122
Masyarakat pada umumnya tidak menyadari bahwa di balik kurikulum pendidikan ternyata terselip kepentingan dari penguasa. Inilah yang kemudian
disebut sebagai hidden curriculm atau kurikulum tersembunyi. Hal ini tampak dalam sistem pendidikan era Orde Baru di mana proses pendidikan, kurikulum,
metodologi, dan aspek-aspek dalam pendidikan lainnya yang merupakan pengejawantahan dari sistem kekuasaan. Dengan kata lain, pendidikan menjadi
upaya pelestarian Orde Baru pada saat itu H. A. R. Tilaar, 2003: 45. Pendidikan pada era Orde Baru telah merumuskan kurikulum secara
bertahap, mulai dari Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, hingga Kurikulum 1994. Masing-masing dari kurikulum ini memiliki karakteristik dan
capaian yang hendak diwujudkan dalam pelaksanaannya.
1. Kurikulum 1968
Ini adalah produk kurikulum pertama Orde Baru yang sebenarnya hanya melanjutkan Kurikulum 1964 yang merupakan warisan Orde Lama. Perubahan
yang dilakukan hanya berupa penggantian struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Namun, Orde Baru mengklaim bahwa Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Meskipun kelahirannya bersifat politis, namun ada hal yang cukup positif
dari Kurikulum 1968. Kurikulum ini menjadi awal dimasukkannnya konsep- konsep pedagogis meskipun tetap berada di dalam pengawasan pemerintah.
Secara teknis, konsep pedagogis yang terdapat di Kurikulum 1968 masih banyak yang kurang dimengerti oleh pelaksananya, bahkan mungkin oleh penyusun
kurikulum itu sendiri Winarno Surakhmad St Sularto, 2009: 68-69.
123
2. Kurikulum 1975
Kurikulum ini berupaya agar pendidikan lebih efektif dan efisien berdasar MBO Management by Objective. Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirumuskan secara detail dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional PP“I atau ya g ke udia dike al de ga istilah satua pelajara , yaitu
rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi tujuan instruksional umum TIU, tujuan instruksional khusus TIK, materi
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Hal yang paling menonjol dalam kurikulum ini adalah kewajiban bagi guru untuk membuat
rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar-mengajar berlangsung. Menurut Asvi Warman Adam 2010, dalam Kurikulum 1975, pendidikan
sejarah bukan hanya dijiwai oleh moral Pancasila, namun juga nilai-nilai UUD 1945 bagi generasi muda Asvi Warman Adam, 2010: 134. Namun, saat
penggodokan kurikulum ini, beberapa pihak meminta agar Kurikulum 1975 juga memuat sejarah nasional, lagu-lagu perjuangan, kisah-kisah kepahlawanan,
bahkan hingga pelajaran tentang pertahanan dan strategi nasional. Dalam pandangan Mc.Greggor 2008: 269 hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mempromosikan agar peran politik orang-orang militer dapat diterima secara luas serta membuat masyarakat semaki memahami maksud pertahanan nasional
dan Dwifungsi ABRI.
3. Kurikulum 1984