Arus Lintas Indonesia Arlindo

Sumber : Hellerman dan Rosenstein 1983 in Miyama et al., 1996 Gambar 5. Tekanan angin pada Musim Barat dan Musim Timur

2.10. Arus Lintas Indonesia Arlindo

Dilihat dari karakternya, Arlindo dapat dipisahkan kedalam dua komponen, yaitu arus permukaan yang dipengaruhi oleh angin muson dan arus lintas antar samudera pada lapisan yang lebih dalam. Arus permukaan yang lebih dipengaruhi oleh angin muson, biasanya terdapat pada kedalaman antara 0-50 m dan sering disebut dengan arus muson Indonesia Armundo. Adanya pengaruh angin muson pada lapisan homogen tercampur mixing layer menyebabkan arah aliran pada lapisan ini berubah menurut musim, namun resultan arahnya tetap dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia. Pada Gambar 6, disajikan lintasan Arlindo yang membawa massa air dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia Tomczak dan Godfrey, 1994; Naulita, 1998. Gaya penggerak utama massa air dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia adalah perbedaan tinggi permukaan laut TPL antara Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia. Menurut Wyrtki, 1987 in Fieux et al., 1996, Lintang Bujur Bujur Musim Barat Musim Timur perbedaan TPL ini dapat mencapai maksimum, yaitu 33 cm pada Musim Timur dan minimum 0 cm pada Musim Barat dengan asumsi tidak ada arus pada kedalaman 500 m. Gradien tekanan ini sebagian besar disebabkan oleh angin pasat yang menyebabkan penimbunan massa air di Samudera Pasifik. 110°E 120°E 130°E Sumber : Gordon, 2001 in Sprintall et al., 2004 Gambar 6. Bagan aliran massa arlindo angka hitam menunjukkan besarnya transpor dalam Sverdrup 10 6 m 3 s dan angka merah menunjukkan total transpor berdasarkan nilai outflow dan inflow Massa air dari Samudera Pasifik memasuki perairan Indonesia melalui 2 jalur, yaitu jalur barat dan timur. Jalur masuk barat yaitu melalui Laut Sulawesi di selatan Mindanao kemudian mengalir masuk melalui Selat Makasar. Massa air tersebut keluar menuju Samudera Hindia melalui cara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, yaitu melalui Selat Lombok dengan kedalaman sekitar 350 m dan cara tidak langsung,yaitu melalui Laut Banda kemudian ke Laut Timor. Jalur untuk memasuki Arlindo yang lain adalah jalur timur, yaitu melalui Laut Halmahera, Laut Maluku, dan Laut Seram kemudian memasuki Laut Banda yang selanjutnya keluar menuju Samudera Hindia melalui Laut Timor Sprintall et al ., 2000. Analisis massa air menunjukkan bahwa massa air termoklin ya ng berasal dari Pasifik Utara NPSW dan NPIW merupakan sumber massa air Arlindo. Karakter massa air di barat laut Samudera Pasifik yang merupakan sumber Arlindo dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Massa air di barat laut Samudera Pasifik Massa Air Karakter TºC S‰ O 2 mlL Northen Subtropical Lower Water S maksimum 20-24 34.8-35.2 3.7-4.6 Southern Subtropical Lower Water S maksimum 19-27 35.0-35.6 3.2-3.5 Northern Intermediate Water S minimum O 2 minimum 7-11 4-9 34.1-34.5 34.3-34.6 1.7-3.0 1.2-2.4 Southern Intermediate Water S minimum O 2 minimum 5-7 3.5-5 34.45-34.6 34.5-34.6 1.9-3.0 2.0-2.4 Deep and Botton Water T p minimum 1.6 34.65-70 3.4 Sumber : Wyrtki, 1961 2.11. Perairan Selat Lombok Selat Lombok merupakan salah satu jalur keluar utama Arlindo menuju Samudera Hindia. Selat Lombok sebagai pemisah antara Pulau Bali dan Pulau Lombok memiliki kedalaman perairan sekitar 800 - 1000 m, kecuali di bagian selatan yaitu di dekat Pulau Nusa Penida. Kedalaman pada perairan tersebut hanya mencapai 350 m dengan kecepatan arus mencapai 3,5 mdet. Panjang Selat Lombok sekitar 60 km dan lebarnya sekitar 30 km dibagian utara selat dan menyempit menjadi sekitar 18 km di ujung selatan selat akibat adanya Pulau Nusa Penida. Selat yang terbentuk antara Pulau Bali dan Pulau Nusa Penida dikenal dengan nama Selat Badung yang memiliki kedalaman 60 m. Hal inilah yang menyebabkan aliran massa air utama yang berasal dari Selat Bali terbagi, seperempatnya melalui Selat Badung dan sisanya tetap mengikuti aliran yang utama Murray dan Arief, 1988; Arief, 1997. Hasil analisis dari Subagyo 2005 menggunakan metode lapisan gumbar menunjukkan bahwa di Selat Lombok terdapat 4 jenis massa air, yaitu massa air permukaan surface water yang memiliki salinitas 32,5-33,7 psu, massa air bersalinitas maksimum NSLW yang memiliki salinitas 34,6-34,65 psu, massa air bersalinitas minimum Air Ugahari Pasifik Utara NPIW yang memiliki nilai salinitas 34,5-34,52 psu dan massa air bersalinitas cukup tinggi yang diperkirakan merupakan sisa-sisa massa air Laut Merah yang memiliki nilai salinitas 34,7 psu. Kecepatan massa air yang melalui Selat Lombok cenderung berubah tiap musim. Hasil penelitian Murray dan Arief 1985 Gambar 7 menunjukkan bahwa pada Musim Timur kecepatan arus lebih kuat dibandingkan pada Musim Barat. Arus di Selat Lombok menurut arah mengalirnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu, arus menuju utara arus utara dan arus menuju selatan arus selatan. Namun persentase massa air yang melalui Selat Lombok pada tiap musim cenderung didominasi oleh massa air dari Samudera Pasifik. Hal ini disebabkan karena sepanjang tahun pergerakan massa air di Selat Lombok pada lapisan permukaan sampai kedalaman 200 m tetap menuju selatan. Pergerakan arus selatan yaitu masuknya massa air dari Samudera Pasifik ke Selat Lombok dapat diketahui melalui distribusi lapisan termohalin dan lapisan isotermal Gambar 8 Subagyo, 2005 ; Mitnik et al., 2006. Sumber : Murray dan Arief, 1988 Gambar 7. Kecepatan arus pada kedalaman 35 m hasil pengukuran dengan menggunakan Mooring pada Januari 1985 sampai 1986 di Perairan Selat Lombok Sumber : Murray, et al., 1990 in Mitnik et al., 2006 Gambar 8. Suhu kiri dan salinitas kanan pada lapisan permukaan dengan tekanan 10 db. Kedalaman=35 m 50 cm det -1 u hari hari 3. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan tempat