Banyaknya eksudat yang dilepaskan akar, dan jumlah anakan padi yang banyak pada fase vegetatif, akan menigkatkan emisi CH
4
, sedangkan pada fase generatif, emisi CH
4
berkurang karena berkurangnya jumlah eksudat dan anakan tanaman padi.
Pada fase vegetatif, mulai dari perkecambahan biji sampai menjelang primordia, fluks CH
4
meningkat seiring meningkatnya pertumbuhan tanaman. Namun, pada awal pertumbuhan, fluks CH
4
harian sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh proses adaptasi fisiologis dari tanaman terhadap kondisi
lingkungan yang baru akibat tanam pindah. Pada fase generatif, fluks CH
4
cenderung menurun atau datar yang dimulai dari fase primordia sampai pembungaan dan pengisian malai. Hal ini
tergantung dari kemampuan tanaman mengurai fotosintat. Tanaman padi sangat efisien mengurai fotosintat pada waktu pengisian malai, sehingga
jumlah eksudat yang dilepaskan melalui , hal ini akan mempengaruhi pembentukan CH
4
.
3. Parameter tanaman
Biomas akar yang banyak akan meningkatkan pembentukan CH
4
. Pembentukan biomas dipengaruhi oleh banyaknya radiasi yang masuk selama
proses fotosintesis. Pada perlakuan PTT, jarak tanam yang renggang menyebabkan fotosintesis berlangsung lebih efisien. Fotosintat dari hasil
fotosintesis akan dikeluarkan sebagai eksudat akar apabila tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk pertumbuhan tanaman.
Data parameter tanaman berupa berat biomass total tanaman dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Berat biomas total tanaman dan fluks CH
4
pada 3 usia tumbuh
Perlakuan
a 32.87
3.23 5.90
b ab
a 7.37
18.83 22.50
b b
a 3.67
a a
a a
a 20.33
1.03
SRI PTT Tergenang
PTT Intermittent Non PTT Intermittent
Non PTT Tergenang 1.07
2.33 1.87
2.47 3.47
18.67
65 HSS 67 HSS
a a
53 HSS
Non PTT Tergenang 644.3 a
537.2 a Perlakuan
36 HSS 51 HSS
a
Non PTT Intermittent 315.8 b
87.1 PTT Intermittent
214.0 b 92.9
PTT Tergenang 310.0 b
372.1 b 339.1 a
c 37.3 b
c 14.0 b
SRI 130.5 b
79.7 Biomas g
Fluks CH
4
kgha
c 36.4 b
419.9 a 40 HSS
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada p=0.05
Analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan berat biomas yang nyata antar perlakuan pada 40 dan 67 HSS. Perbedaan muncul
pada 53 HSS dengan berat biomas tertinggi sebesar 7.37g rumpun pada perlakuan PTT Intermittent. Banyaknya biomas diduga menjadi penyebab
tingginya emisi CH
4
. Semakin banyak jumlah anakan dan tinggi tanaman jumlah aerenkima juga semakin banyak sehingga terbuka jalan bagi lepasnya
CH
4
. Pelepasan emisi CH
4
melalui jaringan aerenkima mencapai 90, sedang sisanya melalui gelembung udara atau ebulisi Holzapfel-Pschorn et al.,
1986. Perakaran padi berperan penting dalam proses oksidasi CH
4
menjadi CO
2
, akar padi juga memiliki kemampuan dalam melakukan pertukaran O
2
sehingga CH
4
yang terbentuk di perakaran dapat teroksidasi. Selain berperan dalam pertukaran gas, akar padi juga melepaskan eksudat akar yang kaya akan
sumber karbon yang mudah terurai. Dengan demikian semakin banyak biomas akar, pembentukan CH
4
juga meningkat Setyanto et al., 2004. Hubungan antara fluks CH
4
harian dengan biomas total disajikan dalam Gambar 10.
a.
y = 3.4x
2
- 82.8x + 369.9 R
2
= 0.79, n = 9
-200 -100
100 200
300 400
500 600
5 10
15 20
25 30
Biomas total g Fl
u k
s C H
4
k g
h a
h ar
i
b.
y = 0.6x
2
- 24.4x + 258.2 R
2
= 0.85, n = 9
100 200
300 400
5 10
15 20
25 30
35 40
Biomas total g Fl
u k
s C H
4
k g
h a
h a
r i
c.
y = 0.2x
2
- 10.2x + 143.4 R
2
= 0.61, n = 9
-100 100
200 300
400
10 20
30 40
50
Biomas total g F
luks C
H
4
k g
h a
h a
r i
nyata pada taraf uji P = 0.01 nyata pada taraf uji P = 0.05
Gambar 10. Kurva persamaan regresi antara biomas total tanaman dengan fluks CH
4
untuk perlakuan a Non PTT Intermittent, b PTT Intermittent, dan c SRI Intermittent.
Gambar 10 menunjukkan hubungan antara biomas total tanaman dan fluks CH
4.
Fluks CH
4
berkorelasi dengan biomas total tanaman. Hal ini berarti menunjukkan bahwa biomas total tanaman berpengaruh terhadap fluks CH
4
. Nilai koefisien korelasi r pada perlakuan Non PTT Intermittent, PTT
Intermittent, dan SRI nyata pada P = 0.01, sedangkan pada perlakuan Non PTT Tergenang dan PTT Tergenang tidak terdapat hubungan nyata, yang
dapat disebabkan oleh ketidakstabilan bakteri metanotrof dalam kondisi penggenangan Lampiran 4.
4. Total emisi CH