CTD Conductivity, Temperature, Depth

2.7. CTD Conductivity, Temperature, Depth

CTD Gambar 3 digunakan untuk menentukan profil vertikal parameter oseanografi yang meliputi suhu, salinitas dan tekanan. CTD dilengkapi dengan sensor thermistor, digiquartz, dan conductivity yang digunakan untuk membantu pengukuran. Sensor thermistor untuk melakukan pengukuran parameter suhu, sensor digiquartz untuk mengukur tekanan dan sensor conductivity untuk mengukur salinitas. Hasil pengukuran yang diperoleh masing- masing sensor ditampilkan dalam desibar db untuk parameter tekanan, derajat celcius °C untuk parameter suhu dan ratio konduktifitas untuk parameter salinitas Sea-bird Electronic, Inc , 1997. Sumber : Sea-bird Electronic, Inc, 1997 Gambar 3. Alat CTD tipe SBE 911 Plus 2.8. Diagram T-S Massa air dapat dikenali berdasarkan karakteristik kombinasi dari sifat- sifat massa air tersebut. Nilai parameter oseanografi seperti suhu, salinitas dan kandungan oksigen terlarut biasanya ditentukan oleh keadaan iklim lokal. Saat massa air tenggelam maka massa air tersebut akan membawa sifat-sifat tersebut bersamanya. Dalam lautan terbuka, beberapa massa air yang memiliki sifat yang berbeda tersebut bercampur menjadi satu, namun ada beberapa bagian dari massa air tersebut yang tetap mempertahankan karakternya terutama suhu dan salinitas. Untuk mengklasifikasikan tipe-tipe massa air tersebut, maka Helland-Hansen, 1916 in Pond dan Pickard, 1983 memperkenalkan diagram T-S. Diagram ini digunakan untuk memplotkan nilai suhu dan salinitas sehingga didapatkan suatu garis yang menunjukkan ciri khas dari masing- masing massa air sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasinya Pickard, 1990. Illahude dan Gordon, 1996 menggambarkan diagram T-S Arlindo pada Musim Barat dan Musim Timur Gambar 4, sehingga dapat diketahui asal- usul massa air yang melalui perairan Indonesia pada musim- musim tersebut. Pada Musim Timur, Arlindo dipengaruhi oleh massa air Selat Makasar, Air Subtropik Pasifik Utara North Pacific Subtropical Water, Laut Banda, Air Subtropik Pasifik Selatan South Pacific Subtropical Water, dan Air Uga hari Pasifik Utara North Pacific Intermediate Water. Adapun massa air yang mempengaruhi Arlindo pada Musim Barat, yaitu Selat Makasar, Laut Timor, Air Subtropik Pasifik Utara NPSW, Laut Banda, Air Subtropik Pasifik Selatan SPSW, Air Ugahari Pasifik Utara NPIW, dan Air Ugahari Antartika AAIW. Wüst, 1935 in Sverdrup et al., 1942 memperkenalkan metode lain untuk mempelajari persebaran dan percampuran berbagai tipe massa air yang disebut dengan metode kernschicht atau disebut juga dengan metode lapisan gumbar. Metode ini digunakan untuk mengetahui bagian dari lapisan perairan yang memiliki nilai salinitas yang ekstrem, misalnya di Samudera Atlantik, massa air yang berasal dari Laut Mediterania memiliki salinitas yang tinggi dibandingkan massa air yang berasal dari daerah lain. Metode ini telah digunakan dalam berbagai penelitian di perairan Indonesia. Dalam penelitiannya di Laut Sulawesi, Naulita 1998 menemukan lapisan gumbar S- min NPIW pada isotherm 10 °C s t = 26,50, dengan kisaran salinitas 34,4 ‰ dan diisi oksigen 2,6 – 2,8 mll.

a. Musim Timur b. Musim Barat