Pembela Tanah Air PETA

34 semata-mata berfungsi sebagai tentara, melainkan orang-orang sipil yang bias memegang jabatan militer sewaktu-waktu bila diperlukan 24 . Kedudukan sebagai militer dalam arti tertentu memang dihormati, khususnya oleh kalangan eropa. Akan tetapi, penghormatan ini sepenuhnya atas keberanian mareka sebagai prajurit. Sementara secara social, kehadiran mareka ditolak dalam pergaulan masyarakat, hanya perwira-perwira tinggi yang mendapatkan status social yang cukup tinggi dan mendapatkan kesempatan untuk kawin dengan sesama golongan eropa 25 . KNIL saat itu dianggap rendah oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Mereka disebut Kompeni, sosok tentara bayaran yang rela mengkhianati bangsa sendiri. Tetapi orang-orang yang terdaftar sebagai anggota KNIL tak begitu ambil pusing, karena bayaran yang didapat oleh serdadu KNIL sangat besar artinya bagi mereka. Kelak keanggotaan mereka selama menjadi KNIL sangat bermanfaat terhadap proses berdirinya TNI. Tokoh-tokoh KNIL yang akhirnya mengukir sejarah dalam pembentukan TNI adalah A.H Nasution, Oerip Sumoharjo, dan Alex Kawilarang.

II.1.2 Pembela Tanah Air PETA

Kebijakan pemerintahan militer Jepang dalam memobilisasi penduduk pribumi untuk menunjang kepentingan perangnya telah menciptakan sendi-sendi yang memungkinkan bangkitnya satu golongan sosial dalam masyarakat, yaitu pemuda. Inilah bagian terbesar dari masa-rakyat yang paling militan. Pengertian pemuda adalah mareka yang berusia antara 14- 19 tahun. Dalam status sosial lokal, usia ini adalah usia yang berada dalam batas ambang, usia yang belum mandiribekerja, dan relatif bebas. Di jawa pada tahun 1940 ada sekitar 5 juta orang pemuda yang sebagian besar dari mereka tidak berpendidikan, hanya 1789 pemuda 24 G. Moedjanto, Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya Oleh Raja-raja Mataram,Yogyakarta: Kanisius, 1987, hal.112 25 Budi Susanto, SJ. 1995, op.cit, Hal.17 Universitas Sumatera Utara 35 yang tamat sekolah dengan taraf SLTA dan 637 mahasiswa. Para pemuda inilah yang menjadi sasaran pemerintah militer jepang untuk kepentingan memenangkan perang. Pemuda menjadi sebutan yang bermakna ketika itu, sehingga Ben Anderson seorang pengkaji politik Indonesia mengatakan,…”kata pemuda, yang dulu biasa saja dengan cepat memperoleh pancaran cahaya yang menakutkan dan kejam, pemuda tiba-tiba menjadi kekuatan revolusioner pada saat-saat gawat itu” 26 Ketika Jepang mulai menduduki wilayah nusantara pada tahun 1942. Jepang mendirikan Pembela Tanah Air PETA Untuk mempertahankan tanah jajahannya. Tentara Sukarela Pembela Tanah Air atau PETA adalah kesatuan militer yang dibentuk Jepang di Indonesia dalam masa pendudukan Jepang. Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei No 44 yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16. Pembentukan PETA berawal dari surat Raden Gatot Mangkupradja kepada Gunseikan kepala pemerintahan militer Jepang pada bulan September 1943 yang antara lain berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu pemerintahan Jepang di medan perang. Pada pembentukannya, banyak anggota Seinen Dojo Barisan Pemuda yang kemudian menjadi anggota senior dalam barisan PETA. hal ini merupakan strategi Jepang untuk membangkitkan semangat patriotisme dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan PETA berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. sebagaimana berita yang dimuat pada koran “Asia Raya” pada tanggal 13 September 1943, yakni adanya usulan sepuluh ulama: K.H. Mas Mansyur, KH. Adnan, Dr. Abdul Karim Amrullah HAMKA, Guru H. Mansur, Guru H. Cholid. K.H. Abdul Madjid, Guru H. Jacob, K.H. Djunaedi, U. Mochtar dan H. Mohammad Sadri, yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela 26 Ben Anderson, Revolusi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa Pada Tahun 1944-1946,Jakarta: Sinar Harapan, 1988, hal.36 Universitas Sumatera Utara 36 bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan adanya peran golongan agama dalam rangka pembentukan milisi ini. Tujuan pengusulan oleh golongan agama ini dianggap untuk menanamkan paham kebangsaan dan cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian juga diperlihatkan dalam panji atau bendera tentara PETA yang berupa matahari terbit lambang kekaisaran Jepang dan lambang bulan sabit dan bintang simbol kepercayaan Islam. Pendirian PETA didasarkan pada maklumat Osamu Seirei Nomor 44 yang diumumkan oleh Panglima Tentara ke-16, Letnan Jenderal Kumakichi Harada. Osamu Seirei No 44, 3 Oktober 1943 berisikan mengenai Pembentukan Pasukan Sukarela untuk membela Pulau Jawa dengan status 27 : 1. Kesatu, Tentara Pembela Tanah Air PETA, terdiri dari warga negara yang asli 2. Kedua, Tentara Pembela Tanah Air PETA, dilatih oleh tentara Jepang 3. Ketiga, Tentara Pembela Tanah Air PETA, bukan milik organisasi manapun, langsung dibawah Panglima Tentara Jepang 4. Keempat, Tentara Pembela Tanah Air PETA, sebagai tentara teritorial yang berkewajiban mempertahankan wilayahnya syuu 5. Kelima, Tentara Pembela Tanah Air PETA, siap melawan sekutu PETA memperoleh pendidikan dasar infanteri dan indoktrinisasi ala samurai untuk menanamkan semangat yang tinggi orang-orang Indonesia diangkat menjadi komandan pleton dan kompi, bahkan jabatan komandan batalyonpun diisi oleh orang-orang Indonesia dari golongan elit, komandan batalyon diangkat oleh pertama-tama tidak karena kualitas potensial mareka sebagai pemimpin militer melainkan berdasarkan pertimbangan politik. 27 Ahmad Mansyur Suryanegara, PETA; Pemberontakan Di Cileunca Pangalengan Bandung Selatan, Jakarta, Yayasan Wira Patria Mandiri, 1996, hal 21 Universitas Sumatera Utara 37 Kebanyakan dari mareka adalah pimpinan politik yang berpengaruh, sehingga pengangkatan mareka ke posisi militer yang lebih tinggi diharapkan akan mendorong keinginan para pemuda dari daerah asal mareka untuk menjadi anggota pasukan itu 28 . Barangkali yang mendapat latihan hampir sama baiknya dengan PETA adalah HEIHO, yakni sebuah pasukan pembantu kecil yang dibentuk pada akhir 1942 dan terutama digunakan untuk tugas-tugas penjagaan, komandan-komandannya seluruhnya terdiri dari opsir-opsir jepang. Kaum nasionalis dibawah pimpinan soekarno dan masjumi memiliki pasukan para militer mareka masing-masing, yakni barisan pelopor dan hizbullah. Disamping itu terdapat sejumlah besar organisasi pemuda umumnya, seinendan barisan pemuda dan anggota-anggotanya semuanya berasal dari lapisan, atau gakutai yang terdiri dari murid- murid sekolah menengah saja. Pemuda-pemuda itu tidak hanya mendapat latihan militer, tetapi pada diri mareka juga ditanamkan perasaan yang sangat anti sekutu yang dengan cepat berkembang menjadi suatu nasionalisme radikal. Tentara PETA memiliki peran besar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden Soeharto dan Jendral Besar Soedirman. Veteran-veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi militer Indonesia, antara lain setelah menjadi bagian penting dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat BKR, Tentara Keamanan Rakyat TKR, Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia TRI hingga akhirnya TNI.

II.1.3 Laskar Rakyat