dihasilkan. Angin yang terlalu kencang bisa merusak tanaman serta mempercepat penyebaran bibit penyakit.
2. Keadaan tanah
Tanah yang gembur dan sedikit berpasir serta mengandung humus tinggi merupakan media tanam yang baik untuk kentang.
Tanah yang sedikit berpasir akan mudah diresapi air serta tidak menghalangi pertumbuhan umbi. Tanah demikian bisa menjaga
kelembaban saat musim hujan. Kelembaban tanah yang cocok untuk umbi kentang adalah 70. Kelembaban tanah yang lebih dari 70
akan menyebabkan kentang mudah terserang penyakit busuk batang atau leher akar. Keasaman pH tanah yang cocok untuk kentang
bervariasi tergantung dari varietasnya, tetapi umumnya tanah dengan pH antara 5-5,5 paling optimal untuk perkembangan kentang.
B. PANEN DAN PASCAPANEN
Kentang biasanya dapat dipanen pada umur 3-4 bulan setelah tanam, tergantung dari varietasnya. Tanaman kentang setelah berumur 100 hari,
bagian atasnya akan mulai mengering yang menandakan umur tanaman sudah cukup tua. Kentang dalam kondisi seperti ini masih belum bisa dipanen karena
kulit umbinya masih tipis dan mudah lecet. Tanaman kentang setelah mengering dibiarkan sampai seluruhnya kering, biasanya sekitar 7-15 hari
kemudian baru dipanen. Pemanenan kentang biasanya dilakukan dengan cangkul atau garpu dan dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak umbi.
Penanganan pascapanen biasanya meliputi seleksi dan penyimpanan. Dari seleksi akan didapat beberapa mutu kentang. Menurut Setiadi dan
Nurulhuda 1993, mutu kentang bisa dibagi berdasarkan bobotnya. Jenis lokal dan granola dibedakan menjadi 4 golongan mutu, yaitu:
1. Mutu super A berbobot 301 gram ke atas.
2. Mutu besar B berbobot 100-300 gram.
3. Mutu sedang C berbobot 50-100 gram.
4. Mutu kecil D berbobot kurang dari 50 gram.
8
Penentuan mutu untuk kentang jenis french fries sedikit berbeda, yaitu: 1.
Mutu super berbobot 400 gram ke atas. 2.
Mutu A berbobot 250-400 gram. 3.
Mutu B berbobot 100-250 gram. 4.
Mutu C berbobot 60-100 gram. 5.
Mutu D berbobot 30-60 gram.
C. PERDAGANGAN KENTANG DI INDONESIA
Kentang merupakan komoditi yang cukup berpotensi untuk dikembangkan dilihat dari permintaan pasar. Meskipun demikian, produksi
maupun produktivitas kentang masih berfluktuasi. Produksi kentang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Pertumbuhan luas panen, produksi dan produktivitas komoditi Kentang di Indonesia
Luas Area Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan
Tahun Ha
Ton TonHa 1990
44.390 0,00 628.727 0,00 14,16 0,00 1991
39.620 -10,75 525.839 -16,36 13,27 -6,30 1992 48.852
23,30 702.584
33,61 14,38
8,36 1993
51.122 4,65 809.457 15,21 15,83 10,10 1994
56.057 9,65 877.146 8,36 15,65 -1,18 1995 62.388
11,29 1.035.260 18,03 16,59
6,05 1996 69.946
12,11 1.109.560 7,18 15,86
-4,40 1997
50.189 -28,25 813.368 -26,69 16,21 2,16 1998 65.047
29,60 998.032
22,70 15,34
-5,32 1999
62.776 -3,49 924.058 -7,41 14,72 -4,06 2000 73.068
16,39 977.349
5,77 13,38
-9,13 2001
55.971 -23,40 831.140 -14,96 14,85 11,02 2002
57.332 2,43 893.824 7,54 15,59 4,99 2003 62.839
9,61 851.485
-4,74 13,55
-13,09
Sumber : Divisi statistik FAO, 2007 diolah
9
Produksi
200.000 400.000
600.000 800.000
1.000.000 1.200.000
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Tahun To
n
Produksi
Gambar 1. Grafik produksi komoditi kentang.
D. AGROINDUSTRI