SELAYANG PANDANG PENDIDIKAN INDONESIA

1 BAB I PENDAHULUAN

A. SELAYANG PANDANG PENDIDIKAN INDONESIA

Pendidikan pada hakikatnya adalah untuk membangun peradaban bangsa melalui membangun manusia seutuhnya. Pendidikan merupakan hak setiap orang untuk meningkatkan harkat dan martabatnya dalam kehidupan sehari- hari. Dalam penyelenggaraan pendidikan, banyak faktor yang mempengaruhinya, baik yang berasal dari internal maupun eksternal sebuah sistem pendidikan. Faktor-faktor di luar sistem pendidikan yang seimbang antara kepentingan pemerintah dan rakyat. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang dienyam oleh rakyatnya. Maju atau tidaknya suatu bangsa juga dapat dilihat dari maju atau tidaknya pendidikan suatu bangsa. Begitu pula dengan Indonesia yang memiliki sejarah perkembangan pendidikan dari masa klasik hingga masa sekarang yang terus selalu berkembang. Sesuai dengan perkembangan zaman, pendidikan juga selalu berkembang secara dinamis. Namun, tidak ada bangsa yang berkembang secara dinamis tanpa adanya proses, pergerakan, dan perkembangan pendidikannya. Indonesia dalam perjalanan sejarahnya juga bergerak dengan proses, pergerakan, dan perkembangan pendidikannya. Yang kita ketahui sendiri bahwa tokoh-tokoh pemimpin bangsa Indonesia juga merupakan lulusan lembaga pendidikan. Apabila kita lihat perkembangan Indonesia, pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pendidikan adalah kebutuhan mendasar suatu bangsa, begitu pula bangsa Indonesia, untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa. 2 Pada masa penjajahan, tanpa disadari oleh pihak penjajah sistem pendidikan yang diberikan dapat menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Pemuda-pemuda pribumi yang mendapatkan pendidikan dari penjajah justru berbalik menyusun kekuatan untuk memerdekakan bangsanya. Dan setelah merdeka, sistem pendidikan penjajah ada yang ditinggalkan dan ada yang masih dipertahankan. Selama perjalanan sejarah bangsa Indonesia, aspek pendidikan merupakan satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kelangsungan hidup bangsa Indonesia itu sendiri. Munculnya Sriwijaya dan Majapahit sebagai kerajaan nusantara pada masanya dengan berbagai karya agung yang masih dapat kita temukan hingga saat ini hingga merdekanya bangsa ini tidak lepas dari pengaruh pendidikan pada masa itu. Pendidikan di Indonesia banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dari yang semula hanya diperuntukkan untuk kalangan agamawan dan bangsawan, hingga pendidikan yang merata untuk semua kalangan. Inilah perjalanan pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu dan tokoh yang mewarnainya. Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha, kebudayaan Indonesia asli pada kira-kira 1500 SM disebut kebudayaan neolitis neo = baru, yang sisa-sisanya banyak kita jumpai di pedalaman Kalimantan dan Sulawesi A. Ahmadi, 1987: 10. Kebudayaan tersebut termasuk kebudayaan maritim ada hubungan dengan laut. Kepercayaan yang dianut pada saat itu adalah Animisme dan Dinamisme I. Djumhur, 1976:103. Masyarakat saat itu bersifat gotong-royong, akrab, dan statis, karena di dalamnya belum terdapat perbedaan-perbedaan kelas. Orang- orang tinggal bersama-sama dalam masyarakat-masyarakat kecil dan dipimpin oleh ketua adat yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Setelah masuknya pengaruh Hindu-Budha, ketua adat ini kelak dijadikan raja. Dalam Koentjaraningrat 2000 dikatakan bahwa setiap suku bangsa di dunia mempunyai pengetahuan, di antaranya: tentang alam sekitarnya; tubuh manusia; sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia; ruang dan waktu; dan lain sebagainya. Dengan sistem pengetahuan yang dimiliki seperti tersebut di atas, 3 pada waktu itu pendidikan dalam lingkungan keluarga sudah mencukupi kebutuhan, karena masyarakat masih serba bersahaja. Yang menjadi pendidik adalah ayah dan ibu. Ayah mengajarkan pengetahuan yang dimiliki kepada anak laki-laki dan ibu terhadap anak perempuannya. Yang dianggap memiliki kecakapan istimewa saat itu adalah pandai besi dan dukun, mereka diberi gelar Empu. Pandai besi adalah seorang yang ahli dalam pengetahuan duniawi, sedangkan dukun adalah ahli dalam pengetahuan maknawiah. Para empu dapat juga disebut sebagai Guru, karena merekalah yang berperan sebagai guru. Tujuan pendidikan pada masa itu adalah anak-anak dipersiapkan agar kelak dapat memegang kekuasaan dalam masyarakat sebagai manusia yang mempunyai kecakapan istimewa. Manusia yang dicita-citakan adalah manusia yang mempunyai semangat gotong-royong; menghormati para empu; dan taat kepada adat. Kepala adat memegang peranan segala-galanya. Seiring masuknya pengaruh Hindu-Budha dan Islam, maka terjadi perubahan besar dalam sistem pendidikan yang berlaku saat itu. Pengaruh Hindu-Budha membawa perubahan dalam sistem sosial kemasyarakatan, dari masyarakat kesukuan berubah menjadi sistem Kerajaan. Pendidikan kemudian berubah tujuan untuk penyebaran agama dan penguatan kekuasaan raja. Posisi raja disini ditempati oleh para kepala suku yang sudah sejak lama berkuasa. Masuknya pengaruh Islam juga merubah pola dan sistem pendidikan yang sudah lama berjalan saat itu. Pendidikan masa Hindu-Budha yang sangat eksklusif dan ditujukan bagi kalangan bangsawan untuk melegitimasi kekuasaan Raja, berubah haluan menjadi pendidikan untuk seluruh masyarakat, namun masih sama mengikuti pola padepokan yang sudah berjalan sejak masa Hindu- Budha yang kemudian berkembang menjadi sistem pesantren. Sampai dengan masa penjajahan VOC di bumi nusantara, pendidikan masih dengan pola atau tujuan penyebaran agama. Misi penyebaran agama menjadi prioritas dalam pelaksanaan pendidikan saat itu. Pola pendidikan mulai berubah ketika memasuki awal abad ke-20, pada masa ini pendidikan mulai memiliki 4 tujuan lain. Pemerintah kolonial Belanda yang mulai mengembangkan industrialisasi banyak membutuhkan tenaga kerja terdidik. Sejak saat itu dimulailah sistem pendidikan yang ditujukan untuk mencetak tenaga kerja yang bisa digaji murah. Orientasi pendidikan saat itu akhirnya hanya sekedar mendapatkan status pegawai pemerintah ambtenaar. Sampai dengan masa penjajahan Jepang, tujuan pendidikan tidak juga memprioritaskan pada pencerdasan masyarakat pribumi. Pendidikan pada masa ini berorientasi pada kebutuhan Jepang untuk memenangkan perang dan membentuk persatuan Asia Timur Raya, sehingga pendidikan yang diselenggarakan diprioritaskan pada pendidikan militer dan penekanan pada wajib militer. Baru pada masa awal kemerdekaan, pemerintah Indonesia berupaya mmencari bentuk dan ciri khas pendidikan nasional. Sejak masa orde lama, orde baru, sampai dengan pasca reformasi saat ini pendidikan Indonesia masih berupaya menyelenggarakan sistem pendidikan terbaik bagi bangsa ini.

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN