kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak.
c Syirkah Amaal adalah kontrak kerja sama dua orang dengan profesi yang
sama untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan.
d Syirkah Wujuh adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih
yang memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang
tersebut secara tunai. Mereka berbagi keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan yang disediakan oleh mitra. Jenis musyarakah ini
tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasarkan jaminan tersebut.
e Syirkah al-Mudharabah
b. Manfaat Musyarakah
1 Bank menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
meningkat. 2
Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap tetapi disesuaikan dengan pendapatan bank sehingga bank tidak
akan pernah mengalami negative spread. 3
Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cara cash flow atau arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4 Bank akan lebih selektif dan hati-hati prudent mencari usaha yang benar-
benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5 Prinsip-prinsip bagi hasil dalam al-musyarakah ini berbeda dengan prinsip
bunga tetap dimana bank akan menagih penerimaan pembiayaan nasabah satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah sekalipun
merugi dan terjadi krisis ekonomi.
c. Risiko Musyarakah
1 Asymetric information problem, yaitu kecenderungan salah satu pihak yang
menguasai informasi lebih banyak untuk tidak bersikap jujur. Oleh karena itu penerapan pembiayaan bagi hasil haruslah dilakukan dengan memperhatikan
incentive compatible constrain batasan-batasan untuk memberikan insentif
bagi nasabah untuk berlaku jujur. 2
Slide streaming, yaitu nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak.
3 Lalai dan kesalahan disengaja
Gambar 2.1 Skema Al-Musyarakah
Nasabah parsial:nisbah
Bank syariah parsial:pembiayaan
ProyekUsaha
Bagi hasil keuntungan sesuai proporsi kontribusi modal nisbah
KEUNTUNGAN
2.1.1.2 Mudharabah
Produk ini menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja bagi nasabah hingga 100. Besarnya bagi keuntungan didasarkan pada perjanjian
yang sesuai dengan proporsinya. Mudharabah juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk kerjasama disatu pihak bank menyediakan dana sedangkan dipihak lain
menyiapkan keahlian. Setiap keuntungan profit yang didapat akan dibagi
berdasarkan perjanjian sebelumnya. Dalam wikipedi Indonesia disebutkan bahwa
mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih pihak dimana pemilik modal shahibul maal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
mudharib dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari shahibul maal dan keahlian dari
mudharib .
a. Jenis-jenis Mudharabah
1 Mudharabah Mutlaqah, yaitu bentuk kerjasama antara shahibul maal dan
mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. 2
Mudharabah Muqoyyadah, yaitu bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib
dimana mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha.
b. Manfaat Mudharabah
1 Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan nasabah
meningkat
2 Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap tetapi disesuaikan dengan pendapatan bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.
3 Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cara cash flow atau
arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. 4
Bank akan lebih selektif dan hati-hati prudent mencari usaha yang benar- benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
c. Risiko Mudharabah
1 Asymetric information problem, yaitu kecenderungan salah satu pihak yang
menguasai informasi lebih banyak untuk tidak bersikap jujur. Oleh karena itu penerapan pembiayaan bagi hasil haruslah dilakukan dengan memperhatikan
incentive compatible constrain batasan-batasan untuk memberikan insentif
bagi nasabah untuk berlaku jujur. 2
Slide streaming, yaitu nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak.
3 Lalai dan kesalahan disengaja
Perjanjian Bagi hasil
Keahlian modal 100 ketrampilan
Nisbah X nisbah Y
Gambar 2.2 Skema Al-Mudharabah
2.1.2 Konsep Kredit
2.1.2.1 Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Bila
dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan yang memberikan nilai ekonomi economic value kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan
kepercayaan saat itu bahwa nilai ekonomi yang sama akan kesepakatan yang telah disetujui antar kreditur bank dan debitur. Menurut Undang-Undang No. 7 tahun
1992 tentang perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan
MUDHARIB BANK
Pembagian Keuntungan ProyekUsaha
KEUNTUNGAN+ MODAL
atau pembagian hasil keuntungan. Setelah dilakukan revisi Undang-Undang No 7 tahun 1992 dengan Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perbankan Dalam
Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Bunga menurut Sudrajat 2006 adalah penentuan besarnya kelebihan dari
pinjamam modal yang diterima oleh pemberi pinjaman dengan persyaratan periode waktu tertentu. Bunga mengandung tiga unsur sebagai berikut:
1. Kelebihan atau surplus yang melebihi dari modal yang dipinjamkan.
2. Ketentuan besarnya surplus tergantung periode waktu.
3. Persetujuan terhadap syarat-syarat pembayaran kelebihan telah ditentukan.
Faktor yang juga berpengaruh terhadap kemampuan bank untuk memberikan kredit menurut Agung 2001 dalam Rusmiati 2004, yaitu:
1. Kecukupan modal
Modal yang cukup merupakan syarat bagi bank untuk menyalurkan kreditnya. Kecukupan modal memiliki hubungan yang positif dengan kemauan
perbankan menyalurkan kredit. Jika modal yang dimiliki perbankan cukup maka bank akan menyalurkan kreditnya. Namun pada saat krisis modal yang dimiliki
bank negatif yang terjadi karena penurunan modal dan kualitas perbankan dapat mengakibatkan perbankan cenderung menahan diri untuk menyalurkan kredit ke
nasabahnya termasuk sektor dunia usaha. Keengganan ini diakibatkan
kekhawatiran perbankan jika tetap menyalurkan kredit maka akan menambah aset berisiko. Jadi apabila jumlah modal yang dimiliki bank mengalami
kenaikan dan mencukupi maka bank akan dapat menyalurkan kredit ke nasabahnya.
2. Kredit bermasalah NPLs
Kredit bermasalah merupakan faktor penyebab terjadinya penurunan keinginan bank untuk menyalurkan kredit. Jika jumlah NPL yang dimiliki bank
meningkat maka bank akan mengurungkan niatnya untuk menyalurkan kredit. NPL yang tinggi akan memperburuk kondisi permodalan perbankan dan
penurunan pendapatan bunga. Oleh karena itu pada saat NPL tinggi bank akan lebih memilih untuk memperbaiki kondisi permodalannya daripada
menyalurkan kredit. 3.
Tingkat Risiko Salah satu yang menjadi indikator tingginya risiko usaha menurut
perspektif perbankan adalah selisih antara suku bunga kredit dan suku bunga deposito. Tingginya tingkat risiko akan menyebabkan keengganan perbankan
untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan. Bank tetap akan menyalurkan kredit ke dunia usaha tetapi jumlahnya kecil.
Djinarto 2000 dalam Risdwianto 2004 mengemukakan ada beberapa variabel yang menentukan tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan oleh
perbankan, yaitu:
a. Profit Margin yaitu persentase rentang keuntungan yang ingin didapatkan
bank pada kebijaksanaan harga kredit yang ditujukan untuk memperoleh return on asset
. b.
Cost on Service yaitu persentase yang dibebankan atas biaya yang dikeluarkan oleh penghimpun dana serta administrasi rekening data dan
pinjaman. c.
Credit Premium yaitu penambahan evaluasi kemungkinan terjadinya risiko dimana kredit tidak dibayar oleh debitur.
d. Cost on Fund yaitu hasil murni suku bunga dengan mempertimbangkan aset
dana yang biasa dipinjamkan.
2.1.2.2 Unsur-unsur Kredit
Menurut Muljono, 2001, terdapat unsur-unsur kredit antara lain: a.
Waktu yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya.
b. Kepercayaan yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada
debitur, bahwa setelah jangka waktu tertentu debitur akan mengembalikan sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
c. Penyerahan yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan nilai
ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh tempo. d.
Risiko yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan adanya risiko yang mungkin timbul sepanjang jarak antara saat memberikan dan
pelunasannya.
e. Persetujuan dan Perjanjian yang menyatakan bahwa antara kreditur dan
debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian.
2.1.2.3 Jenis-jenis Kredit Jenis Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Berdasarkan tujuan penggunaannya, Kaslan 1970 dalam Risdwianto 2004 membagi kredit menjadi dua jenis yaitu:
a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian
barang-barang atau jasa-jasa yang dapat memberikan kepuasan langsung kepada konsumen. Jenis kredit ini digunakan untuk membiayai hal-hal yang
bersifat konsumtif misalnya kredit perumahan, kredit pembiayaan serta kredit untuk membeli makanan dan pakaian. Secara tidak langsung kredit konsumtif
akan memberikan efek produktif dengan cara meningkatkan produksi dari barang atau jasa yang dibeli oleh peminjam.
b. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang
produktif. Kredit ini dipakai untuk membeli barang-barang modal tetap. Sedangkan kredit modal kerja digunakan untuk membiayai kebutuhan modal
lancar yang biasanya habis dalam satu kali atau beberapa kali proses produksi.
Kredit Menurut Jangka Waktu
Menurut Djinarto 2000 dalam Risdwianto 2004 jangka waktu kredit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang yang waktu pembayarannya
maksimal satu tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah, merupakan kredit yang jangka waktu
pembayarannya antara satu sampai tiga tahun. Kredit ini biasanya berupa kredit modal kerja dan kredit investasi yang tidak terlalu besar.
c. Kredit jangka panjang, merupakan jenis kredit yang jangka waktu
pembayarannya lebih dari tiga tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk membeli mesin, pabrik, perumahan, dan alat-alat keperluan investasi.
Gambar 2.3 Skema Bunga
2.1.3 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
Dalam Irawan 2004 disebutkan bahwa perbedaan bank konvensional dan bank syariah meliputi:
Nasabah: parsial Bank: parsial
ProyekUsaha
Keuntungan
bunga x pinjaman
Keuntungan-pengembalian ke bank
2.1.3.1 Akad, Aspek Legalitas, dan Lembaga Penyelesaian Sengketa
Yang pertama tentang akad dan legalitas. Akad dan legalitas ini merupakan kunci utama yang membedakan antara bank syariah dan bank
konvensional. innamal amalu bin niat, sesungguhnya setiap amalan itu bergantung dari niatnya. Dan dalam hal ini bergantung pada akadnya. Akad
adalah perjanjian yang dibuat oleh pihak nasabah dengan pihak bank. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun
ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan-ketentuan transaksi. Ketentuan-ketentuan transaksi tersebut yaitu: a rukun, seperti: penjual,
pembeli, barang, harga dan ijab-qabul. b syarat, seperti: barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi batal, harga
barang dan jasa harus jelas, tempat penyerahan harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi, barang dan jasa yang ditransaksikan sepenuhnya dalam
kepemilikan. Pada perbankan konvensional, jika terjadi perselisihan antara bank dan
nasabahnya, kedua belah pihak menyelesaikannya di peradilan negeri. Perselisihan antara bank dan nasabahnya pada perbankan syariah diselesaikan
sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang menangani hal ini dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia BAMUI yang
didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
2.1.3.2 Struktur Organisasi
Dalam bank syariah ada keharusan untuk memiliki Dewan Pengawas Syariah DPS dalam struktur organisasinya. Posisi DPS berada setingkat dengan
Dewan Komisaris, sehingga dapat menjamin efektifitas dari setiap opini yang dikeluarkan oleh DPS. Penetapan anggotanya ditentukan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham. DPS harus membuat pernyataan secara berkala biasanya setiap tahun, yang biasanya diterbitkan dalam laporan tahunan, bahwa bank yang
diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Selain itu DPS juga dapat meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya.
DPS akan bertindak sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk diteliti kembali dan difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional DSN.
DSN merupakan suatu lembaga yang dibentuk oleh MUI yang memiliki fungsi untuk mengawasi lembaga-lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan
syariah Islam. Dewan ini tidak hanya mengawasi bank tetapi juga lembaga- lembaga keuangan lain seperti: asuransi, reksadana, modal ventura dan
sebagainya. DSN membuat garis panduan pokok syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum Islam. Garis panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi
DPS pada lembaga-lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar pengembangan produk-produknya.
Fungsi lain dari DSN adalah meneliti dan membuat fatwa-fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah yang telah
mendapat rekomendasi dari DPS. Selain itu, DSN juga bertugas untuk memberikan rekomendasi pada ulama yang ditugaskan sebagai DPS. DSN dapat
memberikan teguran kepada lembaga keuangan syariah jika lembaga tersebut menyimpang dari panduan.
2.1.3.3 Pinjaman Kredit dan Pembiayaan
Perbankan konvensional menyalurkan dana yang mereka himpun dari masyarakat ke sektor riil dalam bentuk pinjaman atau kredit. Keuntungan yang
akan didapatkan bank adalah dari bunga yang dikenakan kepada nasabah atas pinjamannya. Pada bank syariah istilah pinjaman tidak dapat digunakan untuk
menjelaskan kegiatan penyaluran dana yang dilakukan bank syariah. Ada dua alasan yang dapat menjelaskan pernyataan diatas. Pertama,
pinjaman hanyalah salah satu metode hubungan finansial dalam Islam. Masih banyak metode lain yang diajarkan oleh syariah seperti: jual beli, bagi hasil, sewa
dan lain-lain. Kedua, pinjaman dalam konteks Islam adalah akad sosial, bukan akad komersial. Artinya apabila bank memberikan pinjaman, nasabah tidak boleh
disyaratkan untuk meberikan tambahan atas pokok pinjamannya. Bank Syariah sebagai lembaga komersial yang mengharapkan keuntungan,
tentu saja tidak dapat melakukan hal ini. Bank syariah dapat melakukan jual beli dimana bank syariah boleh mengambil keuntungan dari selisih harga jual dan
harga beli sesuai dengan akadnya. Selain itu bank syariah juga dapat melakukan bagi hasil, sewa, ataupun jenis jasa-jasa keuangan lainnya.bank syariah tidak
menggunakan istilah pinjaman atau kredit, melainkan pembiayaan financing. Pembiayaan adalah transaksi dalam perbankan syariah yang merupakan
bentuk penyaluran dana ke sektor riil. Perbedaan utama dengan kredit terletak pada konsep bunga. Prinsip ekonomi Islam mengkategorikan bunga sebagai riba
dan hukumnya haram. Pembiayaan menggunakan konsep profit and loss sharing atau bagi hasil. Besarnya bagian tergantung pada perjanjian yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak. Jika mengalami kerugian maka kerugian itu akan dibagi sesuai dengan akadnya.
2.1.4 Metode Percobaan
Pada pertengahan abad kedua puluh para ahli ekonomi masih percaya bahwa ilmu ekonomi tidak dapat diuji dengan menggunakan percobaan seperti
yang sering dijumpai dalam disiplin ilmu lainnya. Persepsi ini muncul karena para ahli ekonomi beranggapan bahwa karakteristik yang dimiliki pelaku ekonomi
sangat beragam dan sulit dikontrol. Namun seiring dengan dikembangkannya metode percobaan ekonomi, muncul teori Induced Value yang memungkinkan
untuk mengontrol karakteristik-karakteristik tersebut dan tercipta kondisi yang mudah dipenuhi dalam melakukan percobaan sehingga anggapan awal tidak
berlaku lagi Juanda, 2003. Teori induced value dikembangkan oleh Smith 1976 dalam Davis dan
Holt 1993 dalam Chrisanti 2005. Dasar pemikiran teori ini adalah pemberian imbalan reward yang tepat yang memungkinkan peneliti untuk memunculkan
induced karakteristik pelaku ekonomi dan karakteristik bawaan menjadi tidak berpengaruh lagi. Apabila karakteristik pelaku ekonomi telah sama homogen
maka peneliti dapat melakukan percobaan ekonomi. Dalam memunculkan karakteristik dasar subjek unit experiment, ada tiga kondisi yang diperlukan
dalam percobaan, yaitu:
1. Monotonicity. Subjek atau pelaku percobaan harus dapat dipengaruhi agar
menyukai imbalan yang terbesar dan tidak merasa puas akan imbalan yang mereka peroleh. Kondisi ini mudah dipenuhi dengan cara pemberian imbalan
dengan uang domestik. 2.
Salience. Imbalan yang diterima pelaku percobaan tergantung dari tindakan mereka dan pelaku lainnya yang sesuai dengan peraturan yang ada dalam
percobaan, sehingga ada hubungan antara tindakan dan imbalan yang akan berimplementasi kepada tujuan dan hubungan antar subjek penelitian.
3. Dominance. Adanya dominasi kepentingan subjek penelitian dalam percobaan
yaitu lebih mengutamakan imbalan dan mengabaikan hal-hal lain. Menurut Friedman dan Sunder 1994 dalam Noviati 2005, percobaan
ekonomi harus dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol. Lingkungan ekonomi itu sendiri adalah lingkungan yang terdiri dari individu atau pelaku ekonomi dan
aturan yang berlaku dalam suatu institusi sebagai tempat bertransaksinya para pelaku ekonomi tersebut. Disini pelaku ekonomi bisa sebagai pembeli nasabah
dan penjual jasa pembiayaan, sedangkan institusi sebagai bank. Pada umumnya kelompok yang terpilih menjadi subjek penelitian atau pelaku percobaan di bidang
ekonomi berasal dari kalangan mahasiswa. Alasan digunakannya pelaku ekonomi dari kalangan pelajar atau mahasiswa adalah:
1. Pelajar atau mahasiswa dinilai paling siap masuk ke dalam kelompok
eksperimen 2.
Berasal dari kampus tempat munculnya peneliti 3.
Biaya imbalan relatif lebih murah
Instruksi percobaan berisi deskripsi tentang tujuan penelitian, ketentuan percobaan, pilihan tindakan yang harus dilakukan subjek penelitian dan yang
terpenting adalah aturan pemberian imbalan reward kepada subjek sesuai tindakan yang mereka lakukan Friedman Sunder 1994 dalam Noviati 2005.
Instruksi percobaan ini diberikan kepada subjek peneliti pada saat percobaan akan dilaksanakan sehingga subjek peneliti saat percobaan akan dilaksanakan sehingga
subjek memahami prosedur dan aturan yang berlaku. Instruksi dapat dilengkapi dengan ilustrasi sederhana untuk memperjelas permasalahan. Isi instruksi dibuat
sedemikian rupa sehingga menyerupai kondisi di lapangan. Berdasarkan referensi dari website Bank Mandiri Syariah jumlah pembiayaan maksimum adalah 70
dari total modal usaha. Risiko adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian atau suatu keadaan
ketidakpastian. Suatu keputusan dikatakan mengandung risiko apabila hasil keputusan tersebut tidak diketahui secara pasti sebelumnya, tetapi dapat diketahui
nilai probabilitasnya kemungkinannya. Menurut Supranto 2004 dalam Noviati 2005, pada dasarnya manusia bisa dibedakan menjadi tiga kelompok dalam
menanggapi risiko yaitu: 1.
Kelompok yang berani mengambil risiko disebut pengambil atau pencari risiko risk seeker.
2. Kelompok yang netral terhadap risiko risk neutral.
3. Kelompok yang senang menghindar dari risiko risk avoiderrisk averter.
Dalam Mattjik 2002 disebutkan terdapat tiga prinsip dasar dalam rancangan percobaan, yaitu:
a. Ulangan, yang fungsinya untuk:
1 Menghasilkan nilai dugaan bagi galat kekeliruan
2 Meningkatkan ketepatan percobaan dengan memperkecil simpangan baku
nilai tengah perlakuan 3
Mengendalikan galat percobaan b.
Pengacakan. Sebelum percobaan pengalokasian subjek ke kelompok yang akan dicobakan dengan randomization. Dengan pengacakan ini dapat
dianggap ekuivalen bahwa subjek-subjek tersebut hanya berbeda karena faktor kebetulan dalam peubah yang dikaji. Selain itu pengacakan juga berfungsi
untuk mendapatkan dugaan tak bias bagi galat percobaan dan nilai tengah perlakuan.
c. Pengelompokan kontrol lingkungan. Fungsinya adalah untuk mengontrol
faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi respon dan mengurangi galat percobaan.
Kelebihan metode percobaan dibandingkan dengan metode survey dalam Juanda, 2003, antara lain:
a. Peneliti memiliki keleluasaan untuk melakukan pengawasan terhadap
sumber-sumber keragaman data. b.
Dapat menciptakan jenis perlakuan yang diinginkan dan kemudian mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada responnya.
c. Bersifat analitik, yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat
antar berbagai faktor.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian serupa pernah dilaksanakan sebelumnya oleh Yuline Rena Chrisanti 2005 dalam skripsinya yang berjudul Percobaan Ekonomi untuk
Mengkaji Sistem Pembiayaan Bank Syariah dan Bank Konvensional. Dalam skripsi yang ditulisnya Yuline menggunakan dua kondisi yang berbeda yaitu
percobaan yang menggambarkan realitas suatu wilayah yang tidak ada pilihan sistem pembiayaan yang lain dan percobaan yang menggambarkan realitas suatu
wilayah dimana nasabah mempunyai pilihan dalam menentukan jenis pembiayaan yang akan digunakan yaitu sistem bagi hasil perbankan syariah dan sistem bunga
bank konvensional. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yuline pada kondisi tidak terdapat pilihan jenis pembiayaan diketahui bahwa sistem bagi hasil
memberikan keuntungan yang maksimum kepada nasabah sedangkan pada sistem bunga pihak bank lebih diuntungkan dibandingkan dengan nasabah. Besar
pinjaman pada bank syariah cenderung lebih besar dibandingkan dengan bank konvensional.
Penelitian yang hampir serupa juga pernah dilakukan oleh Noviati dalam tesisnya yang berjudul Metode Percobaan Ekonomi Untuk Mengkaji Sistem
Pembiayaan di Perbankan. Dalam percobaan tersebut membandingkan dua sistem pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah yaitu sistem bagi hasil dan
sistem jual beli dengan sistem bunga yang dilakukan oleh bank konvensional. Dalam hasilnya disimpulkan yang pertama, bahwa secara umum sistem
pembiayaan dan risiko berpengaruh pada besar pinjaman dan keuntungan bank, sedangkan keuntungan nasabah lebih dipengaruhi risiko dan periode. Kedua,
besar pinjaman pada sistem bagi hasil umumnya cenderung lebih tinggi dari sistem lainnya yang diteliti. Yang ketiga, dari periode ke periode sistem bagi hasil
cenderung semakin diminati. Dan empat, dilihat dari jumlah debitur peserta percobaan yang melakukan transaksi pembiayaan memilih sistem bunga karena
perhitungannya yang relatif lebih mudah. Melanjutkan penelitian sebelumnya yang memberikan kesimpulan bahwa
sistem bagi hasil lebih cenderung diminati maka dalam penelitian saat ini penulis akan mencoba meneliti jenis sistem bagi hasil yang biasa digunakan dalam
perbankan syariah yaitu musyarakah dan mudharabah kemudian membandingkan kembali hasilnya dengan sistem bunga pada perbankan konvensional. Perbedaan
utama pada sistem bagi hasil musyarakah dan mudharabah adalah mengenai presentasi modal kedua sistem pembiayaan. Dalam musyarakah masing-masing
pihak memberikan kontribusi baik dana, tugas maupun tanggung jawab, sedangkan dalam mudharabah dana ditanggung oleh pihak pertama sedangkan
pihak kedua memberikan kontribusi berupa keahlian atau ketrampilan.
2.3 Kerangka Pemikiran