18
dari teori-teori yang sudah ada, kemudian penelitian sebaiknya dilakukan tahap demi tahap secara ilmiah agar nantinya dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang ilmiah. Salah satu
unsur yang paling penting peranannya dalam observasi adalah menyusun kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun kerangka teori
sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti akan menyoroti masalah yang telah di pilih
8
. Kerangka teori yang menjadi landasan berfikir penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
I.6.1 Batasan Militer
Militer dapat diartikan sebagai kelompok yang memegang senjata dan merupakan organisasi kekerasan fisik yang sah untuk mengamankan negara dari ancaman luar negri
maupun dalam negri. Dalam hal ini, militer berfungsi sebagai alat negara yang menjunjung tinggi supremasi sipil.
Militer juga dapat didefinisikan sebagai sebuah organisasi yang diberi wewenang oleh Negara untuk menggunakan kekuatan termasuk menggunakan senjata, dalam
mempertahankan bangsanya ataupun untuk menyerang Negara lain. Militer biasanya terdiri atas para prajurit atau serdadu. Kata lain yang sangat erat dengan militer adalah militerisme,
yang artinya kurang lebih perilaku tegas, kaku, agresif dan otoriter, walaupun pelakunya bisa saja seorang pemimpin sipil. Karena lingkungan tugasnya terutama di medan perang, militer
memang dilatih dan dituntut untuk bersikap tegas dan disiplin. Dalam kehidupan militer dituntut adanya hirarki yang jelas dan para atasan harus mampu bertindak tegas dan berani
karena yang dipimpin adalah pasukan bersenjata.
9
8
Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Sosial, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1987, hlm.40
9
Wikipedia.com
Universitas Sumatera Utara
19
Dalam studi hubungan sipil-militer, para peneliti dan pengamat militer sering berbeda pendapat mengenai siapa pihak militer itu. Amos Pelmutter membatasi konsep militer hanya
kepada semua perwira yang duduk dalam jabatan yang menuntut kecakapan politik, aspirasi dan orientasi yang bersifat politik tidak memandang kapangkatan, apakah perwira tinggi,
menengah atau pertama
10
. Kemudian Cohan menyebutkan bahwa pihak militer dapat berupa personal militer, lembaga militer, atau hanya perwira senior.
11
Para pengamat hubungan sipil-militer dalam negeri seperti Letjen TNI Purn Sayidiman Suryahardiprojo
12
mendefenisikan militer berkaitan dengan kekuatan bersenjata yaitu TNI sebagai organisasi kekuatan bersenjata yang bertugas menjaga kedaulatan negara.
Sedangkan Hardito membatasi pihak militer ditekankan pada perwira professional.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat dikatan bahwa pengertian militer secara universal adalah institusi bukan sipil yang mempunyai tugas dalam bidang
pertahanan dan keamanan, dalam hal ini militer merupakan suatu lembaga, bukan individu yang menduduki posisi dalam organisasi militer.
I.6.2 Orientasi militer