Komponen – komponen Manajemen Manajemen Berbasis Sekolah MBS

15 dalam pengelolaan sekolah diharapkan mengacu empat prinsip ini. Sehingga dalam penerapan MBS ini dapat mencapai keberhasilan yaitu peningkatan mutu pendidikan.

2.2.3 Komponen – komponen Manajemen

Berbasis Sekolah MBS Rohiat 2010:21 mengemukakan terdapat tujuh komponen manajemen sekolah, komponen- komponen tersebut meliputi: Manajemen Kurikulum; Manajemen Program Pembelajaran atau Pengajaran; Manajemen Tenaga Kependidikan; Manajemen Kesiswaan; Manajemen Keuangan; Manajemen Sarana Prasarana; Manajemen Hubungan Masyarakat. Sedangkan Mulyasa 2009 menambahkan satu lagi komponen yang menjadi komponen manajemen sekolah, yaitu manajemen layanan khusus yang terdiri dari manajemen kesehatan, perpustakaan dan keamanan sekolah. Rusman 2009 mengungkapkan bahwa manajemen kurikulum ialah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehenshif, sistemik untuk mencapai tujuan kurikulum. Otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijakan nasional yang telah 16 ditetapkan.Hal ini dapat dikatakan bahwa sekolah diberi kewenangan untuk mengelola kurikulum sesuai dengan visi misi sekolah, namun tetap mengacu pada standar nasional pendidikan. Setiap sekolah diberi kewenangan untuk mengembangkan program pembelajaran atau pengajaran sendiri. Ketika menyusun program ini perlu diperhatikan kebutuhan siswa dan lingkungan sekitarnya. Dalam kaitannya dengan hal ini, terdapat beberapa langkah yang dilaksanakan. Menurut Mulyasa 2009:41, empat langkah tersebut yaitu: menilai kesesuaian program dengan yang dibutuhkan siswa, meningkatkan dalam membuat rencana program, pelaksanaan program, serta mengevaluasi program. Ketenagaan dalam sekolah yang dimaksud adalah posisi guru sebagai pendidik dang memiliki tugas sampiran. Pengelolaan dan pembagian tugas yang jelas antara ketenagaan yang satu dengan yang lainnya akan menunjang kelancaran dari pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Menurut Mulyasa 2009:42 manajemen tenaga kependidikan guru dan personil mencakup: perencanaan pegawai, pengadaan pegawai, pembinaan dan pengembangan pegawai, promosi dan mutasi, pemberhentian pegawai, kompensasi, penilaian pegawai. Kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah mempunyai peran penting dalam mengelola tenaga kependidikan. Karena selain bertanggung jawab dalam mencapai tujuan sekolah, juga bertanggung jawab dengan nasib 17 guru dan pegawai di bawah naungannya. Dengan kata lain, kepala sekolah mempunyai kewajiban mendukung pengelolaan ketenagaan pendidikan yaitu guru untuk mengembangkan kualitasnya demi kelancaran pelaksanaan MBS di sekolahnya. Salah satu wadah untuk mengembangkan kualitas tenaga pendidikguru adalah melalui Kelompok Kerja Guru KKG. Menurut Dirjen Dikdasmen dalam Martiningsih, 2008 Kelompok kerja guru KKG adalah salah satu wadah pembinaan profesional bagi para guru yang tergabung dalam organisasi gugus sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Sedangkan Depdikbud dalam Purnanda, 2013 menyatakan bahwa Kelompok kerja Guru KKG adalah sebagai sistem pembinaan profesional guru SD dalam mengemban misi yang sesuai dengan tujuan yaitu: Meningkatkan kemampuan dan kualitas guru, memberikan informasi baru dalam bidang pendidikan, pemecahan masalah yang dihadapi guru, membina kerjasama dan keakraban dalam meningkatkan prestasi dan kinerja guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Berdasarkan teori di atas dapat dipahami bahwa KKG adalah suatu wadah pembinaan profesional bagi guru SD dalam meningkatkan kualitas guru dan memecahkan permasalahan dalam bidang pendidikan. Mulyasa 2009:46 menyatakan bahwa manajemen kesiswaan adalah sebuah pengelolaan kegiatan yang berkaitan dengan siswa, mulai 18 masuk sekolah sampai dengan keluarnya. Manajemen ini bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yaitu membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan siswa melalui proses belajar mengajar. Dalam penataan dan pengaturan kegiatan hendaknya memperhatikan kondisi siswa. Hal ini bisa dipahami bahwa pengelolaan kesiswaan bukan hanya hanya membuat dokumen tentang siswa tersebut. Namun lebih dari itu, pengelolaan ini juga mencakup pada faktor yang mendukung siswa dalam proses belajarnya. Sekolah membutuhkan dana keuangan untuk membiayai kegiatannya. Keuangan ini bisa didapat dari beberapa sumber. Mulyasa 2009:48 berpendapat bahwa sumber keuangan sekolah dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: pemerintah, orang tua atau peserta didik, dan masyarakat. Pengelolaan manajemen keuangan sekolah, dilakukan dengan rasa tanggungjawab pihak sekolah agar penggunaannya dapat maksimal dan sesuai sasaran serta tidak ada penyelewengan kepentingan. Pengelolaan keuangan yang baik, dapat berdampak tidak ada penyalahgunaan keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan untuk kebutuhan sekolah dalam hal peningkatan proses belajar mengajar siswa di sekolah. Hal ini dapat dikatakan bahwa pengelolaan keuangan harus memperhatikan skala prioritas dan kebutuhan sekolah, dan dalam 19 implementasinya tidak menyalahi aturan hukum yang ada. Sarana dan prasarana merupakan pendukung penting pendidikan . Mulyasa 2009:49 menyatakan bahwa sarana pendidikan adalah semua peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti, laboratorium, perpustakaan, ruang kelas, alat peraga, serta meja kursi. Sedangkan prasarana pendidikan adalah peralatan yang secara tidak langsung mendukung kegiatan belajar, seperti halaman, taman sekolah, kebun, tetapi jika dapat secara langsung dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk laboratorium alam dalam pembelajaran IPA, halaman sekolah sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. Rugaiyah 2011:63 berpendapat, manajemen sarana dan prasarana merupakan semua kegiatan sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana untuk lancarnya proses pembelajaran. Sedangkan, Asmani 2009:15 menyatakan manajemen sarana dan prasarana merupakan manajemen yang meliputi ketersediaan sarana dan prasarana serta guru dalam memanfaatkan sumber belajar dan menata ruangan pendidikan yang dimiliki. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa pengelolaan sarana dan prasarana adalah suatu kegiatan dalam mengelola sarana dan prasarana yang meliputi kelengkapan sumber belajar dan 20 pemanfaatan sumber belajar serta penataan ruangan yang ada sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik. Manajemen sarana dan prasarana yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan lingkungan belajar yang menyenangkan untuk proses pembelajaran. Selain itu diharapkan tersedianya alat-alat peraga atau fasilitas belajar lainnya yang memadai secara jumlah, kualitas dan kesesuaian yang dibutuhkan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh guru dan siswa untuk kepentingan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, sekolah perlu membuat daftar prioritas keperluan pengadaan sarana dan prasarana. Mulyasa 2009:50 mengemukakan manajemen sarana dan prasarana pendidikan mempunyai tugas mengelola sarana dan prasarana sekolah agar dapat memberikan kontribusi dalam kegiatan pendidikan. Dalam mengelola sarana dan prasarana mencakup kegiatan dalam merencanaan, mengadakan sarpras, mengawasi menginventarisasi dan penghapusan serta penataan. Menurut Pasal 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah RI No 6 Tahun 2006, Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan kebutuhan barang milik negaradaerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang. Hal ini bisa dikatakan bahwa sekolah harus merumuskan kebutuhan perlengkapan 21 sekolah untuk kegiatan pembelajaran siswa dan kegiatan sekolah lainnya. Kegiatan ini dilakukan berkesinambungan dan dilakukan setiap awal tahun pelajaran baru. Pengadaan sarana prasarana di sekolah dapat dilakukan dengan membeli atau hibah dari pihak lain. Pengadaan ini dapat berbentuk pengadaan buku, alat peraga, dan bangunan yang mendukung kegiatan sekolah. Dalam proses pelaksanaan pengadaan ini harus memperhatikan kebutuhan sekolah. Berdasarkan Pasal 1 ayat 21 Peraturan Pemerintah RI No 6 Tahun 2006 Iventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan barang milik negaradaerah. Sekolah wajib melakukan Iventarisasi barang yang ada di sekolah. Melalui pendataan ini akan diketahui kondisi sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah. Menurut Pasal 1 ayat 7 Peraturan Pemerintah RI No 6 Tahun 2006, penggunaan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh pengguna barang dalam mengelola dan menatausahakan barang milik negaradaerah yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan. Hal ini bisa dipahami bahwa Penggunaan sarana prasarana di sekolah adalah untuk kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah. Sehingga penggunaan sarana prasarana di luar itu sudah menyalahi ketentuan. Pihak yang boleh menggunakan sarana prasarana sekolah 22 adalah kepala sekolah, guru, siswa dan pihak yang mendukung dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah. Manajemen hubungan masyarakat perlu diperhatikan dalam pengelolaan sekolah. Hal ini disebabkan hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jembatan dalam mendidik perkembangan siswa. Menurut Mulyasa 2009: 50 tujuan dari mengadakan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah: 1 Meningkatkan mutu kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak; 2 Memperkuat tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; 3 Memberi motivasi kepada masyarakat untuk selalu berhubungan dengan sekolah. Hal ini bisa dipahami bahwa dengan terjalinnya hubungan yang baik dari pihak sekolah dan masyarakat, maka kedua belah pihak ini akan mengetahui informasi tentang pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan. Sehingga kedua belah pihak memiliki kontribusi dalam kemajuan pendidikan. Mulyasa 2009: 52 menyatakan bahwa manajemen layanan khusus mencakup manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah. Perpustakaan ditata dengan baik dan mempunyai fasilitas yang lengkap akan membantu siswa dalam proses belajar mengajar. Selain itu juga dapat membantu guru dalam mengajar karena memiliki [engetahuan yang luas. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu 23 mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan kualitas jasmani dan rohani siswa maka di sekolah mengadakan pendirian tempat untuk beribadah dan mengadakan UKS Usaha Kesehatan Sekolah. Kegiatan ini bertujuan supaya warga sekolah merasakan damai dan nyaman dalam mengikuti proses belajar dan mengajar. Hal ini bisa dikatakan bahwa layanan khusus di sekolah perlu diadakan. Karena dengan adanya layanan khusus ini, mendukung pada proses pembelajaran. Sehingga dengan adanya dukungan ini proses pembelajaran akan mencapai kemajuan.

2.3 Evaluasi Prestasi Belajar Siswa

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi untuk Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Fishbone di SD Negeri Margolelo T2 942012048 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi untuk Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Fishbone di SD Negeri Margolelo T2 942012048 BAB IV

1 2 49

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi untuk Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Fishbone di SD Negeri Margolelo T2 942012048 BAB V

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi untuk Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Fishbone di SD Negeri Margolelo

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi untuk Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Fishbone di SD Negeri Margolelo

0 0 54

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Swot di SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang T2 942012049 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Swot di SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang T2 942012049 BAB II

0 0 21

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu dan Citra (Image) Sekolah T2 BAB II

0 0 15

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Di SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro Boyolali T2 BAB II

1 3 20

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SMA Negeri 3 Demak T2 BAB II

0 0 32