PENINGKATAN KETERAMPILANKOMUNIKASI IPA SISWA KELAS III MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY DI SDN KEJAMBON 1 SLEMAN.

(1)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI IPA SISWA KELAS III MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY

DI SDN KEJAMBON 1 SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Alfiani Utami NIM 11108244099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Ilmu itu dimiliki dengan lidah yang banyak bertanya dan akal yang gemar

berfikir”


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsiinidipersembahkan untuk

1. Keduaorang tuatercintabesertakeluargayang telah mendoakan,memberikan semangat, nasihat, cinta, dan kasih sayang.

2. AlmamaterPGSD Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa.


(7)

vii

PENINGKATAN KETERAMPILANKOMUNIKASI IPA SISWA KELAS III MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY

DI SDN KEJAMBON 1 SLEMAN Oleh

Alfiani Utami NIM 11108244099

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III yang kurang seperti (1) mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat, (2) mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat, (3) membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang tidak diketahui, (4) menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan, (5) membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan, (6) verbalisasi pemikiran.. Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan komunikasi IPAsiswa kelas III menggunakan metode guided discovery di SDN Kejambon 1, Sleman.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan bentuk kolaborasi. Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengematan, dan refleksi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Kejambon 1, Sleman yang berjumlah 28 siswa.Objek penelitian ini adalah peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode: observasi dan dokumentasi. Teknik analisis digunakan yaitu teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode guided discoverymelalui langkah-langkah (1) pemberian pertanyaan, (2) menyediakan alat dan bahan, (3) kegiatan peemuan, (4) kegiatan diskusi, (5) menyimpulkan.Dapat meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SDN Kejambon 1.Peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa ditunjukkan dengan peningkatan presentase keterampilan komunikasi IPA siswa. Pada kondisi awal sebesar 59,91% yang berada pada kategori kurang. Pada siklus I meningkat menjadi 70,44% berada pada kategori cukup. Dan pada siklus II meningkat menjadi 90,17% berada pada kategori baik. Penelitian ini dihentikan sampai siklus II karena persentase keterampilan komunikasi IPA telah memnuhi kriteria yang ditentukan yaitu sudah mencapai kategori baik.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena taufik, hidayah, karunia serta rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa Kelas III Melalui Metode Guided Discovery di SDN

Kejambon 1, Sleman”.Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Selama mengerjakan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan berupa petunjuk, bimbingan maupun pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasi kepada:

1. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan FIP yang telah memberikan kemudahan dalam terlaksananya penelitian ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah membantu kelancaran dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, membantu, memberikan semangat, motivasi, saran dan nasihat selama menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Supartinah, M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, membantu, memberikan semangat, motivasi, saran dan nasihat selama menyelesaikan sekripsi ini.


(9)

ix

memberikan nasihat dan motivasi selama menempuh studi.

6. Seluruh dosen dan karyawan jurusan PGSD UNY yang telah membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.

7. Ibu Sumiyati, S.Pd.SD. selaku kepala sekolah yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah.

8. Ibu Jumini Lestari, selaku Guru kelas III SDN Kejambon 1, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

9. Siswa-siswi kelas III SDN Kejambon 1, yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

10.Teman-teman PGSD UNY angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan. 11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membanggun.Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

Yogyakarta, Januari 2016 Penulis,


(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PERNYATAAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

MOTTO...v

PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E.Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A.Kajian tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 9

1. Pembelajaran IPA ...9

2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ...11

3. Tujuan Pembelajaran IPA ...12

4. Ruang Lingkup IPA...13

5. Prinsip Pembelajaran IPA ...13

B.Kajian tentang Keterampilan Komunikasi IPA ...15


(11)

xi

2. Indikator Keterampilan Komunikasi IPA ... 18

3. Unsur-unsur Komunikasi IPA ... 19

4. Pengembangan Keterampilan Komunikasi IPA ... 22

C.Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar ... 22

D.Kajian tentang Metode-metode Pembelajaran IPA ... 26

E.Kajian tentang Metode Guided Discovery ... 31

1. Pengertian Metode Discovery ... 31

2. Metode Guided Discovery ...34

3. Rencana dan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menerapkan Metode Guided Discovery ... 36

4. Keuntungan dan Kelemahan Metode Guided Discovery ... 40

5. Peran Guru dan Siswa dalamMetode Guided Discovery ... 42

6. Metode Guided Discovery dan Keterampilan Komunikasi IPA ... 43

F. Kerangka Pikir ... 44

G.Hipotesis Tindakan ... 46

H.Definisi Operasional ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 48

B.Subjek dan Objek Penelitian ... 48

C.Setting Penelitian ... 49

D.Desain Penelitian ... 49

E.Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Instrumen Penelitian ... 53

G.Teknik Analisis Data Penelitian ... 55

H.Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian... 57

1. Deskripsi Lokasi Penlitian... 57

2. Deskripsi Data Awal Siswa Pra Siklus... 58

3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 59


(12)

xii

B.Pembahasan Hasil Penelitian... 103

C.Keterbatasan Penelitian ... 109

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 110

B.Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Perbedaan Metode Pembelajaran Konvensional, Guided Discovery,

danInquiry ... 34 Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi AktivitasGuru dalamMenerapkan

Metode Guided Discovery ... 54 Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 55 Tabel 4. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 56 Tabel 5. PeningkatanPresentase Keterampilan Komuikasi IPA

Menggunakan Metode Guided Discovery pada Siklus I ... 76 Tabel 6. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan

Siklus I ... 77 Tabel 7. Peningkatan Presentase Keterampilan Komunikasi IPA

Menggunakan Metode Guided Discovery pada Siklus II ... 97 Tabel 8. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus

dan Siklus II ... 97 Tabel 9. Peningkatan Presentase Keterampilan Komunikasi IPA

Menggunakan Metode Guided Discovery ... 100 Tabel 10. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus,

Siklus I, dan Siklus II ... 101 Tabel 11.Kriteria KeterampilanKomunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus,


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Model Penelitaian Tindakan Kelas ... 50 Gambar 2. Siswa Masih Kurang Bertanya ... 62 Gambar 3. Sebagian Siswa Masih Terlihat Kurang Antusias dalam Kegiatan

Percobaan ... 64 Gambar 4. Sebagian Siswa Masih Kurang Bersemangat, Malu dan Takut ... 66 Gambar 5. Siswa MasihKurang Antusias dalam Menanggapi Hasil

Percobaan Kelompok Lain ... 67 Gambar 6. Guru Belum Menggunakan Papan Tulis ... 68 Gambar 7. Siswa Mencontek dalam Mengerjakan Soal Evaluasi ... 68 Gambar 8. Diagram Peningkatan Ketrampilan Komunikasi IPA pada Pra

Siklus dan Siklus I ... 78 Gambar 9. Siswa Terlihat Antusias saat Melakukan Percobaan ... 83 Gambar 10. Siswa Terlihat Antusias saat Melakukan Percobaan dan Guru

Membimbing Siswa ketika Menemui Kesulitan ... 86 Gambar 11. Guru Memberikan Reward kepada Siswa ... 88 Gambar 12. Siswa Mulai Tertib Mengerjakan Soal Evaluasi ... 89 Gambar 13. Diagram Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra

Siklus dan Siklus II ... 98 Gambar 14. Diagram Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi Siswa dan Guru ... 117

Lampiran 2. Pedoman Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 118

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 120

Lampiran 4. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided Discovery ... 127

Lampiran 5. Hasil Observasi Siswa ... 129

Lampiran 3. Hasil Observasi Guru ... 135

Lampiran 4. Data Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 141

Lampiran 5. Silabus Pembelajaran ... 146

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 158

Lampiran 7. Hasil Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 203

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian ... 212


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Terdapat beragam keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk memaksimalkan pemahaman terhadap pembelajaran IPA seperti yang disampaikan oleh Harlen (Patta Bundu, 2006: 24) bahwa lima jenis keterampilan proses yang harus dikuasai khusus untuk pembelajaran di sekolah dasar, yaitu: observasing (colleting data, measuring), planning (raising questioning, predicting, devising enquiries), hypothesizing (suggesting explanation), interpreting (considering evidence, evaluating), communicating (presenting report, using secondary sources). Salah satu keterampilan yang sangat penting namun susah untuk dikuasai siswa III adalah keterampilan komunikasi.

Keterampilan komunikasi merupakan salah satu proses pembelajaran IPA yang harus dikuasai siswa kelas III di SDN Kejambon 1. Keterampilan ini harus mendapatkan perhatian lebih dari para pengajar karena melalui keterampilan komunikasi,siswa kelas III dapat menggali dan menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya kepada masyarakat baik secara lisan maupun tulisan.

Keterampilan komunikasi pembelajaran IPA sering digunakan dalam menyampaikan hasil pengamatan dan penyelidikan. Peran guru sangat diperlukanuntuk membimbing siswa dalam mengajarkan keterampilan berkomunikasi. Guru melatih siswa dalam keterampilan berkomunikasi seperti yang diungkap Rustaman (2005: 84) bahwa berkomunikasi dapat dilakukan melalui tulisan, gambar (grafik, bagan), membaca dan berbicara (diskusi,


(17)

2

presentasi), maka hendaknya guru merencanakan agar kegiatan belajar mengajarnya terdapat kesempatan untuk itu. Guru dapat memilih gambar, bagan, grafik dan tabel untuk memulai kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi, dan mendorog mereka untuk menjawab pertanyaan yang disertakan bersamanya. Dengan kata lain guru sebaiknya menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk membaca data dalam gambar atau tabel dan mengemukakannya kembali. Selain itu guru memberikan tugas kepada siswa untuk menyajikan data hasil pengamatan ke dalam bentuk tabel atau grafik.

Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan salah satu modal dasar untuk segala yang dikerjakan siswa. Grafik, bagan, peta, lambang-lambang, diagram, dan demontrasi, sama baiknya dengan kata-kata yang ditulis dan dibicarakan, yang semuanya adalah cara-cara komunikasi yang seringkali digunakan dalam ilmu pengetahuan. Komunikasi yang jelas, hendaknya dilatih dan dikembangkan pada diri siswa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan, dan kebutuhan lain. Manusia mulai belajar pada kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Komunikasi antar manusia itu menggunakan alat penghubung berupa lambang-lambang dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa tubuh dan lain-lainnya, sehingga pesan mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima pesan (Poniran, 2000: 2). Oleh karena itu, mengkomunikasikan diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta,


(18)

3

konsep dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3 Juni 4, 5 dan 11 Agustus di kelas III SDN Kejambon 1, Sleman diperoleh informasih bahwa dalam proses pembelajaran siswa kelas III kurang aktif. Hal tersebut disebabkan karena penggunaan metode ceramah pada kegiatan belajar mengajar masih mendominasi guru, menunjukkan pola pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini mengakibatkan kurang interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa lainnya yang disebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam berkomunikasi.

Kurangnya kemampuankomunikasi IPA yang dimiliki siswa. Komunikasi IPA yang kurangdikuasai siswa seperti mengidentifikasi objek dan peristiwa, selama proses pembalajaran sebagian siswajuga merasa kesulitan saat melakukan identifikasi objek dan peristiwa yang dipelajarainya.Mendeskripsikan objek dan peristiwa, ketika siswa diminta untuk mendeskripsikan objek dan peristiwa saat pembelajaran, siswa mengalami kesukaran dalam mendeskripsikan objek dan peristiwa yang di pelajarinya. Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang tidak diketahui, siswa merasa kegiatan mendeskripsikan objek dan peristiwa secara berkelompok merupakan hal yang sulit dan membosankan, akibatnya siswa lain yang tidak mengerti tidak dapat mengidentifikasi objek dan peristiwa yang dipelajarinya. Membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan, siswa seringkali mengeluh ketika diminta untuk membagikan informasi kepada yang lain dengan


(19)

4

lisan maupun tulisan hasil yang dipelajarinya. Pemikiran verbal, selama pembelajaran berlangsung sebagian siswa masih malu dan kurang aktif dalam menyampaikan pemikiran verbal yang diketahuinya. Kurangnya kemampuan komunikasi IPA yang dimiliki siswa disebabkan karena kurangnya bimbingan dari guru selama proses pembelajaran.Kurangnya bimbingan dari guru menjadi salah satu alasan kemampuan komunikasi IPA siswa kurang.

Selain itu, kemampuan siswa dalam menemukan konsep masih kurang. Hal tersebut disebabkan karena guru terkadang lupa bahwa perannnya sebagai pembimbing, misalnya guru tidak membimbing siswa dalam menemukan suatu konsep tetapi langsung memberi penjelasan secara lengkap tanpa memberi kesempatan siswa untuk menemukan sendiri. Dalam proses pembelajaran guru di kelas, guru telah mengenal metode lain selain metode ceramah yakni metode guided discovery. Tetapi, dalam penggunaan metode guided discovery, guru belum menerapkannya dengan optimal. Kurang optimalnya penggunaan langkah-langkah metode guided discoveryseperti saat guru menetapkan standar perilaku siswa, gurubelum menetapkan standar perilaku siswa dengan tepat. Pemberian pertanyaan, saat proses pembelajaran berlangsung guru kurang memancing pemahaman siswa. Memberikan motivasi atau penguatan, selama proses pembelajaran kurangnya motivasi dan penguatan yang diberikan guru.Pembentukan kelompok kerja, dalam membentuk kelompok kerja, guru tidak memperhatikan kemampuan siswa dalam satu kelompok. pembentukkan kelompok diskusi yang tidak sesuai, mengakibatkan siswa kurang memaksimalkan keterampilan komunikasi lisan saat bertukar pendapat dan


(20)

5

menjelaskan hasil penemuan serta tertulis pada saat menuliskan laporan hasil penemuan yang telah dilakukan. Ketika memastikan alat dan bahan yang perlu disediakan sesuai kebutuhan siswa, guru belum memastikan alat dan bahan yang akan digunakan sudah sesuai atau tidak dengan kebutuhan siswa. Memberikan penilaian. Membimbing siswa menyimpulkan materi dan memberikan tindak lanjut, selama proses pembelajaran siswa hanya menyimak materi yang disampaikan dan tidak memberikan tindak lanjut seperti mengerjakan evaluasi.Peggunaan metode guided discovery yang kurang optimal menyebabkan proses pembelajaran kurang maksimal.

Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA dengan meningkatkan kegiatan komunikasi siswa, yakni membentuk kelompok diskusi yang heterogen. Dalam kelompok diskusi yang baik seharusnya terdiri dari siswa dengan kemampuan heterogen. Karena, keterampilan komunikasi IPA bagi siswa kelas III sekolah dasar memiliki pengaruh penting. Dengan menggunakan keterampilan komunikasi IPA siswa dapat mengkomunikasikan segala hal yang diketahuinya kepada guru dan teman-temannya. Meningkatkan kegiatan komunikasi siswa dapat dilakukan dengan melakukan tanya jawab antara guru dan siswa, diskusi kelompok, dan presentasi saat kegiatan pembelajaran.

Selain itu, perlunya pengoptimalan penggunaan metode guided discovery. Melalui metode guided discovery, tidak menutup kemungkinan dapat membantu siswa dalam mengkomunikasikan hasil penemuannya. Hal tersebut senada dengan pendapat Oemar Hamalik (2005: 188) yang mengemukakan metode guided


(21)

6

discovery, siswa melakukan discovery sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat atau benar.

Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA melalui metode guided discovery pada siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1, Sleman. Penggunaan metode ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa baik secara lisan maupun tertulis apa yang mereka ketahui atau kerjakan.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut. 1. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.

2. Siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 memiliki kemampuan komunikasi IPA yang masih kurang.

3. Kurangnya kemampuan siswa dalam menemukan konsep. C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatkan keterampilan komunikasi IPA melalui metode guided discovery di SDN Kejambon 1, Sleman.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan keterampilan komunikasi IPA

dengan penerapan guided discovery di kelas III SDN Kejambon 1 ?”. E. Tujuan Penelitian


(22)

7

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SDN Kejambon 1 melalui metode guided discovery.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia bagi guru, siswa, sekolah dan peneliti sendiri.Secara umum manfaat penelitian tindaka kelas dapat dilihat dari dua segi yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan dan pedoman untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang menerapkan metode guided discovery dalam pembelajaran.

b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan metode guided discovery untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

1) untuk memberikan pengalaman, menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam merangcang metode yang tepat dan mempermudah proses pembelajaran melalui metode guided discovery, dan


(23)

8

2) memotivasi kreativitas dan aktivitas guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

b. Bagi Siswa

1) memperoleh pengalaman langsung, dan

2) siswa lebih menguasai keterampilan komunikasi IPA. c. Bagi Sekolah

1) dapat memberikan masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan, dan

2) memberikan sumbangan yag positif terhadap kemajun sekolah, khususnya pembelajaran IPA dan umumnya seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah.

d. Bagi peneliti, merupakan suatu masukan pengetahuan sehingga dapat mempersiapkan diri untuk mengajar lebih baik.


(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar 1. Pembelajaran IPA

Menurut Trianto (2010: 136), IPA merupakan bagian dari Ilmu

Pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris “science” diambil

dari kata latin “scientia” yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus pengetahuan alam atau IPA. Menurut Hendro Darmojodan Deny Kaligis (1992: 3) mengatakan bahwa, IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah “ilmu” tentang “pengetahuan alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar, dan masuk akal atau logis. Sedangkan pengetahuan artinya segala sesuatu yang di ketahui manusia.IPA adalah pengetahuaan atau ilmu tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta dengan segala isinya. Senada dengan hal tersebut, Carin and Sund (Patta Bundu, 2006: 4) menyatakan bahwa sains merupakan suatu pengetahuan tentang alam semesta yang bertumpu pada data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan percobaan, sehingga di dalamnya memuat produk, proses dan sikap manusia.


(25)

10

IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA tedahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis.Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori.

b. IPA sebagai proses

IPA sebagai proses adalah proses mendapatkan IPA atau yang dikenal dengan metode ilmiah. Metode ilmiah untuk anak sekolah dasar dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak sekolah dasar dapat melakukan penelitian sederhana. Pentahapan pengembangannya disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses penelitian atau eksperimen yang meliputi observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi, hipotesis, mengendalikan variabel, merencanakan dan melakukan penelitian, inferensi, aplikasi, dan komunikasi.

c. IPA sebagai pemupuk sikap

Sikap pada pengajaran IPA dibatasi pada sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Ada sembilan aspek sikap dari ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia sekolah dasar. Kesembilan sikap tersebut yaitu sikap ingin tahu, ingin mendapatkan sesuatu yang baru, kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, kedisiplinan diri. Sikap ilmiah dapat dikembangkan ketika siswa


(26)

11

melakukan diskusi, percobaan, simulasi atau kegiatan lapangan. 10 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan

Patta Bundu (2006: 9) mengartikan sains sebagai sejumlah proses kegiatan untuk mengumpulkan informasi secara sistematik tentang apa yang ada di dunia sekitar, sains merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan tertentu, sains dapat dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuwan menggunakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Sains didasarkan pula pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa dunia ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan tanpa bergantung metode kausalitas, melainkan melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan.IPA merupakan ilmu yang mempelajari gejala alam, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik, serta memuat produk, proses, dan sikap manusia. Peneliti juga menyimpulkan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya.

2. Pembelajaran IPA di Sekolah dasar

Hergenhahn (Usman Samatowa, 2011: 104) mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari proses pembelajaran. De Vito et al. (Usman Samatowa, 2011: 104) mengemukakan


(27)

12

bahwa pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa.Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang diperlukan dan menimbulkan kesadaran kepada siswa bahwa belajar IPA sangat diperlukan untuk

dipelajari. Maslichah Asy’ari (2006: 22) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA

harus faktual (tidak hanya secara verbal) dan tidak hanya mementingkan produk saja, akan tetapi proses untuk mendapatkan pengetahuan.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA siswa perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan proses IPA. Nur dan Wikandri (Trianto 2010: 143) juga mengemukakan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar menekankan pada keterampilan proses di mana siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah itu sendiri yang dapat berpengaruh positif terhadap proses pendidikan maupun produk pendidikan.

3. Tujuan Pembelajaran IPA

Usman Samatowa (2006: 3) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut.

a. IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA.Sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan, pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA.


(28)

13

b. Bila IPA diajarkan meurut cara yang tepat maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikirkritis.

c. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilaksanakan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan pelajaran yang bersifat hafalan belaka.

d. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian secara keseluruhan.

Tujuan utama IPA di SD adalah membantu siswa memperoleh ide, pemahaman, dan keterampilan esensial sabagai warga negara. Life skill esensial yang perlu dimiliki siswa adalah kemampuan menggunakan alat tertentu, kemampuan mengamati bendadan lingkungan sekitarnya, kemampuan mendengarkan, kemampuan mengkomunikasi secara efektif, menanggapi dan memecahkan masalah secara efektif.

4. Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup bahan kajian mata pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (Maslihah Asy’ri, 2006: 24) adalah sebagai berikut.

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yang meliputi Manusia, hewan, tumbuhn dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

b. Benda atau Materi, sifat-sifat dan kegunaannya, yang meliputi : cair, padat dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.


(29)

14

d. Bumi dan Alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

5. Prinsip Pembelajaran IPA

Prinsip yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA (Maslichah Asy’ari, 2006: 25) adalah sebagai berikut.

a. Empat Pilar Pendidikan Global. b. Inkuiri.

c. Kontruktivisme.

d. Salingtemas (Sain- Teknologi- Teknologi dan Masyarakat). e. Pemecahan Masalah.

f. Pembelajaran bermuatan nilai.

g. Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).

Prinsip-prinsip di atas tersebut nampak bahwa semuanya dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk menunjang penerapan prinsip-prinsip di atas dalam mengelola pembelajaran perlu:

a) menyajikan kegiatan yang beragam sehingga tidak membuat siswa jenuh, b) menggunakan sumber belajar yang bervariasi,

c) sesekali dapat bekerjasama dengan masyarakat, kantor-kantor, bank, dan lain-lain sebagai sumber informasi yang terkait dengan praktek kehidupan sehari-hari,


(30)

15

d) memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, karena belajar akan bermakna apabila berhubungan langsung pada permasalahan di sekitar siswa,

e) kreatif menghadirkan alat bantu pembelajaran, dan

f) menciptakan suasana kelas yang menarik, misalnya pajangan hasil karya siswa atau benda-benda lain, peraga yang mendukung proses pembelajaran.

B. Kajian tentang Keterampilan Komunikasi IPA

Keterampilan komunikasi IPA adalah salah satu dari keteremapilan proses yang perlu dikuasai oleh siswa. Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. Abizar (1988: 2) mengemukakan komunikasi adalah kegiatan pertukaran atau berbagi informasi (sharing information), dan berbagi pengalaman antara seseorang dengan orang lain dalam mengembangkan daya pikir. Menurut Poniran (2000: 2) komunikasi antar manusia itu menggunakan alat penghubung berupa lambing-lambang dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa tubuh dan lain-lainnya, sehingga pesan mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima pesan.

Dari definisi beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi tidak sekedar media penyampain pesan belaka yang mungkin menguntamakan salah satu pihak saja melainkan lebih kepada jalinan antara pribadi dengan


(31)

pihak-16

pihak di dalamnya.Oleh karena itu, agar komunikasi berjalan dengan baik dan lancar serta memberi manfaat baik bagi pihak penyampain pesan maupun bagi pihak penerima pesan, maka diperlukan adanya keterampilan mengkomunikasi. Menurut Hafied Changara (2007:85) keterampilan komunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan kepada khalayak (penerima pesan). Selanjutnya menurut Anwar Arifin (2008:58) kemampuan komunikasi adalah keterampilan sesorang dalam menyampaikan pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan.

Menurut Indrawati (1999: 16) keterampilan berkomunkiasi adalah salah satu keterampilan proses yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyampaikan gagasan atau ide agarlebih efektif,baik melalui lisan atau tulisan. Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 144 ) mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut Esler dan Esler (Nasution, 2007: 144) dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian secara rinci.

Keterampilan komunikasi ini sebaiknya dimiliki oleh siswa karena, dengan adanya keterampilan komunikasi siswa dapat menyampaikan semua pengetahuanya kepada orang lain melalui pesan lisan maupun tertulis. Hal ini dipertegas oleh Hendro Darmojo dan Deny Kaligis (1991: 51) yang mengatakan bahwa, keterampilan komunikasi adalah kemampuan siswa untuk dapat mengkomunikasikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil penelitiannya kepada orang lain baik secara tertulis maupun lisan. Komunikasi


(32)

17

yang sering digunkan dalam pembelajaran IPA yaitu grafik, diagram, peta, table, symbol, demontrasi visual, dan presentasi.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengkomunikasi IPA adalah kemampuan sesorang atau siswa untuk menyampaikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil penelitiannya kepada orang lain dengan jelas dan mudah dipahami baik secara lisan maupun tertulis. Untuk itu, agar mampu melakukan komunikasi yang baik, maka seseorang harus memiliki ide dan penuh daya kreativitas yang tentunya dapat dikembangkan melalui berbagai latihan dengan berbagai macam cara, salah satunya membiasakan diri dengan berdiskusi. Dalam penelitian yang akan dilakukan keterampilan komunikasi IPA dilihat melalui kebiasaan siswa dalam melakukan tanya jawab,berdiskusi secara kelompok, dan presentasi pada saat pembelajaran IPA berlangsung.

1. Jenis-jenis Keterampilan Komunikasi IPA

Berdasarkan jenis penyampaiannya keterampilan komunikasi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a) keterampilan komunikasi lisan

Komunikasi lisan secara langsung adalah komunikasi yang di lakukan oleh dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka,


(33)

18

Komunikasi tetulis adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantara tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunkan bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima, dan c) keterampilan komunikasi non-verbal

Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contohnya ialah menggunakan gerak isyarat, simbol-simbol, dan lain sebagainya (Gus Asta Iswara: 2014).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis penyampaian keterampilan komunikasi sesuai dengan keterampilan komunikasi IPA di dalam penelitian yang akan dilakukan. Keterampilan komunikasi lisan IPA pada penelitian yang akan dilakukan dilihat pada saat siswa melakukan tanya jawab dengan guru, berdiskusi dengan kelompok, dan presentasi hasil penemuan mereka. Keterampilan komunikasi tertulis IPA pada penelitian yang akan dilakukan dilihat pada saat siswa mampu menuliskan laporan hasil penemuan yang sudah dilakukan.

2. Indikator Keterampilan Komunikasi IPA

David Jerner Martin (2009: 101) mengemukakan indikator keterampilan komunikasi, yaitu:

a) identifies objects and events accurately (mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat),

b) describes objects and events accurately (mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat),


(34)

19

c) provides description such that others can identify unknown

objects(membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat

mengidentifikasi objek yang tidak diketahui),

d) formulates reasonable and logical arguments to justify explanations and conclusions(menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan),

e) transmits information to others accurately in oral and written

formats,and(membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan), dan

f) verbalizes thinking

Usman Samatowa (2011: 102) mengemukakan indikator keterampilan komunikasi adalah sebagai berikut.

a. Menyampaikan dan mengidentifikasikan idea atau gagasan dengan lisan maupun tulisan.

b. Membuat catatan hasil observasi dalam percobaan.

c. Menyampaikan informasi dalam bentuk grafis, chart, atau tabel. d. Memilih alat komunikasi yang cocok agar mudah dipahami orang lain.

Berdasarkan indikator yang telah disampaikan oleh para ahli, maka indikator yang diterapkan dalam penelitian ini adalah.

1. Mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat. 2. Mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat.


(35)

20

3. Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang tidak diketahui.

4. Menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan. 5. Membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan

maupun tulisan. 6. Verbalisasi pemikiran. 3. Unsur-unsur Komunikasi

Lima unsur-unsur komunikasi (Arni Muhammad, 2000: 17) adalah sebagai berikut.

a. Pengirim pesan

Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan-pesan atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan. b. Pesan

Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima pesan. Ini dapat berupa verbal maupun non verbal.

c. Saluran

Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si penerima. Penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. Balikan adalah respons terhadap pesan yang diterima yang dikirimkan kepada si pengirim pesan. Diinterpretasikan sama oleh si penerima berarti komunikasi tersebut efektif.


(36)

21

Berdasarkan pendapat di atas, keterampilan komunikasi IPA memiliki kelima unsur tersebut. Pengirim pesan yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah siswa yang sedang menyampaikan pendapatnya mengenai hasil temuannya. Pesan yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah hasil temuan yang sudah dilakukan. Saluran yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Penerima pesan yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah siswa lain di dalam kelompok masing-masing. Balikan yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah antusias siswa lain menanggapi pendapat temannya.

Menurut Rini Darmastuti (2006: 3) menyatakan bahwa komunikasi yang terjadi dalam kehidupan manusia terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu:

1) komunikasi personal (personal communication)

Komunikasi Personal merupakan komunikasi yang terjadi dalam diri individu maupun antar individu. Komunikasi personal terdiri dari:

a) komunikasi Intrapersonal merupakan komunikasi yang terjadi dalam diri individu itu sendiri. Misalnya ketika dia sedang merenung, mengevaluasi diri, dan sebagainya, dan

b) komunikasi Antarpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.


(37)

22

a) komunikasi kelompok kecil misalnya ceramah, diskusi panel, forum, seminar, dll,

b) komunikasi kelompok besar misalnya pidato lapangan, kampanye di lapangan, dan sebagainya, dan

c) komunikasi Massa (Mass Communication) merupakan komunikasi yang ditujukan kepada khalayak besar, dengan khalayak yang heterogen dan tersebar dalam lokasi geografis yang tidak dapat ditentukan. Komunikasi massa ini biasanya menggunakan media, baik media cetak maupun media elektronik. Bentuk-bentuk komunikasi massa ini adalah pers, radio, televisi, film.

3) Komunikasi Media (Media Communication)

Merupakan media komunikasi yang terjadi dengan menggunakan media seperti : surat, telepon, poster, spanduk, dll.

Berdasarkan pendapat di atas, bentuk ketarampilan komunikasi personal yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah komunikasi antarpersonal karena komunikasi yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Komunikasi kelompok yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah komunikasi kelompok kecil yang berupa diskusi kelompok. Komunikasi kelompok kecil dalam IPA adalah sebuah kelompok, yang terdapat interaksi antar anggota kelompok. Untuk itu, komunikasi kelompok lahir sebagai bentuk komunikasi. Komunikasi kelompok mengatur bagaimana komunikasi berjalan dengan anggota kelompok satu dengan yang lainnya, bagaimana interaksi yang terjadi di dalam kelompok itu sendiri.


(38)

23

4. Pengembangan Keterampilan Komunikasi IPA

Potensi siswa dalam kegiatan sains banyak yang dapat dikembangkanuntuk mengkomunikasikan hasil kegiatan mereka yang meliputi bentuk penyajian, peserta, dan tujuan penyajian. Bentuk penyajian misalnya, tulisan, ceramah, gambar, atau pajangan. Peserta misalnya, diri sendiri, siswa yang lain, guru atau orangtua. Tujuan misalnya, pengembangan ide/pemikiran, laporan kegiatan yang telah dilaksanakan, menyajikan hasil observasi, temuan atau kesimpulan.

C. Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar

Jean Piaget (Elida Prayitno,1992: 66) mengemukakan bahwa tahap-tahap perkembangan anak terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) tahap sensori motorik, 2) tahap pra operasional, 3) tahap operasional konkret, dan 4) tahap operasional formal.

1) tahap sensori motorik (usia 0-2 tahun), pada tahap ini anak belum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Anak hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan inderanya,

2) tahap pra operasional (usia 2-6 tahun), pada tahap ini anak mulai tumbuh perkembangan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dijumpai di lingkungan sekitar saja,

3) tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada tahap ini anak mampu berpikir dengan logika jika memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret atau nyata. Anak belum mampu berfikir secara abstrak, 4) tahap operasional formal (usia 12 tahun ke atas), pada tahap ini anak, dan


(39)

24

5) sudah mempunyai pemikiran yang abstrak.

Berdasarkan tahap-tahap perkembangan anak tersebut, dapat diketahui bahwa anak usia sekolah dasar (usia 7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap tersebut, anak mampu berpikir dengan logika jika memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret atau nyata, yaitu dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan persoalan tersebut. Demikian juga dalam memahami suatu konsep, anak sangat terikat pada proses mengalami sendiri, artinya anak mudah memahami konsep jika anak mengamati pengertian konsep tersebut atau anak melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut. Anak mampu menyelesaikan masalah-masalah yang divisualkan dan sangat sulit memahami masalah-masalah yang sifatnya verbal.Anak pada tahap operasional konkret tidak dapat menerima sesuatu jika tidak sesuai dengan kenyataan yang mereka alami.Segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami.

Basset, Jacka, dan Logan (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1999:12) mengemukakan karakteristik anak sekolah dasar secara umum adalah sebagai berikut.

1. Secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.

2. Senang bermain dan lebih suka bergembira/ riang.

3. Suka mengatur dirinya sendiri untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru.


(40)

25

4. Biasanya tergetar perasaanya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalankegagalan.

5. Belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi.

6. Belajar dengan cara berkerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.

Maslichah Asy’ari (2006: 38) mengemukakan masa perkembangan intelektual anak sekolah dasar dibedakan menjadi 2 fase.Fase tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Siswa kelas rendah (6-9 tahun) atau kelas 1 sampai 3 Siswa kelas rendah memiliki kekhasan antara lain:

a) penalarannya bersifat trasduktif artinya bukan induktif dan bukan deduktif, melainkan bergerak dari sesuatu yg khusus ke hal yg khusus lagi,

b) tidak dapat berpikir reversibel atau bolak-balik, artinya tidak bisa berfikir ke titik awal,

c) bersifat egossentris artinya memandang sesuatu dari sudut pandang dirinya sendiri,

d) belum memiliki pengertian kekekalan materi, dan e) belum bisa berfikir secara abstrak.

2. Siswa kelas atas (9-12 tahun) atau kelas 4 sampai 6 Siswa kelas tinggi memiliki kekhasan antara lain:


(41)

26

a) dapat berfkir reversibel atau bolak-balik,

b) dapat melakukan pengelompokan dan menentukan urutan, dan

c) telah mampu melakukan operasi logis, tetapi pengalaman yang dipunyai masih terbatas.

Dengan demikian kelas III sekolah dasar termasuk dalam kelas rendah dan masih dalam tahap operasional konkret dimana pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran yang telah dikembangkan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Sri Sulistyorini (2007: 40), karakteristik anak usia sekolah dasar pada tahap operasional konkret perlu dijadikan landasan dalam menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran bagi mereka.

Berdasarkan karaketristik siswa kelas III di SD Negeri Kejambon 1 proses pembelajaran harus dirancang guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar, dan metode belajar sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam menciptakan stimulus respon agar siswa menyadari kejadian di sekitar lingkungannya. Siswa kelas rendah di SD Negeri Kejambon 1 masih banyak membutuhkan perhatian karena fokus konsentrasinya masih kurang, perhatian terhadap kecepatan dan aktivitas belajar juga masih kurang karena siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 masih dalam tahap operasional konkret. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam membimbing siswa selama proses belajar mengajar berlangsung sehingga memungkinkan siswa untuk melihat (seeing), berbuat sesuatu (doing), melibatkan diri dalam proses belajar (undergoing), dan mengalami langsung (experiencing) hal-hal yang dipelajari.


(42)

27

Untuk itu, diperulukan metode belajar yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa kelas rendah.yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery). Metode pembelajaran terbimbing merupakan metode yang digunakan untuk membangun konsep di bawah pengawasan guru (Sani, 2013:221). Tanpa bimbingan guru, siswa sekolah dasar masih mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan,dan merancang kegiatannya.

D. Kajian tentang Metode-metode Pembelajaran IPA

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyedikan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Hal ini akan menyebabkan adanya tuntutan kepada setiap guru untuk dapat mengajar dengan baik. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Guru akan memiliki kompetensi mengajar, memiliki pemahaman dan penerapan berbagai metode pembelajaran di samping kemampuan-kemampuan lainnya. Pemahaman dan penerapan metode pembelajaran yang tepat akan memudahkan siswa dalam menerima dan memahami materi yang disampaikan. Dengan metode yang tepat pun, kesulitan guru dalam menyampaikan materi bisa diminimaliskan.

Nana Sudjana (2010: 76) mengungkapkan metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.Menurut M. Sobri Sutikno (2009: 88) menegaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam


(43)

28

upaya untuk mencapai tujuan. Jadi jelas bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan (Zainal Aqib, 2014: 70). Dalam pembelajaran metode pembelajaran adalah suatu cara yang fungsinya adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Wina Sanjaya (2010: 147) metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Bagi guru ataupun calon guru pengetahuan mengenai metode-metode pembelajaran inisangatlah penting. Metedologi pembelajaran pada hakikatnya merupakan penerapan prinsip – prinsip psikologi dan prinsip – prinsip pendidikan bagi perkembangan peserta didik. Metedologi pembelajaran ini bersifat interaktif edukatif selalu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pemebelajaran yang ada di sekolah.

Beberapa metode dalam pemebelajaran IPA yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar, sebagai berikut.

a. Metode ceramah

Menurut Wina Sanjaya (2006: 147) mengemukakan bahwa metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.

Kelebihan metode cermah diantaranya adalah: 1) guru dapat menguasai seluruh kelas, 2) mudah mengorganisasikan kelas, dan


(44)

29 Kelemahan metode cermah diantaranya adalah:

1) bila terlalu lama digunakan, cenderung membosankan, 2) peran serta siswa dalam pembelajaran rendah,

3) perhatian dan motivasi siswa sulit diukur, dan 4) keberhasilan siswa tidak terukur.

b. Metode Diskusi

Menurut Zainal Aqib (2014: 107) diskusi adalah interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali, memperdebatkan topic atau permasalahan tertentu.

Kelebihan metode diskusi diantaranya adalah:

1) memperluas wawasan,

2) merangsang kreativitas peserta didik, dan

3) mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain. Kekurangan metode diskusi diantaranya adalah:

1) menyita waktu dan jumah siswa harus sedikit,

2) apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum, dan 3) siswa mendapat informasi yang terbatas.

c. Metode Demontrasi

Menurut Muhibbin Syah (2006: 208) demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Dengan


(45)

30

metode demontrasi , proses penerimaan materi yang didapatkan oleh siswa akan terkesan mendalam sehingga memebentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Kelebihan metode demontrasi diantaranya adalah:

1) dapat membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, 2) siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari,

3) proses pengajaran lebih menarik, dan

4) siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.

Kekurangan metode demontrasi diantaranya adalah:

1) metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang denganhal itu, pelaksanaan demontrasi akan tidak efektif,

2) fasilitasi seperti peralatan, tempat,dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik, dan

3) demontrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu satu jam pelajaran lain.

d. Metode Eksperimen

Menurut Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2002: 95) eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaa dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiriatau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,


(46)

31

mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu.

Kelebihan metode eksperimen diantaranya adalah:

1) membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan,

2) dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagii kehidupan manusia, dan

3) hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

Kekurangan metode eksperimen diantaranya adalah:

1) metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi,

2) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal,

3) metode ini menutut ketelitian, keuletan dan ketabahan, dan

4) setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan.

e. Metode Discovery

Metode discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi, metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflktif. Menurut Sund dalam (Zainal Aqib, 2014: 118) menyatakan discovery adalah proses mental dimana


(47)

32

siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud proses mental tersebut yaitu mengamati, mencerna, mengerti, mengolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, memuat kesimpulan, dan sebagainya. E. Kajian tentang Metode Guided Discovery

1. Pengertian MetodeDiscovery

Metode discovery merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang mengajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, dan mencari sendiri. Dalam pembelajaran IPA, IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik, sehinga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja. IPA juga merupakan proses penemuan (discovery). Untuk itu, pendidikan IPA di Sekolah Dasar diharapkan menjadi wahan bagi siswa sekolah untuk mempelajari dirinya sendiri dan kaitannya dengan alam sekitar.

Suryosubroto (2009: 178) menyatakan bahwa metode discovery diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai pada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Penggunaan metode discovery dalam proses belajar mengajar, memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.

Sementara itu, Ridwan Abdullah Sani (2013: 220) menyatakan bahwa, discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi


(48)

33

yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Pembelajaran discovery merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru untuk lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri.

Hamdani (2011: 184) berpendapat bahwa discovery (penemuan) adalah proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Adapun proses mental misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan. Guru melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar pendapat yang berwujud diskusi, seminar, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneiliti menyimpulkan bahwa metode discovery merupakan proses belajar dimana siswa berperan aktif untuk menemukan dan memperoleh pengetahuannya sendiri dengan pengamatan atau diskusi dalam rangka mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna.

Menurut Sapriati (2009: 1.28) ada dua macam atau jenis pembelajaran penemuan sebagai berikut.

a. Pembelajaran penemuan murni (free discovery)

Pembelajaran penemuan murni (free discovery) merupakan pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan.

b. Pembelajaran penemuan terarah atau penemuan terbimbing (Guided Discovery).

Pembelajaran penemuan terarah/terbimbing (Guided Discovery) merupakan pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya.


(49)

34

Demikian juga menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 204-205), metode penemuan atau pengajaran penemuan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: penemuan murni, pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat pada siswa dan tidak terpusat pada guru, kegiatan penemuan ini hampir tidak mendapatkan bimbingan guru; dan penemuan terbimbing, pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi pelajaran, berupa; petunjuk, arahan, 14 pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat dua jenis metode discovery yaitu: metode penemuan murni (free discovery) dan metode penemuan terbimbing (guided discovery).

2. Metode Guided Discovery

Ditinjau dari penempatan guru dan siswa dalam pembelajaran terdapat tiga macam metode pembelajaran IPA yaitu exposition (konvensional), guided discovery dan inquiry.Pada metode exposition (konvensional) guru lebih mendominasi sedangkan siswa pasif, lain halnya dengan metode inquiry di mana siswa bersikap lebih aktif dan guru bertugas sebagai fasilitator. Pembelajaran melalui metode guided discovery mengkombinasikan dari dua metode tersebut, selain sebagai fasilitator guru juga aktif dalam membimbing siswa dalam memperoleh pengetahuan dan menempatkan siswa untuk aktif (Carin & Sund, 1989: 91). Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel pada halaman berikut ini. Tabel 1 : Perbedaan Metode Pembelajaran Konvensional, Guided Discovery, dan Inquiry


(50)

35 Metode

Pembelajaran

Expositon

(Konvensional) Guided Discovery Inquiry

Guru Aktif dan lebih

mendominasi

Aktif dan sebagai fasilitator

Fasilitator

Siswa Pasif Aktif Aktif

Dari table diatas, metode guided discovery atau penemuan terbimbing merupakan metode pembelajaran yang menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep atau teori, pemahaman, dan pemecahan masalah. Proses penemuan tersebut membutuhkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing.

Sejalan dengan uraian diatas, metode guided discovery mengkombinasikan dari dua cara pengajaran yaitu teacher centered dan student centered (Carin & Sund, 1989: 93). Tugas guru dalam metode guided discovery yaitu selain sebagai fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa memperoleh pengetahuan dan menempatkan murid untuk bersikap aktif.

Hendro Darmodjo dan Jenny Kaligis (1991: 37) menyatakan bahwa tujuan dari guided discovery adalah mendapatkan efektivitas yang optimal dari proses pembelajaran yang dilakukan, khususnya bagi anak usia SD. Hal tersebut didukung dengan pendapat Cagne (Oemar Hamalik, 2010: 188) yang mengungkapkan bahwa guided discovery terjadi dengan sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat atau benar.

Collete & Chiapetta (Eka Gunawan: 2010) menyatakan di dalam guided discovery, guru mengidentifikasi sebuah permasalahan dan menyusun


(51)

36

pembelajaran dengan berbagai aktivitas yang akan mengarahkan siswa untuk menemukan pengetahuan baru. Sehingga, guru harus mempunyai keterampilan dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan dan kemampuan untuk meminta jawaban pada saat yang tepat untuk membimbing siswa menemukan pemecahan masalah tanpa menganggu pemikiran siswa.

Pembelajaran guided discovery dapat dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Hal ini dilakukan agar setiap siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.Selain itu, dengan proses kooperatif siswa dapat bertukar ide dan belajar bersama dengan siswa lainnya (Howe, 1993: 197).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa metode guided discovery merupakan metode pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep dan prinsip dengan bimbingan dari guru yang bertujuan untuk mendapatkan efektifitas yang optimal dari proses pembelajaran yang diikuti. Kegiatan pembelajaran guided discovery tepat untuk anak SD karena dengan metode ini siswa dapat membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengembangkan sikap ingin tahu yang mereka miliki.. Di dalam penelitian yang akan dilakukan guided discovery digunakan untuk mengamati peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa.

3. Rencana dan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menerapkan Metode Guided Discovery

Howe (1993: 179) menjelaskan bahwa dalam guided discovery terdapat bagian rencana pelajaran yang hampir sama dengan metode intruksi langsung, tetapi ada bagian dari rencana pelajaran dalam guided discovery yang


(52)

37

menunjukkan karakteristik khusus. Pada metode intruksi langsung, isi pelajaran disajikan secara langsung, seperti menunjukkan, guided discovery lebih mementingkan kontruksi mental peserta didik. Alasan yang paling penting untuk melakukan penemuan adalah proses kognitif, afektif, dan sosial lebih penting daripada hanya sekedar pemerolehan pengetahuan secara kognitif saja.

Setiap rencana pembelajaran memerlukan tujuan, bahan, dan penilaian. Setiap rencana pembelajaran juga memerlukan kegiatan belajar, tetapi jenis dan urutannya bergantung pada metode yang akan digunakan dan tujuan yang akan dicapai. Howe (1993: 185) mengemukakan rencana pembelajaran dengan menerapkan metode guided discovery adalah sebagai berikut.

a. Performance objective (tujuan kinerja)

b. Materials (bahan-bahan yang dibutuhkan)

c. Learning activities (kegiatan pembelajaran)

1. Motivation (pemberian motivasi) Motivasi diberikan agar siswa merasa yakin dapat memecahkan masalah yang akan mereka hadapi. 2. Data collecting (pengumpulan data) Siswa diberi kebebasan untuk

melakukan kegiatan penemuan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan sebelumnya. Guru hendaknya jangan terlalu ikut campur dalam kegiatan pengumpulan data agar siswa benar-benar merasa puas akan kerja keras mereka sendiri.

3. Data processing (pengolahan data) Idealnya, waktu antara

pengumpulan data dengan pengolahan data haruslah pendek. Hal ini agar apa yang mereka peroleh masih segar dalam ingatan mereka.


(53)

38

4. Closure (penutupan) Penutupan dapat dilakukan dengan meminta anak

untuk membuat rangkuman atau kesimpulan atas apa yang telah mereka peroleh. Selain itu, guru juga dapat memberikan ide-ide terbuka yang menggugah rasa ingin tahu anak agar mereka terus berpikir atas apa yang mereka lakukan setelah jam pelajaran berakhir. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan sebuah pertanyaan kepada semua siswa untuk dipikirkan.

5. Appraisal (penilaian) Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah terpenuhi atau belum. Selain dengan tes, penilaian dapat dilakukan dengan observasi atas apa yang telah dilakukan oleh siswa. Proses kognitif lebih penting daripada hanya sekedar domain kognitif saja.

Howe (1993: 196) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran guided discovery adalah sebagai berikut.

a. Mengatur dan menetapkan standar perilaku siswa.

b. Jangan mengatakan tujuan pembelajaran atau konsep yang ingin dicapai. Hal tersebut akan mengacaukan apa yang seharusnya mereka temukan sendiri dan menghancurkan pemikiran penemuan mereka.

c. Prosedur diberikan secara singkat dan jelas. Siswa harus dikondisikan untuk mengikuti prosedur yang telah ditentukan. Guru harus membimbing siswa untuk tidak menciptakan prosedur kegiatan sendiri.

d. Memperkenalkan kosakata baru hanya jika diperlukan dalam konteks pembelajaran.


(54)

39

e. Siswa melakukan kegiatan pengumpulan data tanpa gangguan.

f. Guru dapat berbicara lembut kepada anak sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebosanan.

g. Pisahkan siswa dari bahan-bahan sebelum mereka berdiskusi.

h. Selama pemrosesan data, tanyakan kepada siswa laporan tentang apa yang telah mereka peroleh agar mereka menggambarkan pengamatan yang telah mereka lakukan.

i. Bila mungkin, melanjutkan diskusi melampaui deskripsi dengan meminta anak untuk berpikir tingkat tinggi seperti inferensi, pembenaran, generalisasi, dan spekulasi tentang sistem terkait yang belum dicoba. j. Jangan meringkas pelajaran untuk siswa, biarkan mereka melakukannya

sendiri. Hal ini dilakukan agar siswa memahami atas apa yang mereka peroleh selama proses pembelajaran.

Menurut J. Richard Scuhman (Suryosubroto, 2002: 194), langkah-langkah pembelajaran dalam metode guided discovery adalah sebagai berikut.

a. Adanya problema yang akan dipecahkan. Problema ini dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan.

b. Jelas tingkat/kelasnya, dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan diberi pelajaran. Pada penelitian ini adalah siswa kelas III.

c. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas.

d. Alat dan bahan perlu disiapkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.


(55)

40

e. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya “mental

operation” siswa yang diharapkan dalam kegiatan.

f. Catatan guru, meliputi penjelasan tentang bagian-bagian yang sulit dari pembelajaran.

Berdasarkan uraian langkah-langkah pembelajaran di atas, terdapat perbedaan pendapat yang cukup mencolok antara yang dikemukakan oleh Howe dengan J. Richard Scuhman.Howe menyatakan bahwa konsep atau prinsip yang ingin dicapai tidak diberitahukan terlebih dahulu kepada siswa agar tidak mengacaukan pemikiran penemuan mereka.Adapun menurut J. Richard Scuhman, konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas. Pada penelitian ini, hal yang akan dilakukan adalah konsep atau prinsip yang ingin dicapai tidak diberitahukan terlebih dahulu agar siswa tetap bersemangat untuk menemukan sendiri konsep-konsep tersebut.

Berdasarkan rencana dan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang telah disampaikan oleh para ahli, maka peneliti merangkum langkah-langkah pokok metode guided discovery yang akan diterapkan adalah sebagai berikut.

1. Pemberian pertanyaan.

2. Alat dan bahan yang perlu disediakan sesuai kebutuhan siswa.

3. Kegiatan penemuan berupa kegiatan pengumpulan dan pemrosesan data. 4. Kegiatan diskusi untuk membahas hasil temuan siswa.

5. Menyimpulkan materi pelajaran.


(56)

41

Metode guided discovery mempunyai beberapa keuntungan dan kekurangan sehingga perlu adanya pemahaman dalam melaksanakan metode tersebut. Menurut Jamil Suparihatiningrum (2013: 244-245) menyatakan keuntungan belajar menggunakan metode penemuan terbimbing, sebagai berikut.

a. Mengembangkan potensi intelaktual.

b. Mengubah siswa dari memiliki motivasi dari luar menjadi motivasi dalam diri.

c. Siswa akan belajar bagaimana belajar. d. Mempertahankan memori.

Menurut Suryosubroto (Eka Gunawan, 2010) menyatakan metode Guided Discovery memiliki kekurangan, sebagai berikut.

a. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban bingung dalam usaha mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hl-hal yang abstrak.

b. Metode ini kurang berhasil untukmengajarkelas besar. Misalanya sebagian waktu dapat hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori.

c. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.

d. Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap keterampilan.


(57)

42

e. Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, tidak mungkin ada.

f. Metode ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif apabila pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih daulu oleh guru, demikian proses-proses di bawah pembinaannya. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa metode guided discovery tidak hanya memiliki banyak kelebihan, tetapi juga beberapa kelemahan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai metode ini supaya dalam penerapannya dapat terlaksana dengan efektif.

5. Peran Guru dan Siswa dalam Metode Guided Discovery

Guru memiliki peran penting dalam metode guided discovery. Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis (1993: 37) mengemukakan peran guru dalam metode guided discovery: (a) memberikan bimbingan dan pengarahan agar siswa dapat mencapai tujuan atau dapat menemukan konsep-konsep IPA, (b) melontarkan masalah serta memberikan alternatif pemecahannya, (c) memonitor proses belajar, (d) menolong siswa yang mengalami hambatan melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan, dan (e) memberikan penilaian.

Menurut Oemar Hamalik (2010: 188) dalam menerapkan metode terbimbing guru perlu memiliki keterampilan memberikan bimbingan yaitu mendiagnosis kesulitan-kesulitan siswa dan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Guru berperan sebagai fasilitator yang


(58)

43

membimbing siswa dalam proses pembelajaran dan memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh siswa.

Selain guru, siswa juga memiliki peran penting dalam metode guided discovery. Menurut Suprihadi Saputro, dkk (2000: 198) menyatakan bahwa peranan siswa dalam metode guided discovery antara lain:

a) terjadinya proses mental yang tinggi dari siswa, sebab dengan kreatifitas ini siswa dapat mengasimilasi konsep dan prinsip,

b) problem sloving,

c) self learning activity,dan d) tanggung jawab sendiri.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa peran guru dan siswa mendukung untuk keberhasilan penerapan metode guided discovery (penemuan terbimbing). Masing-masing peran tersebut harus dimaksimalkan agar proses pembelajaran berjalan lancar dan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik dan optimal.

6. Metode Guided Discovery dan Keterampilan Komunikasi IPA

Pengaruh penerapan metode guided discovery dalam pembelajaran IPA terhadap peningkatkan keterampilan komunikasi siswa adalah dengan adanya pemberian kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip IPA, dapat membuat siswa merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah yang ada dihadapannya dengan cara melakukan penemuan secara berdiskusi.


(59)

44

Dengan melakukan diskusi kelompok terdapat langkah-langakah keterampilan komunikasi yang dapat siswa lakukan, yaitu: 1) identifies objects and events accurately, 2) describes objects and events accurately, 3) provides description such that others can identify unknown objects, 4) formulates reasonable and logical arguments to justify explanations and conclusions, 5) transmits information to others accurately in oral and written formats,and 6) verbalizes thinking. Langkah-langkah tersebut dapat membantu siswa dalam menyampaikan keterampilan komunikasinya. Sesuai dengan alasan yang dikemukakan Indrawati (1999: 16) keterampilan berkomunkiasi adalah salah satu keterampilan proses yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyampaikan gagasan atau ide agar lebih efektif, baik melalui lisan atau tulisan. Tetapi, hal tersebut tidak akan berjalan tanpa bimbingan dari seorang guru. Hal ini sejalan dengan alasan yang di kemukan Howe (1993:172), penerapan metode penemuan dalam dimungkinkan gagal karena tidak adanya bimbingan dari guru.Apa yang dilakukan siswa menjadi tidak terkontrol. Hal ini sangat berpengaruh terhadapat peningkatan keterampilan komunikasi IPA dalam sebuah kelompok diskusi. Siswa dimungkinkan akan mendapatkan jawaban dan perhatian yang sangat jauh berbeda dengan yang semestinya mereka peroleh jika tidak adanya bimbingan. Carin dan Sund mengungkapkan bahwa anak usia SD paling tepat menggunakan metode pembelajaran guided discovery. Maksudnya ialah anak usia SD masih memerlukan bimbingan dari guru untuk menemukan konsep-konsep IPA (Hendro Darmodjo dan Jenny Kaligis, 1991: 35).


(60)

45

Hendro Darmodjo dan Jenny Kaligis (1991: 37) mengungkapkan bahwa metode guided discovery dalam proses belajar mengajar akan menjadikan siswa aktif dalam melakukan eksplorasi, observasi, investigasi dengan bimbingan guru. Kegiatan ini berdampak positif terhadap proses kognitif, afektif, dan sosial peserta didik. Dengan menerapkan metode guided discovery peneliti akan melaksanakan peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III.

Dalam pelaksanaanya, peneliti menerapkan metode guided discovery, dengan alasan siswa kelas III masih membutuhkan bimbingan dari guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

F. KerangkaPikir

Keterampilan mengkomunikasi IPA adalah kemampuan sesorang atau siswa untuk menyampaikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil penelitiannya kepada orang lain dengan jelas dan mudah dipahami baik secara lisan maupun tertulis. Keterampilan komunikasi IPA juga merupakan salah satu keterampilan yang perlu dikuasai oleh siswa. Bentuk keterampilan komunikasi IPA yang dipakai dalam penelitian ini adalah anatrpersonal yakni komunikasi kelompok kecil. Agar keterampilan ini dikuasai dengan baik oleh siswa dibutuhkan metode yang tepat. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA adalah metode guided discovery.

Metode guided discovery yang diterapkan sesuai dengan langkah-langkah dapat mendorong siswa aktif dan bekerjasama selama proses pembelajaran di dalam diskusi kelompok kecil. Langkah-langkah metode guided discovery meliputi pemberian pertanyaan, alat dan bahan yang perlu disediakan sesuai


(61)

46

kebutuhan siswa, kegiatan penemuan berupa kegiatan pengumpulan dan pemrosesan data, kegiatan diskusi untuk membahas hasil temuan siswa, dan menyimpulkan materi pelajaran.

Pada pembelajaran IPA dengan metode guided discovery kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok.Siswa diberikan pertanyaan yang memancing pengetahuan siswa. Proses interaksi dalam kelompok dimaksudkan agar siswa dapat mengidentifikasi konsep IPA yang muncul dalam kegiatan. Kemudian siswa disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk penemuan, setelah melakaukan penemuan siswa mengumpulkan dan memproses data hasil penemuan yang dilakukan bersama-sama teman kelompok.

Setelah itu, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian di depan kelas jika kegiatan penemuan telah selesai. Kelompok yang tidak maju menanggapi hasil penemuan kelompok lain. Guru mendorong siswa untuk menarik kesimpulan dari kegiatan penemuan yang baru saja mereka lakukan setelah semua kelompok selsai presentasi.

Metode guided discovery yang diterapkan dalam diskusi kelompok bertujuan mendapatkan efektifitas yang optimal khususnya bagi anak usia SD. Metode ini sangat tepat digunaka untuk anak SD karena mempunyai manfaat antara lain: membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan, penguasaan keterampilan, dan proses kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Dengan metode guided discovery siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran IPA. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode guided discovery sangat tepat apabila digunakan untuk meningkatkan keterampilan mengkomunikasi.


(62)

47 G. Hipotesis Tindakan

Penerapan metode guided discovery dapat meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 Sleman.

H. Definisi Operasional

1. Keterampilan Komunikasi IPA

Keterampilan mengkomunikasi IPA adalah kemampuan sesorang atau siswa untuk menyampaikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil penelitiannya kepada orang lain dengan jelas dan mudah dipahami baik secara lisan maupun tertulis.

2. Metode Guided Discovery

Metode guided discovery merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan yang diharapkan dengan bimbingan dan petunjuk yang diberikan guru.


(63)

48 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dikemas dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Suharsimi Arikunto,dkk. (1996: 3) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Berdasarkan jenis-jenis penelitian tindakan kelas di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kolaborasi. Kasihani Kasbolah (1999: 123) mengemukakan penelitian tindakan kolaborasi adalah bentuk


(64)

49

penelitian yang melibatkan beberapa pihak yaitu peneliti dan guru kelas untuk bekerja sama menjadi suatu tim peneliti mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan sampai dengan refleksi. Peneliti dan guru kelas secara bersama-sama melakukan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa dengan menerapkan metode guided discovery.

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III SD Negeri Kejambon 1 Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2015 yang terdiri atas 28 Orang.Siswa berjenis kelamin laki-laki berjumlah 13 siswa sedangkan siswa berjenis kelamin perempuan berjumlah 15 siswa.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan komunikasi IPA pada siswa kelas III SDN Kejambon 1, Sleman dengan menggunakan metode guided discovery.

C. Setting Penelitian

Setting yang digunakan dalam penelitian iniadalah ruang kelas III SDN Kejambon 1. Sekolah Dasar ini terletak di Sorobayan, Sindumartani,Ngemplak, Sleman. Sekolah dasar tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas III, ditemukan adanya permasalahan dalam pembelajaran IPA yaitu kurangnya


(65)

50

penggunaan keterampilan komunikasi IPA dalam kegiatan pembelajaran saat tanya jawab, presentasi maupun diskusi kelompok.

D. Desain Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas, peneliti menggunakan model spiral Kemmis dan Taggart (Wijaya Kusumah, 2010: 21). Alur penelitian tindakan kelas yang didasarkan pada model spiral ini dapat dilihat pada gambar berikut.

1

2 3

5 6


(66)

51

Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan Keterangan:

Siklus I : 1. Perencanaan I

2. Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi

Siklus II : 1. Perencanaan I

2. Tindakan dan Observasi II 3.Refleksi

Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian yang dilaksanakan dalam bentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi.

1. Perencanaan

Penyusunan perencanaan tindakan dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil observasi.Permasalahan yang ditemukan oleh peneliti adalah rendahnya keterampilan komunikasi IPA siswa.Pada tahap ini peneliti dan kolaborator merancang tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SDN Kejambon 1, Sleman. Hasil dari perencanaan adalah sebagai berikut.

a. Peneliti menemukan masalah penelitian yang ditemukan berdasarkan hasil observasi awal. Masalah yang dipilih adalah meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa.

b. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian.


(67)

52

d. Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

e. Melakukan tes untuk mengukur keterampilan komunikasi IPA siswa. Tes dilakukan pada setiap akhir pertemuan.

2. Melaksanakan Pembelajaran/ Pelaksanaan Tindakan

Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Namun, perencanaan yang dibuat bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, penelitian bersifat tidak tetap dan dinamis, yang memerlukan keputusan cepat tentang apa yang perlu dilakukan. Peneliti melaksanakan tindakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 35 menit.

3. Observasi

Tahap observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan difokuskan pada keaktifan siswa pada saat melakukan tanya jawab, presentasi maupun diskusi kelompok, kegiatan yang dilakukan oleh guru, dan situasi pada saat pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan dilakukan terhadap siswa baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran. Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dilakukan untuk mendokumentasikan keterampilan komunikasi IPA siswa sebagai dasar untuk kegiatan refleksi untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan


(68)

53

pada kegiatan selanjutnya (revisi). Dalam kegiatan ini, peneliti bertindak sebagai observer yang melakukan pengamatan dengan pedoman lembar observasi.Peneliti juga mengambil beberapa foto sebagai dokumentasi.Peneliti dan guru berdiskusi mengenai hasil akhir tindakan serta menyusun rancangan tindakan berikutnya. 4. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari pengamatan.Refleksi dilakukan secara bertahap untuk memperbaiki pelaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan refleksi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil tindakan dan kendala-kendala yang muncul pada saat proses pembelajaran. Data atau hasil perubahan setelah adanya tindakan, dianalisis kemudian dijadikan acuan perubahan atau perbaikan tindakan untuk dilakukan pada tindakan selanjutnya. Apabila pada tindakan pertama hasil penelitian masih belum sesuai dengan tujuan pembelajaran, dapat dilakukan perbaikan terhadap kekurangan dan kendala yang terjadi pada proses pembelajaran sebelumnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi, dan dokumentasi.Daryanto (2011: 80) menyatakan bahwa observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek yang difokuskan pada perilaku tertentu. Observasi dilakukan secara langsung pada saat proses pembelajaran berlangsung, untuk mengetahui apakah penerapan metode Guided Discovery dapat meningkatkan keterampilan mengkomunikasi siswa.


(1)

(2)

(3)

216


(4)

(5)

(6)

219 Gambar. 8 Pemberian Reward

Gambar. 9


Dokumen yang terkait

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS III MELALUI PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DISCOVERY

0 2 110

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INQUIRY DISCOVERY Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Inquiry Discovery Pada Siswa Kelas IV SDN Gajahmati Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

0 0 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GUIDED DISCOVERY Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Pesawat Sederhana Dengan Menggunakan Metode Guided Discovery Pada Kelas V SDN 1 Mireng Trucuk Klaten Tahun 2011/2012.

0 3 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE GUIDED Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry-Discovery Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Karangayar Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 15

PENDAHULUAN Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry-Discovery Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Karangayar Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE GUIDED Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry-Discovery Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Karangayar Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 0 15

PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY DALAM PEMBELAJARAN SENAM GULING DEPAN PADA SISWA KELAS IV SDN JATIWANGI I PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY DALAM PEMBELAJARAN SENAM GULING DEPAN PADA SISWA KELAS IV SDN JATIWANGI I PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY DALAM

1 2 46

PENINGKATAN CURIOSITY DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SUROTRUNAN.

0 0 287

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES IPA MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS VB SDN MARGOYASAN YOGYAKARTA.

0 0 110

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V MELALUI PENGGUNAAN METODE GUIDED NOTE TAKING DI SDN 1 BONJERUK TAHUN AJARAN 20152016

0 0 15