Ancaman Dampak Perubahan Iklim pada Sektor Kelautan dan Perikanan

II.2.4 Ancaman Dampak Perubahan Iklim pada Sektor Kelautan dan Perikanan

Ancaman dampak perubahan iklim pada sektor kelautan dan perikanan berdasarkan identifikasi Working Group I of the Intergovernm ental Panel on Clim ate Change WG1-IPCC dan laporan keempat Fourth Assesment Report dari Intergovernmental Panel on Climate Change tahun 2007 dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Kenaikan temperatur air laut 2. Peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrim badai, siklon 3. Perubahan pola variabilitas iklim alamiah El-Nino, La-Nina, IPO yang menimbulkan bahaya lanjutan berupa perubahan pola curah hujan dan aliran sungai dan perubahan pola sirkulasi angin dan arus laut 4. Kenaikan muka air laut Ancaman tersebut di atas dapat saling mempengaruhi satu dengan lainnya dan berpotensi mengalami berbagai gaya-gaya iklim atau bahaya-bahaya yang dipicu oleh perubahan iklim sekaligus. Dampak perubahan iklim yang menjadi ancaman besar lainnya apabila dikaitkan dengan kondisi geografis Indonesia adalah naiknya permukaan air laut sea level rise. Ancaman terhadap naiknya permukaan air laut dan ancaman terhadap tenggelamnya pulau-pulau kecil. Tenggelam atau hilangnya suatu pulau kecil merupakan salah satu fenomena yang akan pasti terjadi apabila dampak perubahan iklim tidak diindahkan. Data Departemen Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu hanya dua tahun, yaitu 2005–2007, Indonesia telah kehilangan 24 pulau kecil di Nusantara. Lokasi ke-24 pulau yang tenggelam tersebut adalah sebagai berikut: tiga pulau di Nanggroe Aceh Darussalam NAD, tiga pulau di Sumatera Utara, tiga di Papua, lima di Kepulauan Riau, dua di Sumatera Barat, satu di Sulawesi Selatan, dan tujuh di kawasan Kepulauan Stereribu, Jakarta. Mayoritas pulau kecil yang tenggelam tersebut diakibatkan oleh erosi air laut yang diperburuk oleh kegiatan penambangan untuk kepentingan komersial. Selain itu, bencana tsunami Aceh 2004 juga berdampak pada tenggelamnya tiga pulau kecil setempat. Kehilangan pulau-pulau kecil ini terutama yang berada di daerah perbatasan dengan negara lain akan berdampak hukum yang merugikan Indonesia. Karena dengan kehilangan pulau-pulau tersebut yang semula jadi penentu tapal batas Indonesia dengan negara tetangga wilayah perairan Indonesia akan berkurang. Hal ini perlu diantisipasi mengingat kemungkinan di wilayah tersebut terdapat sumber mineral. Bank Pembangunan Asia Asian Developm ent Bank ADB memprediksi, permukaan bakal naik setinggi 40 sentimeter pada akhir abad ini. Kondisi ini membahayakan penduduk yang tinggal di pesisir pantai. Lembaga internasional ini menilai Indonesia dan Thailand belum menunjukkan upaya konkret dalam mengatasi ancaman ini. Padahal bencana iklim mengakibatkan kerugian ekonomi 6-7 persen dari total produk domestik bruto pada 2100. Saat ini kerugian ekonomi dari bencana iklim masih 2,6 persen dari produk domestik bruto. Makna yang disampaikan diatas adalah bahwa dampak perubahan iklim pada bidang kelauatan dan perikanan akan dirasakan secara luas oleh komunitas yang tinggal didaerah pesisir, seperti terjadinya banjir dan erosi akibat kenaikan permukaan air laut, terjadinya perpindahan penduduk, pengeluaran untuk menjaga dan mengelola pantai menjadi meningkat dan juga berpotensi meningkatnya intensitas badai tropis. Akibat dampak dari hal-hal diatas akan menurunkan aktivitas perekonomian dan dampak yang terlokalisasi pada daerah tertentu saja juga dapat merusak perekonomian lokal.

II.2.5 Matriks Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim pada Sektor Kelautan dan Perikanan