92
Dari perkataan Soekarno itu sangatlah jelas bahwa pemerintahan orde lama menaruh perhatian serius yang sangat tinggi untuk memajukan bangsanya
melalui pendidikan. Di bawah menteri pendidikan Ki Hadjar Dewantara dike
a gka pe didika de ga siste a o g erdasarkan asas-asas kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanuasiaan yang
dike al se agai Pa a Dhar a Ta a “is a da se oya i g garso su g
tulodho, i g adyo a gu karso, tut uri ha daya i pada diu da gka
pertama kali peraturan pendidikan nasional yaitu UU No. 41950 yang kemudian disempurnakan jo menjadi UU No. 121954 tentang dasar-dasar pendidikan
dan pengajaran di sekolah. Pada 1961 diundangkan UU No. 221961 tentang Pendidikan Tinggi, dilanjutkan dengan UU No.141965 tentang Majelis
Pendidikan Nasional, dan UU No. 191965 tentang Pokok-Pokok Sitem Pendidikan Nasional Pancasila. Pada masa akhir pendidikan Presiden Soekarno,
90 bangsa Indonesia berpendidikan SD.
D. PESERTA DIDIK
1. Periode tahun 1945-1950
Setelah kemerdekaan, sistem pendidikan di Indonesia memberi kesempatan belajar kepada segala lapisan masyarakat. Di dalam UUD 1945, BAB XIII, Pasal 31,
Ayat dikataka ah a Tiap-tiap arga egara erhak e dapat pe gajara . Demikian pula dalam Undang-undang No.4 tahun 1950, tentang Dasar-dasar
pe didika da Pe gajar di “ekolah, Ba XI, Pasal e egaska ah a: Tiap- tiap Warga Negara Republik Indonesia mempunyai hak yang sama untuk
diterima menjadi murid suatu sekolah, jika memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk pe
didika da pe gajara pada sekolah itu. Kedua penjelasan undang-undang tersebut menunjukkan bahwa pemerintah
Indonesia memberi kesempatan belajar yang sama kepada setiap anak, baik untuk pendidikan rendah, menengah, maupun pendidikan tinggi. Hal ini juga
93
berarti bahwa setiap anak dari golongan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memasuki sekolah tertentu.
Kesempatan belajar yang diberikan kepada anak-anak berakibat pada perkembangan peserta didik dari tahun ke tahun selalu bertambah. Dalam tahun
1950 jumlah peserta didik SD, SLTP, dan SLTA mengalami pertumbuhan rata-rata 100 dibandingkan dengan jumlah peserta didiik pada tahun 1945. Sedangkan di
Perguruan Tinggi, jumlah mahasiswa mengalami pertambahan 200 persen lebih dibandingkan dengan keadaan tahun 1945.Pertambahan peserta didik yang
cukup tajam menunjukkan adanya minat yang besar untuk bersekolah dalam upaya memperoleh penguasaan ilmu pengetahuan serta meningkatkan taraf
hidup yang lebih baik.
2. Periode tahun 1951-1969
Seperti halnya pada pendidikan periode 1945-1950, kesempatan belajar juga diberikan seluas-luasnya kepada setiap anak Indonesia. Kesempatan itu
tercantum dalam UU No.4 Tahun 1950 dan UU No. 12 Tahun 1954, Pasal 17 yang menyatakan bahwa:
Tiap-tiap warga negara RI mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah, jika memenuhi syarat-
syarat yangditetapkan untuk pendiidkan dan pengajaran pada sekolah itu.
Di samping itu, dalam pasal 21, Ayat 1 dinyatakan bahwa sekolah-sekolah negeri menerima murid-murid laki-laki dan perempuan, bahkan dalam keadaan
tertentu pendidikan dapat diberikan secara khusus dan terpisah. Pada periode ini, pemerintah memberikan kesempatan belajar bagi setiap
golongan masyarakat, seperti anak petani, pedagang, pegawai ngeri, penguasaha, anggota ABRI, untuk mendapatkan pendidikan dari Tingkat Taman
Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi.Selain itu pemerintah juga memberikan kesempatan belajar bagi golongan masyarakat untuk mencapai tingkat yang
tertinggi, asalkan memenuhi syarat.Bagi warga masyarakat yang tingkat sosial
94
ekonominya rendah namun berprestasi dapat meneruskanke sekolah yang lebih tinggi dengan bantuan pemerintah yaitu beasiswa.Pemerintah juga memberikan
kesempatan belajar bagi setiap golongan masyarakat tanpa membedakan jenis kelamin.
E. KURIKULUM PENDIDIKAN