V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Program Utama
PoDSS merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk pihak manajemen atau pihak pengambil keputusan dalam pembuatan prencanaan
agroindustri kentang skala kecil. Perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Perangkat lunak
ini dapat membantu pihak manajemen dalam penentuan produk yang cocok dikembangkan dari bahan baku kentang serta lokasi yang sesuai untuk
pengembangannya. Didalam aplikasinya, PoDSS memiliki empat sistem yang terintegrasi,
yaitu: 1. Sistem manajemen dialog
2. Sistem pengolahan pusat 3. Sistem manajemen basis data
4. Sistem manajemen basis model
1. Sistem manajemen dialog Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi
dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat program berjalan yaitu tampilan antar muka. Semua kontrol antar muka
seperti menu, tombol-tombol serta pilihan-pilihan di dalam sistem merupakan bagian dari sistem manajemen dialog. Pengguna bisa
melakukan aksi terhadap elemen antar muka. Aksi untuk menjalankan perintah bisa dilakukan dengan meng-klik objek dengan mouse.
Sistem dialog pertama yang muncul ketika program dijalankan adalah permintaan sistem kepada pengguna untuk memasukkan identitas
dan kata kuncinya. Pengguna diharuskan untuk memasukkan identitas dan kata kunci agar sistem bisa berjalan kembali. Jika pengguna gagal
memasukkan identitas atau kata kunci yang benar, sistem akan merespon dengan memberitahukan kepada pengguna bahwa identitas atau kata kunci
yang diberikan salah atau tidak terdapat pada database sistem.
Pada menu utama, pengguna bisa memilih sistem yang ingin dijalankan. Sistem akan merespon sesuai dengan perintah pengguna.
Sistem juga menyediakan pilihan untuk menjalankan sistem melalui menu pilihan atau langsung memilih menu melalui gambar yang disediakan.
Menu tulisan dan gambar ini bisa dilihat pada Gambar 12. Interaksi pengguna dan sistem akan terus berlangsung selama
sistem berjalan. Hal ini karena sistem manajemen dialog memang merupakan jembatan penghubung antara sistem pengolah dan pengguna.
Setiap instruksi yang diberikan pengguna kepada sistem semua melalui sistem manajemen dialog sehingga tampilan antar muka yang baik akan
memudahkan pengguna dalam menggunakan sistem.
2. Sistem pengolahan pusat Sistem pengolahan pusat merupakan bagian penting yang
menyatukan keseluruhan sistem. Sistem pengolahan pusat akan mengatur masing-masing sistem menjadi satu-kesatuan yang utuh. Ketika perangkat
lunak PoDSS dijalankan, PoDSS akan meminta pengguna untuk mengidentifikasi dirinya melalui dialog login. Tampilan login PoDSS
dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Tampilan login PoDSS
Pengguna perangkat lunak ini ada tiga jenis sesuai otoritasnya yaitu administrator, anggota dan umum. Pengguna umum dapat
menggunakan sistem tetapi tidak bisa melakukan manipulasi data. Akses pengguna umum hanya sekedar melihat informasi yang ada. Penguna
anggota memiliki akses terbatas. Pengguna anggota bisa melakukan
35
manipulasi data pada sistem tetapi tidak bisa melakukan perubahan pada sistem. Pengguna administrator memiliki hak tertinggi pada sistem.
Administrator bisa merubah semua data yang ada, termasuk manipulasi data pengguna.
Jika pengguna masuk sebagai anggota maka sistem akan meminta identintas dan kata kunci. Jika identitas dan kata kunci sesuai maka
pengguna akan masuk ke tampilan awal sistem PoDSS. Tampilan awal sistem bisa dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Tampilan utama sistem Dari menu utama ini, pengguna bisa memilih menu lain yang
tersedia. Ada beberapa menu lain yang ada pada sistem untuk mengakses masing-masing sub sistem. Beberapa contoh menu lain yang bisa dipilih
adalah seperti Gambar 11 dan 12. Pada menu utama ini disediakan dua cara input, yaitu melalui menu teks dan menu gambar icon. Menu teks
seperti namanya merupakan pilihan yang berupa teks dan bisa dibaca sedangkan menu gambar adalah menu yang diwakili oleh gambar-gambar
untuk pemilihannya.
Gambar 11. Menu informasi
36
Menu teks Menu gambar
Gambar 12. Menu administrasi
3. Sistem manajemen basis data Sistem manajemen basis data sendiri terdiri dari dua bagian, sistem
manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem manajemen basis data statis menyediakan informasi yang tidak
bisa diubah oleh user biasa. Sistem basis data statis ini hanya menyediakan informasi yang bersifat umum dan tidak menyajikan data
yang bersifat dinamis. Informasi yang ada pada basis data ini adalah informasi seputar kentang secara umum. Tampilan basis data statis seperti
ditampilkan pada Gambar 13. Sistem basis data dinamis menyediakan fasilitas untuk merubah
data. Beberapa data dinamis diantaranya adalah data produk, data pembobotan serta data penilaian. Tampilan data dinamis ditampilkan pada
Gambar 14.
Gambar 13. Tampilan basis data statis PoDSS
37
Gambar 14. Tampilan basis data dinamis PoDSS
4. Sistem manajemen basis model a. Sub model pembobotan kriteria produk potensial
Sub model ini berguna untuk memberikan nilai pada kriteria produk potensial sebelum diolah menggunakan sub model selanjutnya.
Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah kebutuhan tenaga kerja,
teknologi proses, nilai tambah, potensi pasar dan dampak terhadap lingkungan.
Tabel 3. Hasil perhitungan sub model pembobotan kriteria produk potensial
Urutan ke- No. Kriteria
1 2 3 4 5 Bobot
1 Kebutuhan tenaga kerja
2 3
0.04 2
Teknologi proses
4 1 0.18 3
Nilai tambah
1 4
0.32 4
Potensi pasar
4 1
0.38 5
Dampak terhadap lingkungan
1 2
2 0.08
Nilai 4 3 2 1 0 1
38
Gambar 15. Tampilan sub model pembobotan kriteria produk potensial
Pada sub model ini, kita bisa memasukkan kriteria pada baris yang sudah disediakan. Kolom urutan kemudian diisi dengan data yang
diperoleh dari pakar. Kolom bobot akan terisi secara otomatis jika kita menekan tombol ”Hitung Bobot”. Tombol ”Hitung Bobot” ini
berfungsi untuk menghitung masukan berdasarkan rumus perhitungan eckenrode sehingga menghasilkan bobot untuk masing-masing
kriteria. Hasil perhitungan pada sub model ini akan menjadi masukan pada sub model selanjutnya yaitu sub model penentuan produk
potensial.
b. Sub model penentuan produk potensial Sub model penentuan produk potensial merupakan sub model yang
berguna untuk mendapatkan produk potensial berdasarkan metode perbandingan eksponensial MPE.
Produk potensial yang dipilih berdasarkan pohon industri kentang. Pohon industri ini menunjukkan bahwa umbi kentang bisa diolah
menjadi kerupuk kentang, keripik kentang ataupun tepung kentang.
39
Alternatif-alternatif ini kemudian dihitung skornya dengan bantuan pakar.
Tampilan hasil perhitungan bisa dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Hasil perhitungan MPE produk unggulan
Berdasarkan hasil perhitungan, skor tertinggi diperoleh produk keripik kentang dilanjutkan kerupuk kentang dan terakhir tepung kentang.
c. Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi Sub model ini berguna untuk memberikan nilai pada kriteria
pemilihan lokasi sebelum diolah menggunakan sub model selanjutnya. Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode
eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan
tenaga kerja dan dukungan masyarakat.
40
Tabel 4. Hasil perhitungan sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi
Urutan ke- No. Kriteria
1 2 3 4 5 Bobot
1 Ketersediaan
lahan 1 1 1 0.20
2 Produktivitas bahan baku
2 1
0.33 3
Ketersediaan infrastruktur 1 2 0.17
4 Ketersediaan tenaga kerja
1 2
0.07 5
Dukungan masyarakat 1
1 1
0.23 Nilai
4 3 2 1 0 1
Hasil Tabel 4 merupakan perhitungan sistem melalui sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi. Sub model ini bisa
dilihat pada Gambar 17. Sub model ini menerima masukan dari pengguna berupa kriteria lokasi dan urutannya yang didapat dari
pakar, selanjutnya bobot dihitung berdasarkan urutan yang telah dimasukkan.
Gambar 17. Tampilan sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi
Bobot yang diperoleh pada sub model ini selanjutnya akan menjadi masukan pada sub model penentuan lokasi potensial.
41
d. Sub model penentuan lokasi potensial Sub model ini digunakan dalam pemilihan lokasi potensial
berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial MPE. Kriteria pada sub model
ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja dan dukungan masyarakat.
Sub model ini menggunakan data lokasi dari kabupaten Bandung. Berdasarkan data, kabupaten Bandung memiliki 45 kecamatan dan
produksi kentang tertinggi ada pada kecamatan Pangalengan, Kertasari dan Cimenyan.
Tabel 5. Produksi kentang di tiga kecamatan potensial
No. Kecamatan Luas
Tanam ha Produksi
ton
1 Pangalengan 9.778
185.773 2 Kertasari
1.483 29.032
3 Cimenyan 1.049
26.971
Sumber: Dinas pertanian tanaman pangan kabupaten Bandung diolah
Bobot dari sub model pembobotan lokasi pada Gambar 17 menjadi masukan pada sub model MPE lokasi. Masukan yang lain pada sub
model ini adalah hasil penilaian tiap pakar terhadap lokasi. Nilai MPE diperoleh setelah dilakukan perhitungan berdasarkan bobot dan
penilaian pakar terhadap masing-masing kriteria. Hasil perhitungan seperti ditampilkan pada gambar 18. Hasil perhitungan yang ada akan
menjadi patokan pemilihan lokasi. Urutan lokasi terpilih akan muncul pada sub model ini seperti terlihat pada Gambar 18.
42
Gambar 18. Hasil perhitungan lokasi potensial
e. Sub model kelayakan finansial Sub model ini digunakan untuk menganalisa tingkat kelayakan
industri terpilih berdasarkan data finansial. Beberapa parameter yang digunakan dalam penilaian kelayakan usaha ini adalah NPV Net
Present Value, IRR Internal Rate of Return, BC Rasio Benefit per Cost Ratio dan PBP Pay Back Period. Asumsi yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Asumsi model kelayakan
Keterangan Nilai Persentase produk terjual
100 Harga jual produk
40,000 Biaya pemeliharaan
2 Modal sendiri
100 Bunga bank
18 Pajak penghasilan
1. Sampai dengan Rp. 25.000.000 5
2. Rp. 25.000.000 sd Rp. 50.000.000 10
3. Rp. 50.000.000 sd Rp. 100.000.000 15
4. Rp. 100.000.000 sd Rp. 200.000.000 25
5. Diatas Rp. 200.000.000 35
Persentase produksi tahun ke-1 70
Persentase produksi tahun ke-2 80
Persentase produksi tahun ke-3 90
Persentase produksi tahun ke-4 sd 10 100
Rendemen 20
43
Asumsi ini bisa diubah sesuai keinginan dari pihak manajemen atau pihak pengambil keputusan, disesuaikan dengan kondisi.
Biaya-biaya yang diperlukan dalam agroidustri ini meliputi biaya bangunan, tanah, pengadaan mesin dan peralatan, perlengkapan dan
kendaaraan, peralatan kantor, bahan baku, energi, komunikasi, biaya pemasaran, dan biaya tenaga kerja. Agroindustri keripik kentang ini
berskala industri kecil menengah IKM sehingga peralatan yang digunakan belum menggunakan peralatan yang otomatis.
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk produksi keripik kentang adalah kompor, penggorengan, panci atau baskom,
tampah nyiru, alat pemotong, ember, pengaduk, serta alat pengemas sealer. Sedangkan bahan baku yang digunakan adalah kentang,
bumbu, bahan tambahan makanan, serta bahan kemasan. Kemasan keripik kentang ini terdiri dari satu kemasan yaitu kemasan primer.
Biaya-biaya secara lebih lengkap disajikan pada Lampiran 8. Pada pengolahan keripik kentang, dari 27.864 kg kentang dapat
menghasilkan 5.573 kg keripik kentang. Biaya produksi untuk pembuatan 5.573 kg keripik kentang adalah sebesar Rp. 182.805.060,-
maka didapat biaya produksi untuk 1 kg keripik kentang adalah sebesar Rp. 32.803,-. Perhitungan biaya produksi selengkapnya
disajikan pada Lampiran 9. Agroindustri ini mempekerjakan 5 orang karyawan dengan gaji
masing-masing sebesar Rp. 750.000,-. Total kebutuhan biaya untuk gaji karyawan per tahun adalah sebesar Rp. 45.000.000,-
Berdasarkan hasil perhitungan, agroindustri keripik kentang memiliki nilai NPV sebesar Rp. 47.530.010,-. Nilai IRR yang
diperoleh adalah sebesar 37,51 yang berarti nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank yaitu 14. Nilai BC Ratio sebesar 2,04
artinya penerimaan yang diperoleh sebesar 2,04 kali dari biaya dan PBP sebesar 2,56 tahun.
Penentuan kelayakan dilakukan dengan membandingkan tiga skenario. Skenario pertama semua perhitungan dilakukan pada kondisi
44
normal, skenario kedua perhitungan dilakukan ketika terjadi penurunan harga jual keripik kentang sebesar 5, sedangkan
perhitungan skenario tiga dilakukan ketika terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 5. Hasil perhitungan pada beberapa skenario ini
bisa dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil analisa finansial keripik kentang
Skenario 1 Skenario 2
Skenario 3 Kriteria
Normal Harga jual turun 5 Biaya produksi naik 5
Harga Rp 36.800
34.960 36.800
NPV Rp 47.530.010
5.304.379 10.924.769
IRR 37,51
16,91 19,88
BC Ratio 2,04
1,12 1,24
PBP Tahun 2,56
4,67 4,21
BEP kg 3.902
4.527 4.493
BEP Rp 143.611.988
158.269.308 165.339.033
Data analisa finansial menunjukkan bahwa usaha keripik kentang layak pada semua skenario. Hal ini menunjukkan bahwa sensitifitas
terhadap perubahan harga tidak terlalu tinggi. Skenario 2 dan skenario 3, meskipun layak tetapi pengembalian modal mencapai lebih dari 4
tahun. Hal ini menjadi pertimbangan tersendiri apakah pengembalian modal selama 4 tahun dinilai terlalu lama ataukah tidak.
B. Agroindustri Skala Kecil Keripik Kentang