Ancaman perubahan iklim pada sektor pertanian

Sulawesi Utara merupakan contoh wilayah yang dimana sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan positif yang menguatkan ekonomi mikro mereka sehingga pertanian memerankan sangat penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian masyarakat Sulawesi Utara. Walaupun pada tahun 2007 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2006 dimana sektor ini memberikan kontribusi sebesar 19,7 persen, namun kembali pada tahun 2008 sektor pertanian mengalami peningkatan 1,1 persen menjadi 7,5 persen dari tahun 2007 yang tumbuh sebesar 6,1 persen. Pertumbuhan ini melampaui target yang ditetapkan untuk tahun 2005-2010. Pertumbuhan ini tentunya memberikan kontribusi positif terhadap penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat. Bagi Indonesia, pertanian merupakan sektor utama perekonomian. Bagi Negara berkembang lainnya, keberhasilan sektor ini menjadi prasyarat keberhasilan sektor industri dan jasa El-said M, 2001, oleh sebab itu kebijakan sektor pertanian sangat dipengaruhi dengan keberhasilan pembangunan di sektor-sektor lainnya Sadaulet dan de Janvry, 1995. Tabel 1. Prosentase Kontribusi Sektor terhadap PDB Nasional Tahun 2005-2006 Tabel 2. Perkembangan Tenaga Kerja Sektor pertanian pada Tahun 2001-2006

II.1.3 Ancaman perubahan iklim pada sektor pertanian

Hasil lokakarya internasional mengenai Perubahan Iklim dan Masa Depan Pertanian Asia, yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 di Nepal, Kathmandu, menyampaikan keprihatinan dan perhatian terhadap Negara-negara di kawasan Asia dan Negara-negara yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi karena Negara-negara tersebut tersebut memiliki kemampuan yang tak memadai untuk 7 menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup yang berubah . Pertemuan ini menyerukan kepada para pemimpin sektor pertanian di wilayah Asia agar menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup yang berubah. Indonesia, melalui Kementrian Pertanian telah menempatkan ancaman variabilitas dan perubahan iklim 8 pemanasan global sebagai ancaman terhadap sumber daya lahan dan lingkungan pertanian . Di sisi lain sektor ini ditempatkan sebagai sektor yang juga memberikan kontribusi terhadap pemanasan gas rumah kaca melalui Lahan dan budidaya pertanian. Intervensi kebijakan yang pada persoalan pendanaan, teknologi, kelembagaan dan sosial ekonomi menjadi sangat penting. Oleh sebab itu, kementrian ini telah menyusun strategi untuk mengantisipasi persoalan dan ancaman perubahan iklim, baik mitigasi maupun adaptasi. Diharapkan kebijakan yang dilahirkan terintagrasi dan menyeluruh dari sisi aspek yang mempengaruhinya. Dampak perubahan iklim yang telah dipetakan oleh Kementrian Pertanian diantaranya adalah degradasi sumberdaya lahan dan air, infrastrukur irigasi, banjir dan kekeringan dan penciutan serta degradasi lahan yang berpotensi mengancam penurunan produktivitas, produksi, mutu hasil, efesiensi dan lainnya yang berujung kepada Ketahanan Pangan dan pada akhirnya terhadap kehidupan social dan ekonomi serta kesejahteraan petani dan masyarakat produsen. Lapangan Usaha 2005 Triwulan I Triwulan II 2006 Triwulan I Triwulan II Laju Tumbuh Pertanian, ternak, hutan dan ikan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDB PDB Tanpa Migas 14,5 9,2 27,8 0,9 6,3 16,2 6,4 8,5 10,2 100 90,5 13,9 10,1 27,9 0,9 6,3 16,1 6,5 8,4 10,0 100 89,4 13,5 10,2 28,8 0,9 6,4 15 7,0 8,3 9,8 100 88,6 13,3 10,5 28,9 0,9 6,5 14,9 7,0 8,2 9,8 100 87,7 4,5 4,5 3,1 5,7 7,7 4,7 12,2 5.2 5,7 4,9 5,5 Laju Pertumbuhan Semester I 2006 terhadap Semester I 2005 Sumber: BPS Tahun Angkatan Kerja Nasional Juta Orang 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Rata-rata Sampai Februari 2006 Sumber: BPS 2006 diolah Tenaga Kerja Pertanian Juta Orang Prosentasi Nas Pertanian, 89,7 39,7 44,3 91,7 40,6 44,3 92,8 43,0 46,4 93,7 40,6 43,3 94,9 41,8 44,0 95.2 42,3 44,5 93,0 41,4 44,5 7 8 7 Lokakarya regional ini diselenggarakan oleh Federasi Internasional mengenai Prosedur Pertanian dan Federasi Kerja Sama Nasional Nepal NCFN. Lokakarya tersebut diikuti oleh 30 peserta dari 12 negara, yaitu India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, Jepang, Israel, Filipina, Indonesia, Armenia, Kamboja, Vietnam dan Thailand. 8 Ancaman lainnya diluar persoalan perubahan dan variabilitas iklim adalah konversi alih fungsi lahan pertanian, terutama Lahan Sawah Irigasi, degradasi lahan, air dan lingkungan pertanian pencemaran, dll. dan perluasan lahan terlantar serta Keterbatasan potensi dan ketersediaan sumber daya lahan untuk ekstensifikasi pertanian, khususnya dalam mendorong ketahanan pangan dan bioenergi. Karena perubahan pola curah hujan dan kejadian iklim ekstrim mengakibatkan areal padi sawah di beberapa wilayah daerah mengalami kekeringan. Luas areal yang mengalami kekeringan meningkat dari 0,3-1,3 persen menjadi 3,1-7,8 persen. Sementara itu, luas real padi yang mengalami puso, meningkat dari 0,004-0,41 persen menjadi 0,04-1,87 persen. Di sisi lain, akibat banjir, luas areal yang mengalami kerusakan meningkat dari 0,75-2,68 persen menjadi 0,97-2,99 persen dan mengakibatkan puso dari 0,24-0,73 persen menjadi 8,7-13,8 persen. Akibat itu semua, potensi peningkatan penurunan produksi dari 2,4-5 persen menjadi lebih dari 10 persen 9 . Akibat lainnya yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap sector pertanian adalah peningkatan suhu udara yang mengakibatkan penurunan produksi pangan seperti padi, jagung dan kedelai sekitar 10,0-19,5 persen selama 40 tahun yang akan datang. Penciutan lahan dan degradasi sawah produktif sekitar 292-400 ribu hektar atau 3,7 di Jawa akibat peningkatan muka air laut diproyeksikan sampai dengan tahun 2050. Kondisi ini berdampak serius terhadap pertanian di daerah pesisir. Contoh kasus terjadi di Kabupaten Karawang dan Subang dimana produksi beras berkurang sekitar 300,000 ton, produksi jagung berkurang 5,000 ton karena genangan. Naiknya permukaan air laut juga menimbulkan salintas dan instrusi air laut yang mengancam sumber air bersih.

II.1.4 Faktor-faktor yang turut mempengaruhi kerentanan akibat perubahan iklim di sektor