aktif dan siswa memperoleh pengetahuan.

Sund (B. Suryosubroto, 2002: 193) menjelaskan bahwa discovery merupakan suatu proses mental di mana anak atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Proses mental yang dialami anak meliputi mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan menarik kesimpulan. Dengan demikian pembelajaran guided discovery membantu siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Arthur A.Carin &


(33)

18

Robert B.Sund (1993: 103) menambahkan, guided discovery merupakan metode terbaik dalam menggabungkan proses dan produk IPA serta metode yang mengkaji bagaimana cara membelajarkan siswa di tingkat Sekolah Dasar dengan baik.

2. Langkah-Langkah Metode Guided Discovery

Menurut Arthur A.Carin & Robert B.Sund (1993: 124-128) untuk menerapkan guided discovery diperlukan perencanaan yang tepat dan terdiri dari beberapa fase. Langkah-langkah guided discovery adalah sebagai berikut.

a. Teacher / children preparation

Tahap teacher/children preparation guru bertugas untuk mempersiapkan materi serta hal-hal yang dibutuhkan siswa selama pembelajaran berlangsung. Guru mengidentifikasi hal apa yang akan dipelajari oleh siswa. serta menyiapkan materi, alat dan bahan sebelum melakukan kegiatan discovery. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 2-5 siswa untuk melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegitan percobaan harus ditulis dengan jelas.

b. Pre-activity discussion

Tahap Pre-activity discussion guru memberikan stimulasi untuk menggali pengetahuan awal siswa, menjelaskan tujuan, serta menjelaskan langkah-langkah cara memperoleh data dan/atau menggunakan alat yang telah dipersiapkan. Siswa menjawab pertanyaan yang bersifat open-ended (hipotesis).


(34)

19 c. Data collection

Tahap ini merupakan bagian inti dari kegiatan guided discovery. Guru menugaskan siswa untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya dengan cara melakukan observasi maupun eksperimen. Guru meninjau kembali setiap kelompok mengenai apa yang akan dilakukan, dan bagaimana proses melakukan percobaan (mendapatkan data), menganalisis data, serta membuat generalisasi dari percobaan.

d. Follow up

Guru meninjau ulang diskusi sebagai tindak lanjut pekerjaan siswa dengan cara melakukan presentasi pada setiap kelompok. Guru memastikan siswa memahami kesimpulan dan generalisasi dari kegiatan tersebut.

Bedasarkan pendapat tersebut, peneliti membuat kesimpulan dari langkah-langkah metode guided discovery yaitu sebagai berikut:


(35)

20

Tabel 1. Langkah-langkah Metode Guided Discovery No Langkah-langkah

guided discovery

Aktivitas guru dan siswa

1 Preparation Guru menyiapkan materi, alat, dan bahan, serta lembar kerja siswa yang akan digunakan dalam percobaan.

2 Pre-activity discussion

1. Guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan untuk menggali keingintahuan siswa.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa

3. Guru menjelaskan langkah-langkah dalam proses pembelajaran menggunakan metode guided discovery sesuai dengan yang ada di Lembar kerja siswa

4. Guru memberikan pertanyaan rumusan masalah. 5. Siswa membuat hipotesis dengan bimbingan

guru.

3 Data collection 1. Guru membimbing siswa dalam pengumpulan data dengan melakukan uji coba/praktek.

2. Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam eksperimen

3. Siswa mencocokkan hipotesis dengan hasil percobaan yang ditemukan siswa.

4. Siswa membuat kesimpulan

4 Follow up 1. Siswa melakukan presentasi setiap kelompok 2. Guru dan siswa menyimpulkan hasilpercobaan

bersama

3. Siswa mengerjakansoal evaluasi.

3. Keunggulan Metode Guided Discovery

Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian juga dengan metode guided discovery. Menurut Suryo Subroto (2002: 200) ada beberapa kelebihan metode guided discovery yaitu:


(36)

21

a. Membantu siswa mengembangkan keterampilan kognitif siswa

b. Membangkitakan siswa belajar, karena siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang menemui kegagalan

c. Memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerakmaju sesuai dengan kemampuannya

d. Siswa dapat menagrahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan termotivasi untukbelajar

e. Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.

f. Metode ini memberikan kesempatan siswa untuk mencari kebenaran dari suatu ide.

Pembelajaran IPA menggunakan metode Guided discovery mengajarkan siswa untuk memperoleh sendiri pengetahuan yang ada melalui percobaan. Dalam percobaan tersebut siswa menggunakan berbagai keterampilan proses sains, seperti mengamati, mengukur, mengelompokkan, dan menyimpulkan yang dilakukan oleh siswa sendiri. Sehingga dalam pembelajaran IPA dengan metode guided discovery tersebut mengandung keterampilan proses IPA.

F. Keterampilan Proses IPA

Keterampilan proses IPA merupakan keterampilan intelektual yang dimiliki dan digunakan oleh para ilmuwan dalam meneliti fenomena alam. Keterampilan proses yang digunakan oleh ilmuwan tersebut dapat dipelajari oleh siswa dalam bentuk yang lebih sederhana sesuai tahap perkembangan anak usia


(37)

22

sekolah dasar (Usman Samatowa (2011: 93). Sedangkan Ahmad Susanto (2013: 169) mengungkapkan bahwa keterampilan proses IPA itu adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan, seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan.

Sri Sulistyorini (2007: 10) mengungkapakan bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan dasar yang diperlukan dalam proses mendapatkan IPA. Siswa dalam memahami suatu konsep tidak diberitahu dulu oleh guru,tetapi guru member peluang kepada siswa untuk memperoleh atau menemukan konsep melalui pengalaman siswa dengan mengembangkan keterampilan dasar melalui percobaan dan membuat kesimpulan.

Berdasarkan beberapa pengertian keterampilan proses diatas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan dasar yang dimiliki ilmuan untuk menemukan dan memperoleh informasi dalam memecahkan masalah. Keterampilan tersebut dapat digunakan oleh siswa sekolah dasar memperoleh informasi yang tidak hanya terbatas dari guru saja.

Patta Bundu (2006: 23-24) mengungkapkan keterampilan proses itu dibagi dalam dua kelompok. Pertama keterampilan dasar yang meliputi; a) observasi, b) klasifikasi, c) komunikasi, d) pengukuran, e) prediksi, dan f) penarikan kesimpulan. Kedua, keterampilan proses terintegrasi yang meliputi; a) mengidentifikasi variabel, b) menyusun tabel data, c) menyusun grafik, d) menggambarkan hubungan antar variabel, e) memperoleh dan memproses data, f) menganalisis investigasi, g) menyusun hipotesis, h) merumuskan variabel secara operasional, i) merancang investigasi, dan j) melakukan eksperimen.


(38)

23

Rezba et.al (Patta Bundu, 2006: 12) mengemukakan bahwa keterampilan proses dalam pembelajaran IPA yang dikembangkan untuk siswa sekolah dasar yaitu keterampilan proses IPA dasar (basic science process skill) yang meliputi keterampilan mengamati, mengelompokkan, mengukur, mengkomunikasikan, memprediksi, dan menyimpulkan. Adapun penjelasan dari masing-masing aspek keterampilan proses IPA dasar (basic science process skill) sebagai berikut.

a. Keterampilan Mengamati

Mengamati merupakan kemampuan menggunakan indera yang diperlukan untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin (Conny Semiawan, 2008: 139). Keterampilan mengamati adalah keterampilan proses IPA yang paling dasar dan sangat penting untuk pengembangan keterampilan proses yang lainnya seperti prediksi, klasifikasi, komunikasi, dan inferensi (Patta Bundu, 2006: 88).

b. Keterampilan Mengelompokkan

Keterampilan mengklasifikasi adalah mengelompokkan atas aspek dan ciri-ciri tertentu. Keterampilan ini merupakan dasar pembentukan konsep. Setiap objek dapat dikelompokan atas dasar ukuran, bentuk, warna atau sifat lainnya. Mengklasifikasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengorganisasikan materi, kejadian, atau fenomena ke dalam kelompok secara logis. Pengelompokan dimulai dengan mengamati persamaan, perbedaan, dan keterkaitan antara satu objek dengan yang lainnya (Patta Bundu, 2006: 26)


(39)

24 c. Keterampilan Mengukur

Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengembangan keterampilan mengukur yang baik sangat efektif dalam membuat observasi kuantitatif, membandingkan dan mengelompokkan segala sesuatu di alam sekitar dan mengkomunikasi hasil kegiatan yang telah dilakukan kepada orang lain (Dimyati & Mudjiono, 2002: 144).

d. Keterampilan Memprediksi

Prediksi adalah suatu perkiraan apa yang akan terjadi. Prediksi sangat erat kaitannya dengan observasi, klasifikasi, dan inferensi. Prediksi didasarkan pada observasi yang cermat dan inferensi yang akurat hasil observasi. Klasifikasi dilakukan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang terjadi pada suatu objek atau kejadian. Persamaan dan perbedaan yang diobservasi akan membentuk pola-pola tertentu yang memungkinkan untuk memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya (Patta Bundu, 2006: 118). Dengan demikian, keterampilan memprediksi merupakan kemampuan untuk memperkirakan perisriwa yang akan terjadi berdasarkan hasil pengamatan

e. Keterampilan Menyimpulkan

Keterampilan mengamati merupakan pengalaman yang diperoleh melalui satu atau lebih alat indera, maka keterampilan menyimpulkan adalah penjelasan terhadap hasil pengamatan tersebut (Patta Bundu, 2006: 28). Jadi menyimpulkan adalah proses pembuatan penyataan dari data yang sudah diamati.


(40)

25 f. Keterampilan Mengkomunikasikan

Keterampilan mengkomunikasikan berkaitan dengan proses penyampaian informasi atau data-data, baik secara lisan ataupun tertulis. Bentuk komunikasi yang baik adalah yang dapat dipahami dan dimengerti oleh penerimainformasi. Kegiatan yang termasuk keterampilan berkomunikasi diantaranya menyajikan data dan informasi dalam bentuk lisan dan tulisan, menyajikan data dan informasi dalam bentuk model, gambar, grafik diagram tabel dan lain-lain. (Usman Samatowa, 2011: 96)

Sedangkan Srini M. Iskandar (1996: 49) membagi keterampilan proses dalam IPA SD menjadi 8 aspek, yaitu : mengamati, pengklasifikasian, pengukuran, pengidentifikasian dan pengendalian variabel, perumusan hipotesa, perancangan eksperimen, penyimpulan hasil eksperimen, pengkomunikasian hasil eksperimen. Sedangkan Paolo dan Marten (dalam Srini M. Iskandar, 1996: 15) mengungkapkan bahwa selain materi IPA harus dimodifikasi, keterampilan-keterampilan proses IPA yang dilatihkan juga harus disesuaikan dengan perkembangan siswa, keterampilan proses saat ini juga mengalami perubahan sesuai perkembangan dan kebutuhan siswa

Jadi dari berbagai pengelompokan keterampilan proses IPA diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses secara garis besar meliputi keterampilan mengamati, keterampilan mengelompokkan, keterampilan mengukur, keterampilan meyimpulkan, keterampilan mengkomunikasikan. Dalam penelitian ini peneliti fokus terhadap keterampilan proses mengamati, mengelompokkan, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Peneliti


(41)

26

memilih keterampilan proses ini dikarenakan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku disekolah.

G. Kerangka Pikir

Pembelajaran IPA tidak hanya menekankan pada produk saja tetapi juga keterampilan proses ilmiah dan sikap ilmiahnya. Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan berbagai unsur salah satunya pemilihan metodenya. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristiksiswa sekolah dasar.

Pembelajaran IPA dengan metode guided discovery dapat meningkatkan keterampilan proses siswa karena didalam sintaks atau langkah-langkah pembelajaran metode guided discovery, siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran melalui percobaan. Dalam pembelajaran IPA menggunakan metode guided discovery siswa mengamati, mengelompokkan, mengukur dan memprediksi, menyimpulkan serta mengkomunikasikan apa yang telah dilakukan dalam percobaan. Dalam kegiatan percobaan siswa menggunakan keterampilan proses sains untuk mendapatkan pengetahuannya. Dalam hal ini, pemilihan metode guided discovery dalam pembelajaran IPA adalah suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada deskripsi teori dan kerangka pikir diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPA melalui tahapan metode guided discovery mulai dari orientasi sampai penutup dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.


(42)

27 I. Definisi Operasional

Penjelasan variabel dalam penelitian ini dijelaskan pada definisi operasional sebagai berikut:

1. Guided discovery adalah metode pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk menemukan sendiri suatu konsep yang dipelajari melalui proses yang menyenangkan dengan bimbingan guru. Langkah-langkah dari metode guided discovery ini adalah preparation, pre-activity discussion, data collection, follow up.

2. Keterampilan proses yang akan ditingkatkan dalam penelitian ini meliputi ketrampilan mengamati, keterampilan mengelompokkan, keterampilan mengukur, keterampilan meyimpulkan,keterampilan mengkomunikasikan.


(43)

28 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classaroom action reasearch). Penelitian yang digunakan ini adalah penelitian kolaboratif, dimana orang yang melakukan tindakan juga harus terlibat dalam proses penelitian dari awal (Suwarsih Madya 1994: 27). Suharsimi Arikunto (2009: 17) juga mengungkapkan penelitian kolaborasi sangat disarankan kepada guru yang belum pernah melakukan penelitian atau masih jarang melakukan penelitian. Jadi penelitian ini melibatkan kolaborasi antara guru dan peneliti. Pihak yang melakukan tindakan adalah guru,sedangkan peneliti sebagai pengamat. Kolaborasi antara peneliti dan guru sangat penting untuk mengetahui apakah hasil dari tindakan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah kelas V SD Netral D Yogyakarta. jumlah siswa yang akan menjadi subjek penelitian ini ada 26 siswa. Terdiri dari 18 anak perempuan,dan 8 anak laki-laki.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Netral D Yogyakarta yang beralamatkan Jalan Sosrowijayan no. 43 Yogyakarta Pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah IPA semester II dengan standar kompetensi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan dan membuat suatu karya/model. Objek penelitian ini adalah keterampilan proses siswa, diharapkan dengan menggunakan metode guided discovery keterampilan proses siswa dapat meningkat.


(44)

29

Gambar 1. Peta Lokasi SD Netral D Yogyakarta D. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart ( Suharsimi Arikunto, 2006: 93), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi plan (rencana), act (tindakan) and Observe (observasi), dan reflect (refleksi). Langkah siklus selanjutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi,tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum memasuki siklus I dilakukan pendahuuan berupa identifikasi masalah.


(45)

30

Gambar 2. Desain Penelitian Menurut Kemmis dan Mc.Taggart (Suharsimi Arikunto, 2011: 16)

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk seperti yang terdapat pada gambar yaitu terdiri dari plan (perencanaan), act and observe (tindakan dan observasi), reflect (refleksi). Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan (Plan)

Penyususnan rencana adalah tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan IPA melalui guided discovery. sebelum tindakan peneliti membuat perencanaan meliputi:

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP disusun menggunakan langkah-langkah metode pembelajaran guided discovery. RPP dibuat peneliti dan dikonsultasikan dengan guru kelas V serta dosen pembimbing. RPP dibuat untuk menjadi acuan dalam proses pembelajaran b. Menyiapkan alat dan sumber belajar yang akan digunakan dalam


(46)

31

c. Menyusun dan merencanakan penggunaan metode guided discovery dalam percobaan

2. Tindakan (Act) and Pengamatan(Observe)

Perlakuan pada tahap I dilakukan dengan panduan yang sudah direncanakan. Perencanaan yang dibuat bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dalam pelaksanaan tersebut. Jadi bersifat tidak tetap dan dinamis yang memerlukan keputusan cepat tentang apa yang diperlukan.

Tindakan direncanakan dengan membahas materi sifat-sifat cahaya melalui metode guided discovery. Guru menerapkan langkah-langkah guided discovery yang mengacu pada skenario yang telah dibuat selama pembelajaran berlangsung.

Adapun langkah-langkah metode guided discovery adalah sebagai berikut:

a. Preparation

Pada tahap ini guru menyiapkan semua kebutuhan dalam pembelajaran dan percobaan sebelum pembelajaran dilakukan.

b. Pre-activity discussion

Guru memberikan stimulasi kepada siswa untuk memancing rasa ingin tahu siswa. Stimulasi dapat berupa pertanyaan-pertanyaan.

c. Data collection

Guru mendampingi siswa dalam pelaksanaan percobaan dengan kelompok kecil. Siswa mencari pengetahuan sendiri berdasarkan percobaan yang telah dilakukan.


(47)

32 d. Follow up

Guru meminta siswa untuk menjelaskan konsep yang didapatkan siswa dan menyimpulkan apa yang telah dilakukan. Guru member klarifikasi dari penjelasan siswa.Pengamatan dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Dalam pengamatan dilakukan oleh peneliti yaitu observasi keterampilan proses siswa,instrument tes, aktivitas guru dan siswa ketika menggunkan metode guided discovery.

3. Refleksi (Reflect)

Refleksi diadakan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan. Analisis digunakan untuk melihat tercapainya tindakan atau masalah-masalah yang muncul selama proses tindakan serta dicari solusinya. Refleksi didapatkan dari bukti belajar lembar kerja siswa, instrument tes dan angket yang dikaji kembali berdasarkan kekurangan yang muncul dalam tindakan. Jika hasilnya masih belum sesuai tujuan yang yang diharapkan maka dapat dijadikan acuan dalam perencanaan selanjutnya.

Pelaksanaan siklus selanjutnya sama tahapnya dengan siklus sebelumnya. Pada siklus selanjutnya terjadi perbaikan berdasarkan siklus sebelumnya. Siklus dihentikan jika peneliti dan guru kelas sepakat bahwa pembelajaran yang dilakukan telah sesuai dengan target yang telah direncanakan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Observasi

Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena fenomena yang diteliti (Sutrisno Hadi 1989: 151)


(48)

33

Observasi dilakukan untuk memperoleh data proses berlangsungnya pembelajaran didalam kelas. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati keterampilan proses IPA siswa dan aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA melalui metode guided discovery.

2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelengensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto 2006:150). Tes pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui keterampilan proses IPA siswa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Suharsimi Arikunto 2006: 160). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman observasi, tes dan perangkat pembelajaran

1. Pedoman Observasi

a. Lembar Observasi Keterampilan Proses IPA

Lembar observasi keterampilan proses IPA siswa merupakan lembar yang digunakan untuk mencatat dan mengamati keterampilan proses IPA siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati dalam pembelajaran yaitu mengamati, mengelompokkan, mengukur, menyimpulkan, mengkomunikasikan.


(49)

34

Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterampilan Proses IPA (Commy Semiawan 1989: 140)

No Keterampilan proses Indikator

1 Mengamati Menggunakan alat indra sebanyak

mungkin.

2 Mengelompokkan Mencari perbedaan, mengkontraskan, mencari persamaan, membandingkan, mengelompokkan

3 Memprediksi Menggunakan pola, menghubungkan pola yang ada, dan memperkirakan peristiwa yang terjadi

4 Mengukur Menggunakan alat ukur yang sesuai, menggunakan benda yang telah menjadi alat ukur, membuat gambar-gambar berskala, menggunakan teknik acak dan estimasi, membuat grafik, mencatat secara detail.

5 Menyimpulkan Menginterpretasi data yang dicatat, meramalkan peristiwa dari data,berhipotesis dari data.

6 Mengkomunikasikan Membaca grafik, tabel atau diagram,menjelaskan hasil percobaan, dan menyampaikan laporan secara sistematis.

b. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran IPA Melalui Guided Discovery

Lembar observasi ini digunakan untuk melihat proses pembelajaran melalui metode guided discovery yang berisi aktivitas guru dalampelaksanaan pembelajran. Lembar obsrvasi ini diisi oleh observer pada saat tindakan.


(50)

35

Tabel 3. Pedoman Observasi Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Guided Discovery

Aspek yang diamati Indikator Nomor

Preparation Guru menyiapkan alat,bahan serta LKS 1 Pre-activity discusion Guru memberikan stimulasi berupa

pertanyaan atau permasalahan Guru menyampaikan tujuan

Guru menjelaskan langkah-langkah melakukan kegiatan penemuan

Guru memberikan rumusann masalah dan membimbing siswa menyusun hipotesis

2

3 4

5

Data collection Guru membimbing siswa

mengumpulkan data atau melakukan percobaan.

Guru membimbing siswa dalam menganalisis data

Guru membimbing siswa

mencocokkan hasil ujicoba dengan hipotesis

Guru membimbing siswa membuat kesimpulan

6

7

8

9

Follow up Guru meminta siswa

mempresentasikan hasil uji coba

Guru bersama siswa menyimpulkan hasil ujicoba yang paling tepat

10


(51)

36 2. Tes

Tes yang digunakan pada penelitian ini dilaksanakan pada akhir siklus bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa. Tabel 5. Kisi – kisi Instrumen Tes

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Indikator Bentuk Soal No. Soal

6. Menetapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya model

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya

Cahaya dan

sifat-sifatnya

Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari

Pilihan Ganda

1,7

Mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna dan gelap)

2,6,11,16

Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung)

3,5,9,10,12,1 4,15,17,18,19 ,20

Melakukan percobaan tentang sifat cahaya yang dapat dibiaskan


(52)

37 3. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran

G. Validitas Instrumen

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat keshahihan suatuinstrumen (Suharsimi Arikunto 2006: 168). Dalam penelitian ini menggunakan validitas konstruk (constract validity) dan validitas isi (content validity) sebelum menggunakannya untuk menjamin validitas data yang digunakannya. Menurut Sugiyono (2013: 177) untuk menguji validitas kontruks dan isi dapat dikonsultasikan atau digunakan pendapat dari ahli (expert judgment). H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis deskriptif kualtatif dan kuantitatif. Analisis data hasil observasi keterampilan proses IPA yaitu dengan menjumlah skor maksimum dalam keterampilan proses IPA siswa, kemudian menjumlahkan skor yang diperoleh setiap subjek dan mencari persentase hasil pengukuran keterampilan proses IPA siswa. Rumus untuk mencari persentase hasil pengukuran keterampilan proses IPA siswa yaitu:

� = �ℎ �ℎ � � ℎ�ℎ � %

Skor yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini menggunkan ketentuan criteria persentase skor dari ( Acep Yoni, dkk 2010: 75)


(53)

38 Tabel 4. Kriteria Persentase Skor

Persentase Kriteria

75% -100% Tinggi

50% - 74,99% Sedang

25% - 49,99% Rendah

0% - 24,99% Sangat rendah

I. Kriteria Keberhasilan

Tindakan ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Tindakan dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika minimal 75% siswa dari seluruh siswa memiliki keterampilan proses IPA dengan kriteria tinggi (75%-100%).


(54)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini ditujukan untuk siswa kelas V SD Netral D Yogyakarta Jalan Sosrowijayan no 43 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan bertahap dengan menggunakan siklus. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan mulai tahapan pra tindakan sampai siklus kedua diperoleh data sebagai berikut: 1. Tahapan Pra Tindakan

Kegiatan pra tindakan berupa pengamatan langsung saat pembelajaran IPA dan wawancara dengan guru kelas untuk memperoleh proses pembelajaran IPA. Berdasarkan penuturan guru kelas V hambatan yang dialami dalam penyampaian pembelajaran IPA yaitu rendahnya semangat belajar siswa. Hal ini dilihat dari banyaknya siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru dan lebih suka bermain sendiri ataupun bercerita dengan temannya. Selain itu, pembelajaran yang yang seharusnya dilakukan guru dengan metode eksperimen atau pengamatan langsung hanya dilakukan dengan metode ceramah. siswa hanya mendapatkan penjelasan dari guru sehingga siswa kurang terlibat dalam proses memperoleh pengetahuan IPA. Kegiatan percobaan dalam pembelajaran dapat melatih siswa dalam memperoleh pengetahuan sendiri.

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas V keterampilan proses IPA siswa perlu diaktifkan agar siswa memperoleh pengetahuan sendiri. Siswa difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan IPA melalui percobaan berdasarkan prosedur ilmiah seperti, mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur,


(55)

40

menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Proses pemerolehan pengetahuan dengan menerapkan metode guided discovery sehingga siswa tetap mendapatkan bimbingan dari guru dalam proses pembelajaran IPA. Berikut data rata-rata keterampilan proses siswa pada saat pratidakan.

Tabel 5. Rekapitulasi persentase keterampilan proses IPA pratidakan No Keterampilan Proses IPA Persentase

1 Mengamati 56,00%

2 Mengklasifikasi 44,00%

3 Menyimpulkan 40,00%

4 Mengkomunikasikan 40,00%

Rerata Persentase Ketrampilan Proses IPA 45,00%

Berdasarkan hasil rekapitulasi persentase keterampilan proses pratindakan dapat dilihat bahwa rata-rata persentase keterampilan proses IPA sebesar 45%. Rata-rata keterampilan proses IPA siswa masih tergolong rendah. Pada tahap observasi pratindakan keterampilan proses mengukur dan memprediksi siswa tidak teramati karena pada saat pembelajaran pada materi penyesuaian makhluk hidup terhadap ligkungannya tersebut tidak terdapat keterampilan mengukur dan memprediksi. Sementara itu ketercapaian masing-masing aspek dapat digambarkan dengan diagram batang sebagai berikut.


(56)

41

Rata-rata Keterampilan Proses IPA Pratindakan

Gambar 3. Diagram Batang Rekapitulasi Hasil Keterampilan Proses Pratindakan Berdasarkan diagram diatas dapat diuraikan ketercapaian keterampilan proses IPA dasar sebagai berikut.

a. Keterampilan mengamati siswa mencapai rata-rata 56,00%. Hasil tersebut meunjukkan sudah diaktifkannya keterampilan mengamati melalui gambar-gambar yang disediakan guru saat diskusi.

b. Keterampilan mengklasifikasi siswa mencapai 44%. Hasil ini menunjukkan sudah adanya keterampilan proses megklasifikasi yang diaktifkan melalui guru. Namun, keterampilan mengklasifikasi siswa belum optimal, dikarenakan siswa melakukan klasifikasi hanya melalui diskusi. Terdapat sebagian siswa yang tidak melakukan klasifikasi.

c. Keterampilan menyimpulkan siswa mencapai rata-rata 40%. Hasil ini menunjukkan masih belum maksimalnya siswa dalam menarik kesimpulan.

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00%

60.00% 56.00%

44.00%

40.00% 40.00%


(57)

42

d. Keterampilan mengkomunikasikan mencapai rata-rata 40%. Hasil ini menunjukkan bahwa keterampilan proses mekomunikasikann siswa belum maksimal. Masih banyak siswa yang belum mau mengkomunikasikan hasil diskusinya didepan kelas.

Data hasil distribusi frekuensi keterampilan proses IPA siswa pada tahap pratindakan dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 6. Tabel Distribusi Frekuensi Keterampilan Proses IPA Pratindakan No Presentase skor Kriteria Frekuensi Frekuensi kumulatif

1 75% - 100% Tinggi 1 4%

2 50% - 74,99% Sedang 8 32%

3 25% - 49,99% Rendah 16 64%

4 0% - 24,99% Sangat Rendah 0 0%

Total 100%

Dari tabel distribusi frekuesi tersebut diketahui bahwa siswa keterampilan proses IPA dengan kriteria tinggi 1 siswa, kriteria sedang 8 siswa, kiteria rendah sebanyak 16 siswa, sedangkan kriteria sangat rendah sebanyak 0 siswa. Dari tabel menunjukan bahwa keterampilan proses IPA siswa belum optimal.Hasil tersebut dapat digambarkan pada diagram batang sebagai berikut.


(58)

43

Kriteria Keterampilan Proses IPA Pratindakan

Gambar 4. Diagram Batang Kriteria Keterampilan Proses IPA Pratindakan 2. Tindakan siklus 1

a. Perencanaan Tindakan Siklus 1

Pada tahap perencanaan ini adalah menentukan strategi pelaksanaan bersama guru kelas V yang dijabarkan sebagai berikut:

1) Menetapkan materi pokok penelitian

Materi pokok dalam penelitian ini yaitu sifat-sifat cahaya yang meliputi cahaya dapat merambat lurus, cahaya dapat menembus benda bening, dipantulkan, dibiaskan dan diuraikan. Pemilihan materi disesuaikan dengan silabus yang digunakan guru kelas V SD Netral D Yogyakarta. Standar kompetensi tersebut adalah menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu model atau karya, sedangkan kompetensi dasar materi tersebut adalah medeskripsikan sifat-sifat cahaya.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 4%

32%

64%

0%


(59)

44 2) Menyusun RPP

RPP disusun oleh peneliti berkolaborasi dengan guru kelas sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan. RPP berisi tentang garis besar pelaksanaan pembelajaran yang akan disampaikan yaitu tentang sifat-sifat cahaya. Penyusunan RPP disesuaikan dengan langkah-langkah guided discovery yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses IPA siswa. RPP yang telah disepakati digunakan sebagai pedoman pembelajaran saat tindakan.

Guru bersama peneliti melakukan simulasi pembelajaran sebelum tindakan sesuai dengan RPP yang telah disetujui. Hal ini bertujuan agar guru paham tentang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan metode guided discovery.

3) Meyusun LKS

Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk pedoman proses pembelajaran secara kelompok. Lembar kerja siswa disusun berdasarkan materi pelajaran yang akan disampaikan yaitu sifat-sifat cahaya. Lembar kerja siswa berisi menyelidiki cahaya bergerak lurus, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan dan cahaya dapat diuraikan.

4) Menyusun Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi pembelajaran menggunakan metode guided discovery yang dilaksanakan guru dan lembar observasi keterampilan proses IPA untuk siswa saat pembelajaran.


(60)

45 b. Tindakan dan Observasi Siklus 1

Tahap kedua dalam siklus ini adalah tindakan dan observasi yang merupakan implementasi dari perecanaan yang telah dilakukan.

1) Siklus 1 Pertemuan Pertama

Tindakan siklus 1 pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 10.10-12.10 WIB yang dihadiri oleh 25 orang siswa. Pembelajaran IPA pada siklus 1 pertemuan pertama membahas tentang penyelidikan sifat-sifat cahaya yaitu penyelidikan arah perambatan cahaya, cahaya dapat dipantulkan, dan cahaya dapat menembus benda bening. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan metode guided discovery adalah sebagai berikut:

a. Preparation

Kegiatan ini telah dilakukan bersamaan dengan tahapan perencanaan dalam Penelitian Tindakan Kelas. Pada lagkah pertama ini adalah persiapan materi, alat dan bahan yang akan digunakan untuk pembelajaran menggunakan metode guided discovery, serta lembar kerja siswa untuk menjadi panduan siswa dalam sistem penemuan.

b. Pre-Activity Discussion

Langkah pre-activity discussion dilaksanakan pada awal pembelajaran dengan cara memotivasi siswa dan memberikan stimulasi untuk memancing keingintahuan siswa berupa pertanyaan seperti, “anak-anak mengapa kita bisa melihat benda disekitar kita?” siswa sebagian menjawab “punya mata, bu”, dan ada yang menjawab “karena ada cahaya bu, jadi benda bisa terlihat”. Guru


(61)

46

merespon jawaban siswa benar dan mengaitkanya dengan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu sifat-sifat cahaya. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam pelajaran IPA dengan metode guided discovery dan siswa menjawab jelas dengan langkah-lagkah yang dijelaskan.

Guru menyampaikan rumusan masalah berupa pertanyaan lisan kepada siswa. Rumusan masalah yang diajukan yaitu “anak-anak bagaimana arah perambatan cahaya?”, “Apakah cahaya dapat dipatulkan?” “benda apa saja yang dapat menembus cahaya?”. Rumusan masalah disesuaikan dengan materi yang akan diselidiki siswa yaitu menemukan bahwa cahaya merambat lurus, cahaya dapat menembus benda bening dan cahaya dapat dipantulkan.

Setelah memberikan rumusan masalah kepada siswa guru tidak mengajak siswa untuk membuat hipotesis secara lisan, lalu guru berkeliling kelas dan langsung meminta siswa bekerja secara kelompok sesuai perintah guru. Siswa melaksanakan perintah guru dan sebagian siswa ada yang ramai dengan temannya dan tidak memahami perintah guru.

c. Data Collection

Data collection ini dilakukan pada inti pembelajaran yang terdiri dari beberapa tahap yang harus dilakukan siswa yaitu mengumpulkan data dan mengolah data. Langkah mengumpulkan data dilakukan secara kelompok. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil. Kelompok dibentuk dengan cara siswa berhitung 1 sampai 5. Siswa berkumpul menurut nomer yang didapatkan dan duduk melingkar berhadapan. Setiap kelompok memperoleh LKS, alat dan bahan


(62)

47

percobaan penyelidikan arah perambatan cahaya, cahaya dapat menembus benda bening dan cahaya dapat dipatulkan.

Siswa melakukan penyelidikan sesuai dengan petunjuk yang ada di LKS. Pada kegiatan ini observer mengamati keterampilan proses IPA pada setiap siswa. Guru mengontrol kegiatan siswa serta memberikan bimbingan dalam mengumpulkan data. Ketika pelaksanaaan pengumpulan data masih ada beberapa kelompok yang kesulitan karena kurang mencermati langkah-langkah kegiatan yang tertulis pada LKS. Hal ini disebabkan ada anggota kelompok yang membuat keributan dengan memainkan peralatan percobaan yang dibagikan atau bercanda dengan teman sekelompoknya. Akibatya suasana kelas jadi kurang kondusif dan pengumpulan data membutuhkan banyak waktu.

Pengolahan data diadakan setelah kegiatan pengumpulan data. Siswa mengolah data dengan cara berdiskusi dengan kelompoknya menganalisis dan menjawab pertanyaan yang ada didalam LKS yang telah disediakan. siswa langsung membuat kesimpulan dari hasil percobaan yang telah dilakukan masing-masing kelompok.

d. Follow Up

Setelah siswa selesai menganalisis guru bersama siswa membahas data yang diperoleh untuk menyamakan dan membahas konsep hasil kegiatan yang telah dilakukan. Pembahasan konsep dilakukan dengan perwakilan 3 kelompok untuk menyampakaikan hasil diskusinya. Presentasi dilakukan secara bergantian dari kelompok satu dengan yang lainnya. Siswa yang tidak presentasi bertugas menanggapi atau menambahi jika hasil diskusinya berbeda. Namun tidak ada


(63)

48

siswa yang menanggapi ketika ada temannya yang presentasi dan dilanjutkan presentasi kelompok berikutnya.

Presentasi perwakilan kelompok selesai, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya tentang hal yang belum dipahami. Siswa tidak ada yang memanfaatkan kesempatan untuk bertanya sehingga guru memberikan penekanan yang menjadi bahasan pada materi ini.

Follow up ini dilaksanakan di akhir pembelajaran. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama berdasarkan hasil percobaan. Setelah itu siswa mendapatkan soal evaluasi sesuai dengan materi yang telah dilakukan. Guru megkondisikan siswa untuk mengakhiri pelajaran.

2) Siklus 1 Pertemuan Kedua

Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 5 mei 2016 pukul 07.00 – 08.10 WIB dihadiri oleh 24 orang siswa. Pada pertemuan kedua ini membuktikan materi tentang cahaya dapat dibiaskan, sifat bayangan pada cermin cekung dan cembung serta cahaya terdiri dari berbagai warna. Deskripsi langkah pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode guided discovery adalah sebagai berikut:

a. Preparation

Kegiatan preparation telah dilakukan bersamaan dalam proses perencanaan dalam langkah penelitian tindakan kelas. Kegiatan ini menyiapkan materi, alat dan baha serta lembar kerja siswa yag akan digunakanakan dalam pembelajaran. b. Pre-Activity Discussion

Kegiatan ini dilakukan pada awal pembelajaran. Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam. Guru bersama siswa berdo’a sebelum pembelajaran


(64)

49

dimulai dipimpin oleh salah seorang siswa. Guru memberikan motivasi diawal pelajaran untuk menambah semangat siswa sebelum pelajaran. Apersepsi dilakukan untuk mengingat kembali pengetahuan siswa sebelumnya. Apersepsi yang disampaikan berupa pertanyaan kepada siswa seperti “Anak-anak kita kemaren telah mempelajari sifat cahaya apa saja?”. Siswa menjawab pertayaan guru dengan serentak “cahaya dapat menembus beda bening, bu” “cahaya merambat lurus, bu” “cahaya dapat dipantulkan, bu”. Guru merespon jawaban bahwa jawaban yang disampaikan siswa tepat. Guru memberitahukan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari masih berkelanjutan dengan pertemuan sebelumnya yaitu sifat-sifat cahaya. Guru juga menjelaskan langkah-lagkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Guru memberikan rumusan masalah setelah menyampaikan langkah kerja. Rumusan masalah berupa pertanyaan secara lisan kemudian ditulis dipapan tulis. Rumusan masalah yang diajukan guru adalah Bagaimana sifat cahaya pada cermin cembung dan cermin cekung?”. “Apa yang terjadi jika cahaya melewati dua benda yang kerapatannya berbeda?”. “Apakah warna putih merupakan perpaduan berbagai warna?”. Rumusan masalah yang diajukan berhubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan siswa yaitu bayangan dari berbagai cermin. cahaya dapat dibiaskan, cahaya putih terdiri dari berbagai warna. Setelah mendapatkan rumusan masalah, siswa diminta melakukan percobaan secara kelompok. Guru tidak membimbing siswa membuat hipotesis.


(65)

50 c. Data Collection

Pegumpulan data dilakukan pada inti pembelajaran. Siswa dibagi kedalam 5 kelompok kecil. Kelompok ditentukan dengan cara siswa berhitung 1 sampai 5, kemudian siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok medapatkan LKS yang berisi materi penemuan yang akan dilakukan oleh siswa.

Siswa mengumpulkan data berdasarkan langkah-langkah yang ada dalam LKS. Guru membiarkan siswa megumpulkan data. Kegiatan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan metode guided discovery diamati oleh observer. Selain itu observer juga mengamati keterampilan proses IPA siswa. Pada kegiatan pengumpulan data masih terdapat siswa yang ramai dengan temannya dan memainkan peralatan praktikum sehingga suasana kurang kondusif. Guru menegur siswa yag membuat keributan.

Setelah mengumpulkan data siswa melakukan pegolahan data. Dalam kegiatan ini siswa berdiskusi bersama kelompoknya menganalisis apa yang telah dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan yang ada di LKS. Siswa mencocokkan antara hasil penemuannya dengan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya. selain itu, siswa juga membuat kesimpulan bersama kelompoknya berdasarkan hasil penemuan masing-masing.

d. Follow Up

Siswa melakukan presentasi menyampaikan hasil percobaan yang telah dilakukan. Presentasi dilakukan oleh kelompok yang belum mendapatkan kesempatan maju sebelumnya. Kelompok yang tidak maju bertugas untuk


(66)

51

membahas hasil diskusi yang telah disampaikan dengan menanggapi dan menambahkan jika ada perbedaan hasil percobaan. Pada presentasi 3 kelompok tidak ada tanggapan dari kelompok lain yang tidak maju.

Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami, guru memberikan penekanan pada pembelajaran penting dalam pembahasan materi yang telah dipelajari. Siswa dan guru membuat kesimpulan bersama dari materi yang dipelajari. Siswa mendapatkan soal evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa. Guru memberikan pesan moral dan persiapan pelajaran selanjutnya.

3) Hasil Observasi Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Observasi dilakukan untuk mengamati guru pada saat pembelajaran dengan metode guided discovery, dan keterampilan proses IPA siswa saat pelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi mengacu pada lembar observasi yang telah dibuat. Kegiatan observasi peneliti dibantu oleh empat observer. Data yang diperoleh dari observasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Hasil observasi aktivitas guru pada pembelajaran dengan metode guided discovery siklus I pertemuan pertama

Berdasarkan observasi siklus I pertemuan pertama saat pembelajaran materi sifat-sifat cahaya berlangsung, secara keseluruhan guru telah melaksanakan pembelajaran menggunakan metode guided discovery dengan baik. Namun, ada aktivitas yang belum dilakukan guru dalam langkah-langkah metode guided discovery yang dilaksanakan. Guru menyiapkan materi dan alat bahan serta LKS yang akan digunakan dalam pelajaran. Guru sudah menyampaikan apersepsi pada


(67)

52

awal pembelajaran. Guru juga menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan yaitu dengan menjelaskan kepada siswa pelajaran dilakukan secara berkelompok, setiap kelompok mendapatkan LKS, siswa diminta mendiskusikan secara kelompok dalam mengumpulkan data dan megolah data, siswa mempresentasikan hasil diskusi kemudian membahas dengan guru dan siswa menarik diminta kesimpulan.

Aktivitas yang diamati selanjutya adalah merumuskan masalah. Guru sudah memberikan rumusan masalah berupa pertanyaan kepada siswa. Setelah menyampaikan rumusan masalah guru belum membimbing siswa untuk membuat hipotesis dari rumusan masalah yang disampaikan. Guru berkeliling kelas membagi siswa mejadi lima kelompok.

Pada langkah data collection guru sudah memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan percobaan sesuai dengan LKS yang diberikan untuk menemukan sendiri bahwa cahaya memiliki sifat dapat merambat lurus dan dapat menembus benda bening. Saat proses percobaan guru juga sudah memberikan bimbingan kepada siswa dengan cara menghampiri setiap kelompok secara bergantian. Selanjutya guru tidak membimbing siswa dalam menganalisis data yang telah didapatkan saat percobaan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS. Guru tidak memberikan memberikan arahan kepada siswa yang kurang mengerti. Guru membiarkan siswa mencari sendiri.

Pada langkah follow up di akhir pembelajaran guru sudah sudah membimbing siswa dalam pembahasan hasil percobaan dengan cara presentasi kelompok didepan kelas secara bergantian. Kelompok yang tidak presentasi dibimbing guru


(68)

53

untuk menanggapi hasil diskusi mereka jika ada yang berbeda. Guru sudah mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilaksanakan tentang sifat-sifat cahaya yaitu dapat menembus benda bening, cahaya merambat lurus dan cahaya dapat dipantulkan.

b. Hasil observasi aktivitas pembelajaran dengan metode guided discovery siklus I pertemuan kedua

Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran menggunakan metode guided discovery berlangsung. Berdasarkan observasi siklus I pertemuan kedua secara keseluruhan guru sudah melaksanakan pembelajaran menggunakan metode guided discovery dengan baik. Sama halnya dengan pertemuan pertama ada satu langkah yang dilewati guru, yaitu pada pembuatan hipotesis dan aktivitas membimbing siswa dalam pengumpulan data. Diawal pembelajaran guru sudah memotivasi siswa dan memberi apersepsi kepada siswa. Guru juga sudah menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari masih berkaitan dengan pelajaran sebelumnya yaitu sifat-sifat cahaya. Guru juga mengingatkan materi yang dipelajari sebelumnya. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan yaitu siswa belajar secara berkelompok, setiap kelompok akan mendapatkan LKS, siswa melakukan percobaan berdasarkan LKS, siswa mengumpulkan data dan mengolah data yang didapat, mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan siswa membuat kesimpulan.

Aktivitas yang diamati setelah menjelaskah langkah-langkah kegiatan guided discovery adalah merumuskan masalah. Rumusan masalah yang disampaikan guru berupa pertanyaan, yaitu “bagaimana sifat cahaya pada cermin


(1)

(2)

(3)

181 Lampiran 33. Hasil Observasi Keterampilan Proses Siswa Siklus II


(4)

(5)

(6)