115.72°-115.73° BT. Menurut Arief 1997, massa air bersalinitas maksimum ini masuk ke Selat Lombok melalui jalur bagian timur Selat.
Nilai salinitas pada Musim Timur lebih rendah daripada Musim Barat, yaitu hanya mencapai sekitar 34,53-34,54 psu. Pada Musim Timur banyak
ditemukan massa air dengan salinitas kurang dari 34,5 psu. Ketebalan massa air ini mencapai 303 m sedangkan ketebalan massa air ini pada musim barat hanya
253 m. Menurut Arief 1997 penurunan nilai salinitas pada Musim Timur ini disebabkan karena terjadinya percampuran massa air yang intensif antara massa
air bersalinitas tinggi yang lemah dengan massa air bersalinitas rendah yang dominan pada kedalaman antara 150-462 m.
4.3. Diagram T-S
Diagram T-S perairan Selat Lombok disajikan pada Gambar 14. Penggunaan parameter suhu potensial bertujuan untuk mengurangi pengaruh
tekanan air laut. Melalui Gambar 15 dapat diketahui lebih jelas perbedaan karakteristik
massa air yang melalui Selat Lombok pada Musim Barat dan Musim Timur, selain itu juga dapat mempermudah dalam melakukan identifikasi jenis massa air.
Terlihat bahwa massa air di lapisan permukaan perairan Selat Lombok memiliki karakteristik suhu 25 – 29 °C dan salinitas 32,5-33,7 psu.
Pada Gambar 15 terlihat adanya massa air bersalinitas maksimum yang memiliki karakteristik salinitas mencapai 34,6-34,62 psu, suhu 16-18 °C dan
sigma-t s t 24,8-25,4 kotak hitam. Menurut Arief 1997, massa air ini merupakan sisa-sisa massa air NSLW. Massa air bersalinitas maksimum ini
terbentuk di daerah 25 °LU antara 165 °BT dan 195 °BT Samudera Pasifik
bagian barat dengan perubahan nilai musiman sebesar 0,2 psu. Kisaran perubahan tersebut sama dengan kisaran di Selat Lombok. Pada daerah asalnya
massa air ini memiliki salinitas mencapai 34,8-35,2‰ dan terdapat pada sigma-t 24,0 kgm
3
kemudian tenggelam pada sigma-t 25 kgm
3
di Selat lombok Wyrtki, 1961.
Massa air bersalinitas minimum yang memiliki karakteristik salinitas 34,50-34,52 psu, suhu 7,5-12,9 °C dan sigma-t s t 26,0-26,9 kotak merah
merupakan NPIW. Massa air ini ditemukan pada Musim Barat dan Musim Timur Gambar 15. Penentuan kedua jenis massa air pada penelitian ini, tidak dapat
dilakukan secara tegas karena tidak disertai dengan analisis kandungan oksigen. Pada Gambar 15 terlihat bahwa NSLW ditemukan pada saat bertiup angin
muson barat laut Musim Barat, sedangkan pada Musim Timur merupakan kondisi minimum masuknya NSLW. Hal ini disebabkan karena terjadi
percampuran yang intensif akibat arus. Kecepatan arus pada sigma-t s
t
24,8- 25,4 pada Musim Timur lebih cepat daripada Musim Barat. Selisih kecepatan
arus mencapai 0,61 mdet lebih cepat pada Musim Timur. Pada Musim Timur transek 1 kecepatan arus mencapai mencapai 1,06 mdet, pada Musim Barat
transek1 mencapai 0,45 mdet dan pada Musim Barat transek 2 mencapai 0,86 mdet.
Melalui nilai rekaman data tidak ditampilkan, diketahui bahwa NSLW ditemukan disekitar isohalin 34,6 psu. Pada Musim barat di daerah aliran masuk
selat massa ir ini ditemukan pada kedalama n sekitar 133-156 m dan pada daerah aliran keluar massa air ini ditemukan pada kedalaman 156-182 m.
Sumber : Diolah dari data INSTANT bulan Januari 2004 dan Juni 2005
Gambar 15. Diagram T-S pada Musim Barat dan Musim Timur di aliran masuk selat transek 1 dan aliran keluar selat transek 2
Pada Gambar 13, NPIW tidak terlihat jelas, tapi diperkirakan berada di sekitar isohalin 34,50 psu yang menyebar di kedalaman 150-462 m pada Musim
timur transek 1, 219-472 m pada Mus im Barat transek 1 dan 269-404 m pada Musim Barat transek 2. Dengan demikian dapat diperkirakan, bahwa pada
Musim Timur saat bertiup angin muson tenggara NPIW mengisi kolom air yang lebih tebal dibanding Musim Barat.
Musim Timur Aliran Masuk Selat Musim Barat Aliran Masuk Selat
Musim Barat Aliran Keluar Selat
Transek 1 Transek 2
NSLW NSLW
NPIW NPIW
Berdasarkan nilai rekaman data tidak ditampilkan, pada Musim Timur transek 1 NPIW ditemukan pada kedalaman 151-540 m, pada Musim Barat
transek 1 massa air ini ditemukan pada kedalaman 218 - 486 m dan pada Musim Barat transek 2 NPIW ditemukan pada kedalaman 174-300 m.
Massa air bersalinitas maksimum NSLW dan massa air bersalinitas minimum NPIW yang masuk ke perairan Selat Lombok mengalami perubahan
nilai salinitas pada Musim Barat dan Musim Timur. Menurut Illahude dan Gordon 1996, perubahan musiman nilai salinitas NSLW di Selat Lombok adalah
sebesar 0,2 psu. Pada Bulan Juni nilai salinitas NSLW lebih rendah dibanding pada Bulan Januari. Kondisi tersebut mengikuti kondisi sebaran salintas
maksimum di perairan Laut Flores Arief, 1997.
4.4. Sebaran menegak dan melintang sigma-t s t