9
pada keberhasilan dalam mencapai tujuannya. Untuk mendapatkan strategi yang tepat, sekolah
memerlukan mengetahui informasi tentang faktor- faktor
di sekolah
yang dapat
mendukung keberhasilan dalam mencapai tujuan. Oleh karena
itu, sekolah perlu menganalisis faktor-faktor tersebut.
Dengan melakukan
analisis ini,
diharapkan dapat memberikan informasi yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam menyusun suatu
strategi.
2.1.2 Mutu Pendidikan
Secara umum mutu adalah gambaran kemampuan
barang atau
jasa memuaskan
kebutuhan yang diharapkan. Menurut Crosby dalam Nasution, 2005 mutu adalah sesuai dengan
yang diisyaratkan
atau yang
distandarkan. Sedangkan
Koswara dalam
Amtu, 2011
mengatakan bahwa mutu adalah kondisi yang terkait dengan kepuasan pelanggan terhadap
barang atau jasa yang diberikan oleh produsen. Pengertian mutu menurut Sallis 2006: 22 adalah
konsep yang absolut sekaligus relatif. Mutu dalam konsep absolut memiliki pengertian bahwa mutu
merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan.
Dalam konsep
relatif mutu
merupakan sesuatu
yang memuaskan
dan melampaui
keinginan kebutuhan
pelanggan quality
in perception.
Danim 2007:
53 mengatakan, mutu mengandung makna derajat
keunggulan sesuatu produk atau hasil kerja, baik
10
berupa barang atau jasa. Berdasarkan pendapat diatas mutu adalah kemampuan suatu produk
atau hasil kerja yang berupa barang atau jasa dalam memuaskan dan melebihi kebutuhan yang
diharapkan oleh pelanggan. Dalam bidang pendidikan, mutu meliputi
input, proses dan output yang ada dalam dunia pendidikan Sukmadinata, 2006. Input pendidikan
yang dimaksud adalah semua yang dibutuhkan untuk berjalannya suatu proses. Sedangkan proses
adalah proses pengambilan sebuah keputusan, proses
dalam belajar
mengajar, pengelolaan
organisasi proses pengelolaan program, dan proses monitoring dan evaluasi, dapat dikatakan bahwa
proses belajar mengajar merupakan paling penting dibandingkan dengan proses - proses lainnya.
Output pendidikan yaitu capaian sebuah proses pendidikan. Output sekolah bermutu tinggi apabila
prestasi siswanya tinggi dalam prestasi akademik yang berupa nilai ulangan umum, Ujian Sekolah,
lomba akademik; dan prestasi non-akademik, seperti
Pramuka. Sementara
Sagala 2010
menjelaskan mutu adalah gambaran secara utuh tentang jasa pelayanan pendidikan secara internal
maupun eksternal
yang menunjukkan
kemampuannya memuaskan
kebutuhan yang
diharapkan atau yang tersirat. Menurut Chapmans dalam Amtu, 2011, mutu pendidikan meliputi: 1
context: kualitas pendidikan secara jelas boleh mengacu pada input jumlah guru, banyaknya
pelatihan guru, banyaknya buku teks; 2 process:
11
kualitas pendidikan boleh mengacu pada jumlah waktu pembelajaran langsung dan peningkatan
belajar aktif; 3 output: kualitas pendidikan boleh mengacu pada skor tes dan jumlah rata-rata
lulusan yang tinggi; dan 4 outcome: kualitas pendidikan boleh mengacu pada kinerja atau
pencapaian target dan tujuan spesifik. Sedangkan Leba
2013, berpendapat
terdapat empat
pandangan yang berkembang untuk memaknai tentang mutu pendidikan empat, yaitu: 1 Mutu
Pendidikan dipandang berdasarkan kemampuan peserta didik setelah mempelajari suatu materi
pelajaran. Hal ini dibuktikan dengan nilai raport atau nilai Ujian Sekolah. 2 Mutu pendidikan
dipandang dari produktivitas keluarannya, yakni pekerjaan yang diperoleh, tingkat gaji dan status.
3 Mutu Pendidikan dipandang berdasarkan kriteris sosial yang lebih luas, misalnya pandai
dalam berpidato, terampil memimpin organisasi, pandai berdiplomasi. 4 Mutu pendidikan ditinjau
dari komponen pendidikan ditinjau dari komponen pendidikan yang bermutu seperti keadaan guru
jumlah dan
kualifikasi pendidikan
guru. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam mengelola komponen
– komponen yang ada di sekolah sehingga menghasilkan lulusan yang
memiliki pencapaian prestasi belajar yang tinggi.
12
2.1.3 Peningkatan Mutu Pendidikan