Analisis Ketersediaan Ruang Analisis Data
Kelas S1 : sangat sesuai, yaitu perairan tidak mempunyai faktor pembatas yang
berat atau hanya mempunyai faktor pembatas yang kurang berarti minor dan secara nyata tidak akan menurunkan produktivitas
perairan untuk budidaya rumput laut. Nilai scoring untuk kelas S1 sebesar 3.
Kelas S2 : sesuai, yaitu perairan mempunyai faktor pembatas yang agak berat
dan akan mempengaruhi produktivitas perairan untuk kegiatan budidaya rumput laut. Untuk itu, dalam pengelolaannya diperlukan
tambahan masukan input teknologi dan tingkat perlakuan. Nilai scoring
untuk kelas S2 sebesar 2.
Kelas N :
tidak sesuai, yaitu perairan mempunyai faktor pembatas yang sifatnya permanen, sehingga tidak sesuai untuk budidaya rumput
laut. Nilai scoring untuk kelas N sebesar 1. Nilai kesesuaian perairan yang diperoleh berkisar antara 0 – 300.
Selanjutnya kisaran nilai ini di bagi ke dalam 3 kelas, sehingga diperoleh kisaran nilai kesesuaian sebagai berikut :
• Nilai 251 – 300 S1 = sangat sesuai
• Nilai 151 – 250 S2 = sesui
• Nilai 0 – 150
N = tidak sesuai Kategori kelas kesesuaian yang digunakan untuk menghitung biocapacity
meliputi kelas sangat sesuai dan kelas sesuai, dengan menggunakan rumus :
∑
= =
k lok
k k
BC BC
EqF A
BC dimana
Keterangan : A
k
= Luas perairan budidaya rumput laut kategori ke - kHa EqF
= Equivalence Factor
Tabel 2 Matriks Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Rumput Laut
Kategori dan Skor No
Parameter Bobot
S1 Skor
S2 Skor
N Skor
1. Kecepatan arus
cmdetik 15
20-30 3
11-19 atau 31-45
2 11 atau
45 1
2. Terlindung dari
pengaruh angin dan gelombang
11 Sangat
terlindung 3
Terlindung 2
Tidak terlindung
1 3.
Nitrat ppm 5
0,9-3 3
0,1- 0,9 atau 3-3,5
2 0,1 atau
3,5 1
4. Phosphat ppm
5 0,02-1,0
3 0,01-0,02
atau 1,0- 2,0
2 0,1 atau
3,5 1
5. Kecerahan
11 80 - 100
3 60 - 79
2 60
1 6.
Salinitas ppt 8
32 – 34 3
25 – 31 2
25 atau 35
1 7.
Dasar perairan 11
Karang Berpasir
3 Pasir –
pasir berlumpur
2 Lumpur
1 8.
Derajat KeasamanpH
5 7.5 – 8,5
3 7,5 – 6,8
2 6,8
1 9.
Suhu
o
C 9
29 – 31 3
25 – 28 2
25 atau 32
1 10
DO mgL 5
4 3
2 – 4 2
2 1
11. Kedalaman air
m 15
3 – 30 3
1 – 3 atau 31 – 40
2 0,5 atau
40 1
Jumlah 100
Sumber :Sulistijo 2002, Amarullah 2007, Besweni 2002, FAO 1989 diolah kembali.
IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1
Keadaan Umum Daerah 4.1.1
Geografis dan Topografi
Wilayah Kecamatan Bungku Selatan dengan ibukota Kaleroang, terletak di Pulau Kaleroang merupakan gugusan pulau yang dikenal dengan nama kepulauan
Salabangka. Berdasarkan Peta Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL Jakarta 1987 Lampiran 2, Kepulauan Salabangka Tabel 3 terdiri dari pulau-pulau
Salabangka, pulau-pulau Umbele, dan pulau-pulau Sainoa. Wilayah penelitian dibatasi pada daerah Gugus Pulau Salabangka.
Secara geografis, Kecamatan Bungku Selatan terletak pada lintang 122
o
18’00” BT – 122
o
37’00” BT dan 02
o
53’00” LS – 03
o
11’00” LS, terdiri dari 33 desa diantaranya 21 desa tersebar di kepulauan dan sisanya terletak di wilayah
daratan induk. Secara administratif, Kecamatan Bungku Selatan termasuk dalam
pemerintahan Kabupaten Morowali dengan batas-batas wilayah, sebagai berikut : 1.
Sebelah Utara dengan wilayah Kecamatan Bahodopi dan Perairan Teluk Tolo 2.
Sebelah Selatan dengan wilayah Kecamatan Menui Kepulauan 3.
Sebelah Timur dengan Laut Banda 4.
Sebelah Barat dengan wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara Kecamatan Bungku Selatan merupakan daerah dengan luas wilayah pesisir
terbesar ke dua seluas 235.217 ha di Kabupaten Morowali. Dengan luas wilayah daratan adalah 81,17 103.178 ha daratan induk dan 18,83 23.941 ha
daratan pulau-pulau kecil. Kecamatan ini mempunyai panjang garis pantai pesisir 111,90 km dan panjang garis pantai lingkar pulau 56,30 km Anonim 2004b.
Sebagian besar wilayah pesisir daratan terdiri dari pegunungan dan perbukitan yang disusun oleh batuan beku dan batu gamping kristalin, dengan
ketinggian dari permukaan laut antara 4 – 9 meter. Gunung tertinggi terletak di Desa Sambalagi dengan ketinggian 700 meter. Wilayah Kecamatan Bungku
Selatan memiliki tiga sungai yaitu Sungai Mata Uso terletak di Desa Buleleng dengan panjang 17 km, Sungai Torete di Torete sepanjang 18 km, dan Sungai
Bahonimpa di Pungkeu dengan panjang 9 km. Pada musim penghujan Sungai Mata Uso mengalirkan lumpur dan sedimen ke laut, dan ini berdampak pada
perairan di sekitar Pulau Bapa menjadi keruh BPS 2003. Bentuk pantai di daratan Kecamatan Bungku Selatan relatif lebih terjal dan
sebagian wilayah terdiri dari hutan mangrove. Gugus Pulau Salabangka memiliki bentuk pantai relatif lebih datar, terbentuk dari terumbu karang dengan ketinggian
rata-rata dari permukaan laut berkisar 1 – 2 meter. Tabel 3 Pulau-Pulau di Gugus Pulau Salabangka
No Nama Gugus
Nama Pulau Luas Ha
1. Pulau Salabangka
Paku 10.019
Waru-waru 1.819
Pado-pado 1.383
Pulau bapa 780
Padabale 1.572
Tadingan 13,67
Kaleroang 740
Karantu 118
Manuk -
Jumlah 16.445
2 Pulau Umbele
Pulau Dua 124
Pulau Umbele 3.316
Pulau Raja Gunung -
Pulau Buaya 181
Pulau Panimbawang 1 Pulau Panimbawang 2
1.948 Pulau Tukoh Bonte
- Pulau Boe Kocci
- Pulau Tukoh Kocci
- Pulau Tukoh Mangki
- Pulau Tukoh Sipegang
- Pulau Tokkajang
- Pulau Lakatamba
394 Jumlah
5.963
3 Pulau Sainoa
Pulau Tukoh Poadar -
Pulau Tukoh Dilama -
Pulau Tukoh Matingga -
Pulau Sainoa Darat Pulau Sainoa Mandilao
522 Pulau Tukoh Besar
- Pulau Bungitende
440 Pulau Stagal
126 Jumlah
1.088
Keterangan : pulau berpenghuni inhabits island; - tidak ada data