B. Rancang Bangun Model
1. Sistem Manajemen Dialog
Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat
program berjalan yaitu tampilan antar muka. Semua kontrol antar muka seperti menu, tombol-tombol serta pilihan-pilihan di dalam sistem
merupakan bagian dari sistem manajemen dialog. 2.
Sistem Pengolahan Pusat Input dari sistem manajemen dialog akan diolah di sistem pengolahan
pusat dari PoDSS Potato Decision Support System. Sistem pengolahan pusat ini berfungsi untuk menyatukan sistem secara keseluruhan, baik
sistem manajemen dialog, sistem manajemen basis data maupun sistem manajemen basis model.
3. Sistem Manajemen Basis Data
Sistem manajemen basis data sendiri terdiri dari dua bagian, sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis.
Sistem manajemen basis data statis menyediakan informasi yang tidak bisa diubah oleh user biasa. Sistem basis data statis ini hanya menyediakan
informasi yang bersifat umum dan tidak menyajikan data yang bersifat dinamis.
Sistem basis data dinamis menyediakan fasilitas untuk merubah data. Beberapa data dinamis diantaranya adalah data produk, data pembobotan
serta data penilaian. 4.
Sistem Manajemen Basis Model a.
Sub model penentuan bobot kriteria produk potensial Sub model ini digunakan dalam menentukan bobot kriteria yang akan
digunakan pada model selanjutnya penentuan nilai produk potensial. Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode
eckenrode . Kriteria pada sub model ini adalah kebutuhan tenaga kerja,
teknologi proses, nilai tambah, potensi pasar dan dampak terhadap lingkungan. Setiap kriteria memiliki urutan masing-masing. Urutan
tiap kriteria ditentukan oleh pakar.
30
Pakar dalam model ini adalah Waluyo SP, M. Ayub dan Dra. Hj. O. Setiani G. MS dari Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran Bandung,
Ir. Wildan Mustofa, MM dari pihak praktisi agroindustri serta Dr. Ir. Ani Suryani, DEA staff pengajar dari Departemen Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Urutan yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam rumus eckenrode
∑ ∑ ∑
= =
=
=
k e
n j
ej ej
n j
ej e
e W
1 1
1
λ λ
, untuk e=1,2,... ... k
Dimana λ
ej
= nilai tujuan ke λ oleh ahli ke j
n = jumlah ahli
b. Sub model penentuan produk potensial
Sub model ini digunakan dalam pemilihan produk unggulan hasil olahan kentang berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini
menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial MPE. Kriteria pada sub model ini adalah kebutuhan tenaga kerja, teknologi proses,
nilai tambah, potensi pasar dan dampak terhadap lingkungan. Alternatif pada sub model ini adalah keripik kentang, kerupuk kentang
dan tepung kentang. Pakar dalam sub model ini adalah Waluyo, SP dari Balai Penelitian
Tanaman dan Sayuran Bandung, Ir. Wildan Mustofa, MM, praktisi agroindustri, dan Dr. Ir. Ani Suryani, DEA staff pengajar dari
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Skor yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam rumus MPE
Total skor
i
=
j
Krit m
j ij
skor
∑
=1
31
Dimana : Skor
i
= nilai skor dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j Skor
ij
= tingkat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i
Krit
j
= tingkat kepentingan dari kriteria ke-j i = 1,2,3, … n n = jumlah alternatif
j = 1,2,3, … n n = jumlah kriteria
c. Sub model penentuan bobot kriteria pemilihan lokasi
Sub model ini digunakan dalam menentukan bobot kriteria yang akan digunakan pada model selanjutnya penentuan lokasi alternatif.
Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode eckenrode
. Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan
tenaga kerja dan dukungan masyarakat. Pakar dalam sub model ini adalah Waluyo SP dan M. Ayub dari Balai
Penelitian Tanaman dan Sayuran Bandung serta Ir. Wildan Mustofa, MM, praktisi agroindustri.
d. Sub model penentuan lokasi potensial
Sub model ini digunakan dalam pemilihan lokasi potensial berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini menggunakan
Metode Perbandingan Eksponensial MPE. Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan
infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja dan dukungan masyarakat. Pakar dalam sub model ini adalah Waluyo SP dan M. Ayub dari Balai
Penelitian Tanaman dan Sayuran Bandung serta Ir. Wildan Mustofa, MM, praktisi agroindustri.
e. Sub model kelayakan finansial
Sub model ini digunakan untuk menganalisa tingkat kelayakan industri terpilih berdasarkan data finansial. Beberapa parameter yang
digunakan dalam penilaian kelayakan usaha ini adalah NPV Net
32
Present Value , IRR Internal Rate of Return, BC Rasio Benefit per
Cost Ratio dan PBP Pay Back Period.
C. Pakar