• Posisi daun : tegak • Daun bendera : tegak
• Bentuk gabah : panjang ramping • Warna gabah : kuning bersih
• Kerontokan : sedang • Kerebahan : sedang
• Tekstur nasi : pulen • Kadar amilosa : 23
• Bobot 1000 butir : 27-28 gram • Potensi hasil : 5-8.5 tonha
• Ketahanan terhadap hama : tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 • Ketahanan terhadap penyakit : tahan terhadap bakteri hawar daun HDB
strain III dan IV • Anjuran tanam : cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan
ketinggian dibawah 500m dpl • Dilepas tahun : 2000
3. Pengelolaan tanaman terpadu
Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT atau lebih dikenal dengan PTT merupakan salah satu pendekatan pengelolaan usahatani padi, dengan
mengimplementasikan berbagai komponen teknologi spesifik yang memberikan efek sinergis. PTT menggabungkan berbagai komponen
usahatani terpilih yang serasi dan saling komplementer untuk mendapatkan hasil panen optimal dan kelestarian lingkungan. Tujuan penerapan PTT adalah
meningkatkan produktivitas, meningkatkan nilai ekonomikeuntungan usahatani padi melalui efisiensi penggunaan bahan baku, melestarikan
sumberdaya lahan untuk keberlangsungan sistem produksi, dan memberikan teknik budidaya yang ramah lingkungan.
PTT merupakan suatu sistem pengelolaan tanaman yang berprinsip bahwa sumber daya tanaman, lahan dan air harus dikelola dengan baik agar
dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya serta dapat menunjang peningkatan produksi pada lahan dan tanaman, dengan aspek kelestarian dan
keberlanjutan produktifitas lahan pertanian merupakan faktor yang harus diutamakan Wihardjaka, 2007. Sistem ini digunakan pada budidaya tanaman
padi sawah sebagai penyempurnaan dari SRI System of Rice Intesification yang dianggap mempunyai banyak kendala dalam teknis pelaksanaan di
lapangan maupun dalam hal memenuhi kebutuhan pangan nasional yang tinggi.
Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT pada budidaya padi merupakan salah satu teknologi intensifikasi dengan komponen teknologi
utama PTT meliputi Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2004 :
a. Penggunaan benih bermutu Penggunaan benih yang bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat
dengan akar yang banyak, perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam, ketika ditanam pindah dapat tumbuh lebih cepat dan tegak, dan
menghasilkan produksi tinggi. b. Varietas unggul sesuai lokasi
Varietas unggul memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. hasil tinggi 5-8 tonha
2. tanaman pendek 3. daun tegak
4. jumlah anakan produktif sedang-banyak 14-20 5. tanaman tahan rebah
6. tanggap terhadap pemupukan memerlukan banyak pupuk 7. umur tanaman genjah 105-125 hari
8. rasa nasi sedang-enak, ada yang beraroma 9. belum tentu cocok untuk semua lingkungan
c. Tanam bibit muda umur 15 hss tunggal per lubang Keuntungan menggunakan bibit muda adalah :
1. akar lebih kuat dan dalam 2. tanaman akan menghasilkan anakan yang banyak
3. tanaman akan lebih tahan rebah 4. tanaman akan lebih tahan kekeringan
5. tanaman menyerap pupuk lebih efisien d. Tanam cara legowo 2:1 atau 4:1
Keuntungan cara tanam legowo adalah semua baris rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi efek
tanaman pinggir, pengendalian hama dan gulma lebih mudah, memfasilitasikan ruang kosong untuk drainase saluran pengumpul keong
mas atau untuk minapadi, dan penggunaan pupuk lebih efektif. Pada sistem legowo 4:1, jarak antar baris tanaman yang dikosongkan 40cm,
jarak antar tanaman 20cm, dan jarak antar baris yang berada dipinggir adalah 10cm, cara tanam berselang empat baris dan satu baris kosong.
Untuk legowo 2:1, cara tanam berselang dua baris dan satu baris kosong, dengan jarak antar baris adalah 10 cm. Layout penanaman padi dengan
cara tanam legowo dapat dilihat pada Gambar 1.
a
b
Gambar 1. Layout cara tanam legowo a 2:1 dan b 4:1 x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
20 cm 40 cm
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
40 cm 20 cm
10 cm
10 cm
e. Pemberian bahan organik Bahan organik dapat berasal dari limbah tanaman, kotoran hewan atau
hasil pengomposan seperti kotoran sapi, kotoran ayam, jerami atau sisa tanaman lain, dan pupuk hijau. Bahan organik disebar merata diatas
hamparan sawah, dua minggu sebelum pengolahan tanah. Terkadang, untuk jerami padi dibiarkan melapuk langsung di sawah selama satu
musim. Pemberian bahan organik dimaksudkan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kandungan karbon organik tanah, memberi tambahan
hara, memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan aktifitas mikroba, dan mempertahankan perputaran unsur hara dalam sistem tanah-tanaman
f. Pengelolaan hara spesifik lokasi N dengan Bagan Warna Daun BWD; P dan K berdasarkan status hara tanah
Gambar 2. Bagan Warna Daun BWD
Bagan Warna Daun dapat dilihat pada Gambar 2. Cara penggunaan BWD yaitu dengan meletakkan bagian tengah daun diatas BWD, lalu
bandingkan warnanya. Pemupukan dasar atau pemupukan pertama N dengan takaran 50-75 kgha dilakukan sebelum tanaman padi berumur 14
hari atau sebelum 14 hari setelah tanam pindah 14 hst. Pengukuran dengan BWD diawali pada 25-28 hst, dilanjutkan setiap 7-10 hari sekali
sampai fase primordia. Untuk selanjutnya, jika tingkatan daun berada pada skala kurang dari 4, maka perlu penambahan pupuk N dengan dosis yang
ditentukan, yaitu 50-75 kg ureaha untuk musim hasil rendah Musim Kemarau MK, dan 75-100 kg ureaha untuk musim hasil tinggi Musim
Hujan MH. Takaran pupuk P dan K didasarkan pada analisis tanah atau kebutuhan tanaman. Untuk pupuk P diberikan pada saat pemupukan dasar
secara bersamaan dengan pemupukan pertama N pada 7-10 hst. Sedangkan pupuk K dengan takaran 100 kg KClha diberikan bersamaan dengan
pemberian pupuk N yang pertama, dan pupuk K dengan takaran 100 kg KClha maka 50 K diberikan sebagai pupuk dasar atau bersamaan
dengan pemberian pupuk N yang pertama, sisanya diberikan pada saat primordia.
g. Irigasi intermittent berselang Pengairan berselang dimaksudkan untuk mengatur kondisi lahan kering
dan tergenang secara bergantian. Keuntungan dilakukannya irigasi berselang adalah untuk menghemat penggunaan air, memberi kesempatan
akar untuk mengambil udara, sehingga dapat berkembang lebih dalam, dan memudahkan pengendalian hama seperti keong mas dan tikus.
h. Penyiangan gulma secara manual landak, gasrok Penyiangan dapat dilakukan dengan mencabut gulma dengan tangan,
menggunakan alat gasrok atau landak, atau dengan menggunakan herbisida. Gambar alat gasrok atau landak dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Alat gasrok atau landak
Keuntungan penyiangan secara manual : 1. ramah lingkungan tidak menggunakan bahan kimia
2. lebih ekonomis dan hemat tenaga kerja 3. meningkatkan aerasi didalam tanah dan merangsang pertumbuhan akar
padi lebih baik
4. jika dilakukan bersamaan atau segera setelah pemupukan, akan membenamkan pupuk ke dalam tanah, sehingga penggunaan pupuk
lebih efisien i. Penerapan Pemberantasan Hama Terpadu PHT bagi pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman OPT Strategi pengendalian:
1. tanam tanaman yang sehat yaitu pola tanam tepat, pergiliran tanaman, sanitasi lapangan, waktu
tanam yang tepat, pemupukan yang tepat, pengelolaan tanah dan irigasi, dan tanam tanaman perangkap untuk mengendalikan tikus.
2. gunakan varietas tahan hama 3. pengamatan berkala di lapangan
4. pengendalian secara fisik seperti penggunaan lampu perangkap 5. penggunaan biopestisida
6. penggunaan pestisida hanya bila diperlukan dengan insektisida, molusida, dan fungisida
7. pemanfaatan musuh alami seperti predator, patogen serangga 8. pengendalian secara mekanik seperti menggunakan alat atau
mengambil dengan tangan, menggunakan pagar atau menggunakan perangkap
j. Penanganan panen dan pasca panen yang baik Penanganan panen dan pascapanen perlu dilakukan karena kehilangan
hasil dan penurunan mutu selama proses panen dan pascapanen masih tinggi, penanganan panen dan pascapanen yang kurang baik akan
mengakibatkan kualitas benih rendah. Panen biasanya dilakukan jika 95 malai telah menguning, dengan menggunakan mesin thresher. Penanganan
pascapanen dilakukan melalui tahapan perontokan, pengeringan, penggilingan dan penyimpanan. Untuk memperoleh beras dengan kualitas
tinggi, harus memperhatikan waktu panen, sanitasi kebersihan, dan kadar air gabah 12-14.
Komponen-komponen diatas tidak perlu diterapkan seluruhnya, tergantung kesesuaian lokasi pertanian.
4. SRI Sistem of Rice Intensification