7
Hal inilah yang mendasari penulis untuk meneliti permasalahan dengan
mengambil judul penelitian Analisis Yuridis Perubahan Status Sekretaris Desa
Non Pegawai Negeri Sipil Menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah Di Kabupaten
Grobogan.
1.2. Identifikasi Dan Pembatasan Masalah
Dengan berlakunya UU No.32 ahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Sekretaris Desa yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan yang telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah no.45 Tahun 2007 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa Menjadi Pegawai Negeri Sipil, akan diangkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil. Pemerintah Kabupaten Grobogan mengelurkan Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan No. 9 Tahun 2006 Tentang Pencalonan, Pengangkatan
dan Pemberhetian Perangkat Desa dan Peraturan Bupati Kabupaten Grobogan No.10 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan
Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Pencalonan, Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa. Dengan adanya status baru bagi Sekretaris Desa, diperlukan adanya
tata cara perubahan yang dapat manjadi standar operasional, sehingga tidak terjadi mall administrasi. Permasalahn-permasalahan yang kemudian muncul adalah
mengenai para Sekretaris Desa yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 2007 Tentang Persyaratan Dan
Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa Menjadi Pegawai Negeri Sipil. Pemberhentian para Sekrertaris Desa yang tidak memenuhi persyaratan akan
8
menimbulkan rasa ketidak adilan, sehingga implementasi pasal 202 ayat 3 UU NO.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang dilanjutkan dengan
Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2007 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa Menjadi Pegawai Negeri Sipil tersebut menimbulkan
banyak polemik dalam masyarakat. Bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa lainnya, kebijakan ini tentu saja
menimbulkan kecemburuan dan rasa diskriminasi. Sikap kecemburuan itu bisa saja diwujudkan dengan kurangnya semangat dan motivasi kerja dari Kades dan
Perangkat Desa lainnya dan menyerahkan sepenuhnya pekerjaan adiministrasi kepada Sekretaris Desa. Di lain pihak banyak anggapan yang menyatakan bahwa tanggung
jawab dan beban tugas Sekretaris Desa jauh lebih berat dari tugas Perangkat Desa lainnya dan bahkan dari Kades sendiri, karena urusan-urusan teknis cenderung
diserahkan kepada Sekretaris Desa, sedangkan urusan yang sifatnya politis barulah menjadi tanggung jawab Kades. Dengan adanya ketentuan ini dianggap sebagai
penghargaan bagi Sekretaris Desa. Pertanyaan-pertanyaan pesimis banyak muncul terkait dengan kebijakan ini, seperti bagaimana perhitungan masa kerja, apakah
dihitung dari sejak diangkat menjadi Sekretaris Desa atau sejak diangkat PNS? Bagaimana sistem karier, pembinaan, dan pengawasan yang diberikan kepada
Sekretaris Desa PNS tersebut? Bagaimana jenjang eselonisasinya, apakah diberikan eselon sama dengan Seklur atau jabatan ini tanpa eselon? Serta bagaimana ketentuan
pensiunnya? Secara umum, kehadiran pasal tersebut telah menimbulkan polemik,
9
baik pada diri Sekretaris Desa sendiri sebgai unsur Pemerintah Desa, Kepala Desa, serta Perangkat Desa lainnya. Permasalahan yang saat ini dihadapi dalam
implementasi ketentuan tersebut adalah adanya perbedaan pandangan khusunya Pemerintah Desa sendiri terhadap kemungkinan hadirnya tantangan dan peluang yang
muncul terkait ketentuan tersebut.
1.3. Perumusan Masalah