Total emisi CH Data Aktual lapangan

Intermittent, dan SRI nyata pada P = 0.01, sedangkan pada perlakuan Non PTT Tergenang dan PTT Tergenang tidak terdapat hubungan nyata, yang dapat disebabkan oleh ketidakstabilan bakteri metanotrof dalam kondisi penggenangan Lampiran 4.

4. Total emisi CH

4 dan komponen hasil Data panen meliputi potensi hasil yield potential Lampiran 5 dan hasil gabah aktual ditunjukkan pada Tabel 5. Nilai potensi hasil padi diperoleh dengan mengetahui persentase gabah isi padi, malai, jumlah anakan, dan berat 1000 butir gabah yang kemudian dikonversi kedalam hasil padi per satuan luas. Hasil gabah aktual diketahui dengan memperhitungkan berat Gabah Kering Giling GKG pada kadar air 14. Berat biomas panen sebagai salah satu komponen hasil tanaman dapat juga dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Total emisi CH 4 , Gabah kering giling GKG, potensi hasil dan biomas panen selama satu musim tanam di Kebun Percobaan Balingtan pada MK 2007 n=3 ± SD 1 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada p=0.05 2 GKG adalah Gabah Kering Giling pada kadar air 14 3 Potensi hasil dihitung berdasarkan rumus jumlah malaim 2 x jumlah gabahmalai x gabah isianakan x berat 1000 butir x 10 -7 4 Ratio adalah perbandingan GKG dan total emisi dalam satuan kg GKGkg CH 4 Total emisi CH 4 tertinggi dalam satu musim tanam adalah pada perlakuan PTT Tergenang, diikuti Non PTT Tergenang, PTT Intermttent, SRI dan Non PTT Intermittent. Umur tanaman turut berpengaruh terhadap perhitungan total emisi CH 4 , tanaman dengan umur dalam akan menghasilkan emisi CH 4 lebih besar dibanding tanaman berumur genjah. Kondisi Perlakuan Ratio 4 b c 2.5 ± 0.31 0.34 b 7.3 ± ± 1.03 a SRI 60.8 ± 6.85 c 2.4 ± 8.8 ± b 8.8 0.74 a PTT Tergenang 347.1 ± 21.31 a 7.1 ± 0.08 a a 8.8 ± 1.62 0.14 a 10.6 ± ± 0.63 a PTT Intermittent 78.3 ± 48.15 c 6.7 ± 8.1 ± bc 7.2 a 1 Non PTT Intermittent 57.9 ± 5.07 c 6.5 ± 0.15 a b 1 8.7 ± 0.82 0.19 a 1 9.1 ± Biomas Panen ------------------------ tha ------------------------ Non PTT Tergenang 282.9 ± 27.34 b 1 6.8 ± Total emisi CH 4 kgha GKG 2 Potensi hasil 3 0.30 1.16 0.60 1.00 39.47 24.03 112.32 85.95 20.46 penggenangan dan pengeringan juga mempengaruhi emisi CH 4 . Penggenangan menyebabkan kondisi anaerob, yang dapat meningkatkan bakteri metanogen, sedangkan pada kondisi pengeringan terjadi reaksi oksidasi yang dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme metanotrof yang dapat mengoksidasi CH 4 . Pada perlakuan SRI, pemberian pupuk kandang dalam jumlah besar dapat meningkatkan emisi CH 4 . Namun, karena pengairan yang dilakukan dengan cara intermittent, maka emisi yang dikeluarkan juga rendah karena tanah tidak selalu berada pada kondisi reduksi. Pada perlakuan PTT, cara pengairan dengan Intermittent dapat menekan emisi CH 4 77.4 . Untuk Non PTT, cara pengairan intermittent dapat menekan emisi CH 4 sebasar 79.5. Pada perlakuan PTT Tergenang, ternyata menghasilkan emisi CH 4 18.5 lebih besar dari Non PTT Tergenang. Sedangkan untuk perlakuan PTT Intermittent, emisi CH 4 yang dihasilkan 26.1 lebih besar dibandingkan Non PTT Intermittent. Hasil padi tertinggi berdasarkan GKG adalah pada perlakuan PTT Tergenang yaitu 7.1 tonha. GKG merupakan hasil padi aktual berdasarkan data pada luasan ubinan yang dikonversikan ke satuan hektar. Sedangkan Potensi hasil adalah dengan cara mengkonversi komponen hasil seperti gabah hampa, gabah isi, jumlah anakan dan berat 1000 butir kedalam satuan hektar. Potensi hasil tertinggi adalah pada perlakuan PTT Intermittent. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam skala yang lebih luas, perlakuan PTT Intermittent memiliki potensi hasil yang lebih tinggi daripada perlakuan yang lain, begitupula dengan biomas panen. Namun komponen-komponen dalam PTT belum dapat diterapkan secara keseluruhan di sejumlah lokasi persawahan, hal tersebut dikarenakan adanya keragaman kondisi lokasi terhadap keberadaan sumber air, ataupun karakteristik tanah yang tidak memungkinkan dilakukannya sistem PTT. Berdasarkan pola pengairan irigasi terputus, terdapat perbedaan potensi hasil padi antar perlakuan. Kenaikan hasil padi dicapai pada perlakuan PTT lebih besar 23.8 dibandingkan Non PTT, dan 31.3 lebih tinggi dari perlakuan SRI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil padi yang tinggi tidak selalu identik dengan tingginya emisi gas CH 4 . Hasil padi yang tinggi belum tentu menjamin emisi CH 4 yang dikeluarkan juga tinggi tergantung cara budidaya yang diterapkan. Perlakuan Non PTT Intermittent menjadi pilihan yang terbaik, karena memberikan ratio tertinggi antara GKG dan total emisi CH 4 , yaitu 112.32 kg GKG per 1 kg CH 4 . Hubungan antara Emisi CH 4 terhadap hasil padi dan biomas panen menunjukkan bahwa hasil padi dan biomas panen tidak berkorelasi nyata dengan emisi CH 4 Lampiran 8. Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap usaha peningkatan produksi padi dalam pemenuhan kebutuhan pangan, tidak selalu disertai dengan peningkatan emisi CH 4 .

B. Data Model DNDC