31
BAB II
GAMBARAN UMUM MILITER INDONESIA
II.1 Sejarah lahirnya TNI
Pada awal revolusi, Pemerintah Indonesia tidak membentuk tentara resmi. Elemen pembentukan BKR, TKR, TRI hingga TNI dibangun dengan tiga unsur utama yang masing-
masing memiliki latar belakang yang berbeda yakni mantan anggota KNIL, mantan anggota PETA, dan laskar rakyat.
19
.
II.1.1 Koninklijk Nederlandsche Indische Leger KNIL
Dalam masa sebelum revolusi, peranan kaum pribumi dalam dinas militer tidaklah terlalu menonjol, orang-orang indonesia masuk kedalam dinas ketentaraan kolonial tidak
lebih sebagai prajurit atau perwira rendahan, ini dimungkinkan khususnya setelah Berakhirnya perang Jawa, dimana dengan cara licik perlawanan Pangeran Diponegoro
diakhiri. Perang yang berlangsung dari 1825-1830 tersebut telah membuat Belanda menerima pelajaran penting, Hindia Belanda harus memiliki pasukan yang menjaga keamanan dan
ketertiban Hindia Belanda. Gubernur Jenderal saat itu, Van Den Bosch segera membentuk pasukan bernama Oost Indische Leger Tentara Hindia Timur, Belanda mengontrak orang-
orang mantan serdadu disersi dari eropa seperti Jerman, Belgia, Swiss, Perancis serta orang- orang Afrika barat Ghana untuk dijadikan serdadu yang handal di wilayah jajahan hindia
timur
20
. Pada tahun 1836, raja Willem I memberikan predikat koninklijk untuk kesatuan tentara hindia timur ini, namun predikat tersebut tidak pernah digunakan selama satu abad.
Kemudian pada tahun 1933 barulah nama pasukan tersebut diubah menjadi Koninklijk
19
Budi Susanto, SJ. ABRI, Siasat Kebudayaan 1945-1995, Yogyakarta, Kanisius, 1995, Hal.15
20
Budi Susanto, Ibid, 1995, Hal.15
Universitas Sumatera Utara
32
Nederlandsche Indische Leger KNIL yang beranggotakan serdadu belanda, tentara bayaran dan sewaan dari negara lain serta warga pribumi Indonesia yang ditugaskan di wilayah
hindia timur Indonesia pada zaman VOC Vereenigde Oost-Indische Compagnie
21
. Orang Indonesia menyebutnya tentara kompeni atau kumpeni. Agar pribumi tidak memiliki
persatuan, maka Belanda membagi KNIL pribumi berdasarkan suku; Suku Jawa, Sunda, Ambon dan Manado. Selain itu bangsa pribumi juga tidak pernah menempati pangkat
tertinggi, mereka selalu ditempatkan dalam pangkat terendah.
Dalam tubuh KNIL, kehidupan sosial tentara pribumi hidup lebih mirip sebagai orang belanda ketimbang bangsa pribumi, untuk wilayah jawa rekruitmen prajurit yang
berasal dari wilayah pinggiran kekuasaan mengakibatkan lebih mudahnya para prajurit ini untuk memilih afiliasi kebudayaan kebelanda ketimbang sebagai pribumi, mareka juga tidak
bisa menyamai status golongan priyayi karena tidak memiliki status askriptif sebagai priyayi. Persentuhan dengan masyarakat pribumi hampir tidak pernah terjadi karena kehidupan sosial
sehari-harinya hanya berkisar diseputar barak. Dan dalam dinas ketentaraan, pergaulan antara tentara eropa dan pribumi juga dipisahkan
22
.
Jumlah tentara pribumi dalam dinas KNIL tidaklah begitu besar. Hal ini bisa dilihat dalam tabel berikut yang memberikan gambaran keadaan KNIL tahun 1939 beberapa saat
sebelum meletusnya perang dunia ke II.
Tabel 1
Keanggotaan KNIL pada akhir kolonialisme
23
21
Paul Van’t Veer, Perang Aceh: Kisah Kegagalan Snouck Hurgronje, Jakarta: Grafiti Pers, 1985, hal 3
22
Ibid. hal 5
23
Djajusman, Hancurnya Angkatan Perang Hindia Belanda KNIL, Bandung: Angkasa, 1978, hlm. 33.
Universitas Sumatera Utara
33
Keterangan Opsir
Opsir rendah dan serdadu
Jumlah
a. Tentara sukarela
Departemen peperangan Persenjataan
Dinas-dinas 83
989 273
54 35.774
1.755
137 6.763
2.028
1.345 37.583
38.928 b.
Opsir cadangan Persenjataan
Dinas-dinas 1.561
222 -
- 1.561
222 1.783
1.783 c.
Milisi Yang dikenakan milisi
- 13.263
13.263 d.
Landstorm Yang dikenakan dinas
- 17.596
17.596 e.
Korps Bumiputera 74 4.501 4.575
Jumlah seluruhnya 3.202
72.943 76.145
Sumber: Djajusman, Hancurnya Angkatan Perang Hindia Belanda KNIL, Bandung: Angkasa, 1978, hlm. 33.
Jumlah tentara eropa selalu lebih banyak dibandingkan tentara pribumi, minimnya jumlah pribumi yang berada dalam dinas ketentaraan dapat dijelaskan sebagai berikut, Hanya
2,31 perwira pribumi yang berada di dinas ketentaraan. Di tingkat perwira rendahan dan serdadu jumlahnya 6,17, sementara secara keseluruhan jumlah pribumi dalam dinas
ketentaraan Hindia Belanda hanya sekitar 6. orang pribumi yang masuk dinas kemiliteran umumnya adalah sekumpulan budak yang peranannya dalam ilmu kemiliteran sangat rendah
atau hampir tidak ada. Perlu diketahui bahwa tentara pribumi yang mengabdi kepada penguasa pribumi sendiri ternyata sangat sedikit tercatat dalam sejarah. Dalam struktur
kekuasaan pribumi tradisional sendiri tidak dikenal adanya suatu golongan sosial yang
Universitas Sumatera Utara
34
semata-mata berfungsi sebagai tentara, melainkan orang-orang sipil yang bias memegang jabatan militer sewaktu-waktu bila diperlukan
24
.
Kedudukan sebagai militer dalam arti tertentu memang dihormati, khususnya oleh kalangan eropa. Akan tetapi, penghormatan ini sepenuhnya atas keberanian mareka sebagai
prajurit. Sementara secara social, kehadiran mareka ditolak dalam pergaulan masyarakat, hanya perwira-perwira tinggi yang mendapatkan status social yang cukup tinggi dan
mendapatkan kesempatan untuk kawin dengan sesama golongan eropa
25
. KNIL saat itu dianggap rendah oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Mereka disebut Kompeni, sosok
tentara bayaran yang rela mengkhianati bangsa sendiri. Tetapi orang-orang yang terdaftar sebagai anggota KNIL tak begitu ambil pusing, karena bayaran yang didapat oleh serdadu
KNIL sangat besar artinya bagi mereka. Kelak keanggotaan mereka selama menjadi KNIL sangat bermanfaat terhadap proses berdirinya TNI. Tokoh-tokoh KNIL yang akhirnya
mengukir sejarah dalam pembentukan TNI adalah A.H Nasution, Oerip Sumoharjo, dan Alex Kawilarang.
II.1.2 Pembela Tanah Air PETA