a. Profit Margin yaitu persentase rentang keuntungan yang ingin didapatkan
bank pada kebijaksanaan harga kredit yang ditujukan untuk memperoleh return on asset
. b.
Cost on Service yaitu persentase yang dibebankan atas biaya yang dikeluarkan oleh penghimpun dana serta administrasi rekening data dan
pinjaman. c.
Credit Premium yaitu penambahan evaluasi kemungkinan terjadinya risiko dimana kredit tidak dibayar oleh debitur.
d. Cost on Fund yaitu hasil murni suku bunga dengan mempertimbangkan aset
dana yang biasa dipinjamkan.
2.1.2.2 Unsur-unsur Kredit
Menurut Muljono, 2001, terdapat unsur-unsur kredit antara lain: a.
Waktu yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya.
b. Kepercayaan yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada
debitur, bahwa setelah jangka waktu tertentu debitur akan mengembalikan sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
c. Penyerahan yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan nilai
ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh tempo. d.
Risiko yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan adanya risiko yang mungkin timbul sepanjang jarak antara saat memberikan dan
pelunasannya.
e. Persetujuan dan Perjanjian yang menyatakan bahwa antara kreditur dan
debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian.
2.1.2.3 Jenis-jenis Kredit Jenis Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Berdasarkan tujuan penggunaannya, Kaslan 1970 dalam Risdwianto 2004 membagi kredit menjadi dua jenis yaitu:
a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian
barang-barang atau jasa-jasa yang dapat memberikan kepuasan langsung kepada konsumen. Jenis kredit ini digunakan untuk membiayai hal-hal yang
bersifat konsumtif misalnya kredit perumahan, kredit pembiayaan serta kredit untuk membeli makanan dan pakaian. Secara tidak langsung kredit konsumtif
akan memberikan efek produktif dengan cara meningkatkan produksi dari barang atau jasa yang dibeli oleh peminjam.
b. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang
produktif. Kredit ini dipakai untuk membeli barang-barang modal tetap. Sedangkan kredit modal kerja digunakan untuk membiayai kebutuhan modal
lancar yang biasanya habis dalam satu kali atau beberapa kali proses produksi.
Kredit Menurut Jangka Waktu
Menurut Djinarto 2000 dalam Risdwianto 2004 jangka waktu kredit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang yang waktu pembayarannya
maksimal satu tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah, merupakan kredit yang jangka waktu
pembayarannya antara satu sampai tiga tahun. Kredit ini biasanya berupa kredit modal kerja dan kredit investasi yang tidak terlalu besar.
c. Kredit jangka panjang, merupakan jenis kredit yang jangka waktu
pembayarannya lebih dari tiga tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk membeli mesin, pabrik, perumahan, dan alat-alat keperluan investasi.
Gambar 2.3 Skema Bunga
2.1.3 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
Dalam Irawan 2004 disebutkan bahwa perbedaan bank konvensional dan bank syariah meliputi:
Nasabah: parsial Bank: parsial
ProyekUsaha
Keuntungan
bunga x pinjaman
Keuntungan-pengembalian ke bank
2.1.3.1 Akad, Aspek Legalitas, dan Lembaga Penyelesaian Sengketa
Yang pertama tentang akad dan legalitas. Akad dan legalitas ini merupakan kunci utama yang membedakan antara bank syariah dan bank
konvensional. innamal amalu bin niat, sesungguhnya setiap amalan itu bergantung dari niatnya. Dan dalam hal ini bergantung pada akadnya. Akad
adalah perjanjian yang dibuat oleh pihak nasabah dengan pihak bank. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun
ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan-ketentuan transaksi. Ketentuan-ketentuan transaksi tersebut yaitu: a rukun, seperti: penjual,
pembeli, barang, harga dan ijab-qabul. b syarat, seperti: barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi batal, harga
barang dan jasa harus jelas, tempat penyerahan harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi, barang dan jasa yang ditransaksikan sepenuhnya dalam
kepemilikan. Pada perbankan konvensional, jika terjadi perselisihan antara bank dan
nasabahnya, kedua belah pihak menyelesaikannya di peradilan negeri. Perselisihan antara bank dan nasabahnya pada perbankan syariah diselesaikan
sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang menangani hal ini dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia BAMUI yang
didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
2.1.3.2 Struktur Organisasi