15
berhubungan dengan ansietas, sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2.3 Faktor Presipitasi Kecemasan
Faktor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Ada dua kategori faktor pencetus kecemasan, yaitu ancaman terhadap
integritas fisik dan terhadap sistem diri Lairaia Stuart, 1998 dalam Purba, 2012:
a. Ancaman Terhadap Integritas Fisik Ancaman pada kategori ini meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Sumber internal dapat berupa kegagalan
mekanisme fisiologis seperti jantung, sistem imun, regulasi temperature, perubahan biologis yang normal seperti kehamilan dan
penuaan. Sumber eksternal dapat berupa infeksi virus atau bakteri, zat polutan, dan luka trauma. Kecemasan dapat timbul akibat
kekhawatiran terhadap tindakan operasi yang mempengaruhi integritas tubuh secara keseluruhan.
b. Ancaman Terhadap Sistem Tubuh Ancaman pada kategori ini dapat membahayakan identitas, harga
diri, dan fungsi sosial seseorang. Sumber internal dapat berupa
Universitas Sumatera Utara
16
kesulitan melakukan hubungan interpersonal di rumah, di tempat kerja, dan di masyarakat. Sumber eksternal dapat berupa kehilangan
pasangan, orang tua, teman, perubahan status pekerjaan, dilema etik yang timbul dari aspek religius seseorang, tekanan dari kelompok
sosial atau budaya. Ancaman terhadap sistem diri terjadi saat tindakan operasi akan dilakukan sehingga akan menghasilkan suatu kecemasan.
2.4 Tingkat Kecemasan
Peplau 1952 dalam Videbeck, 2008 mengidentifikasi empat tingkat kecemasan sebagai berikut:
a. Tingkat Kecemasan Ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam tingkat ini seseorang lebih waspada dan lapangan persepsinya meningkat seperti melihat, mendengar dan gerakan menggenggam
lebih kuat. Tingkatan ini dapat memotivasi untuk belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Pada tingkat ini, biasanya
muncul tanda dan gerakan seperti jantung berdebar, gelisah, lebih banyak bicara dari biasanya dan tangannya gemetar.
b. Tingkat Kecemasan Sedang Seseorang pada tingkat ini, biasanya pikirannya akan terfokus pada
apa yang dilihatnya sesegera mungkin dan terhalangi dengan lingkungan luarnya. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Lapangan persepsinya menurun seperti penglihatan, pendengaran, dan gerakan
Universitas Sumatera Utara
17
menggenggam berkurang. Pada tahap ini disertai tanda dan gerakan seperti mulut kering, anoreksia, badan bergetar, ekspresi wajah
ketakutan, gelisah, tidak mampu bersikap rileks, sukar tidur, dan banyak bicara disertai suara yang keras.
c. Tingkat Kecemasan Berat Pada tingkat kecemasan yang berat, seorang individu biasanya
akan mengalami lapangan persepsi yang menyempit, lebih memperhatikan hal-hal yang spesifik dan tidak memikirkan hal yang
lain. Prilakunya ditunjukkan untuk mencapai ketenangan dan membutuhkan banyak bimbingan untuk memperhatikan keadaan.
Tanda dan gejala yang muncul biasanya seperti memainkan atau meremas jari, kecewa, tidak berdaya, merasa bodoh terhadap tindakan
yang dilakukan, dan merasa tidak berharga. d. Panik
Tingkatan ini berhubungan dengan perasaan takut dan cemas. Pada tingkatan ini hal yang spesifik tidak lagi proporsional karena seseorang
telah kehilangan kontrol, tidak dapat melakukan hal-hal tertentu meskipun dengan bimbingan. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,
penurunan kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain, persepsi yang terdistorsimenyimpang, dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan
yang sangat bahkan kematian. Disertai tanda dan gejala seperti
Universitas Sumatera Utara
18
perasaan jantung berdebar, penglihatan berkunang-kunang, sakit kepala, sulit bernafas, perasaan mau muntah, otot lebih terasa tegang,
dan tidak mampu melakukan apa-apa.
2.5 Gejala Klinis Cemas