tropis karena tingginya curah hujan yang melebihi jumlah penguapan Wyrtki, 1961.
Melalui profil sebaran melintang Gambar 17 terlihat bahwa sebaran melintang sigma-t cenderung menyerupai pola sebaran melintang suhu. Terlihat
bahwa penurunan suhu diikuti oleh kenaikan nilai sigma-t. Hal ini menunjukkan bahwa parameter sigma-t lebih dipengaruhi oleh parameter suhu.
4.5. Kedalaman dinamik
Pada Gambar 18 disajikan grafik hasil plot selisih anomali kedalaman dinamik pada dua stasiun yang berdekatan, sumbu X mewakili besarnya selisih
anomali kedalaman dinamik yang berdekatan dan sumbu Y mewakili kedalaman. Grafik tersebut digunakan untuk menentukan papar acuan reference level yang
merupakan level of no motion, yaitu suatu kedalaman dimana pada kedalaman tersebut tidak terdapat gerakan massa air relatif antara dua stasiun. Tujuan
penentuan papar acuan ini adalah untuk menentukan kedalaman dinamik, metode ini mengikuti Defant 1941 in Neumann dan Pierson 1966.
Level of no motion ditunjukkan dengan terbentuknya garis menegak pada sumbu Y. Pada Gambar 18 dan 19 terlihat bahwa level of no motion yang pada
daerah aliran masuk adalah 800 dbar dan di daerah aliran keluar hanya mencapai 300 dbar. Pada daerah aliran keluar, papar acuan yang terbentuk lebih dangkal
daripada daerah aliran masuk. Hal ini disebabkan karena letaknya mendekati daerah ambang yang memiliki kedalaman perairan sekitar 450 m.
Selisih Anomali Kedalaman Dinamik Musim Barat Transek 2
-900 -800
-700 -600
-500 -400
-300 -200
-100 -0.05
0.05 0.1
0.15 0.2
dh 4-5 dh 5-6
Selisih Anomali Kedalaman Dinamik Musim Barat Transek 1
-900 -800
-700 -600
-500 -400
-300 -200
-100 -0.12
-0.1 -0.08
-0.06 -0.04 -0.02
0.02
dh1-2 dh2-3
Selisih Anomali Kedalaman Dinamik Musim Timur Transek 1
- 9 0 0 - 8 0 0
-700 - 6 0 0
-500 - 4 0 0
- 3 0 0 - 2 0 0
-100 -0.15
-0.1 - 0 . 0 5
0.05
Kedalaman m
dh 7-8 dh 8-9
Sumber : Diolah dari data INSTANT bulan Januari 2004 dan Juni 2005 Gambar 18. Grafik selisih anomali kedalaman dinamik terhadap kedalaman pada
aliran masuk selat transek 1 dan aliran keluar selat transek 2
Sumber : Diolah dari data INSTANT bulan Januari 2004 dan Juni 2005 Gambar 19. Sebaran melintang anomali kedalaman dinamik pada aliran masuk
selat transek 1 dan aliran keluar selat transek 2
Pada Gambar 19 terlihat bahwa permukaan isobar membentuk lereng terhadap permukaan acuan. Menurut Tomzack 1994, hal ini disebabkan karena
perbedaan distribusi densitas pada suatu perairan. Massa air dengan densitas yang lebih besar akan bergerak menuju massa air dengan densitas kecil. Massa air ini
akan dibelokkan ke kiri pada belahan bumi selatan karena pengaruh gaya Coriolis. Tanda
pada Gambar 19 masing- masing menyatakan massa air bergerak ke selatan, utara dan tidak mengalir. Massa air di perairan Selat Lombok
bergerak ke selatan jika pada dua stasiun yang berdekatan, nilai anomali kedalaman dinamik stasiun yang terletak di sebelah timur lebih besar daripada
sebelah barat, sehingga selisih anomali kedalaman dinamik bernilai negatif. Dalam hal ini dua stasiun yang berdekatan tersebut terletak pada satu transek
pengamatan. Sebaliknya jika nilai anomali kedalaman dinamik pada stasiun sebelah barat lebih besar daripada sebelah timur maka arus akan bergerak ke
utara. Massa air tidak bergerak jika selisih anomali kedalaman dinamik antara dua stasiun yang berdekatan bernilai nol, hal ini terjadi jika permukaan isobar
tidak membentuk lereng terhadap permukaan acuan. Variasi anomali kedalaman dinamik pada Mus im Timur transek1, stasiun
7-8 adalah -0,119-0,009 dyn.m dan pada stasiun 8-9 adalah -0,03-0,004 dyn.m. Pada transek ini massa air bergerak ke selatan sampai kedalaman 151-164 m
kemudian berbalik ke utara. Pada Musim Barat transek 1 anomali kedalaman dinamik bervariasi antara -0,012-0,014 dyn.m pada stasiun 1-2 dan 0,08-0,00
pada stasiun 2-3. Berbeda dengan arah arus antara stasiun 1-2, arah arus pada stasiun 2-3 seluruhnya bergerak ke selatan sedangkan pada stasiun 1-2 arus
bergerak ke selatan hanya sampai kedalaman sekitar 54 m kemudian berbalik ke
Musim Barat Transek 1 Kecepatan Arus Geostropik ms
-900 -800
-700 -600
-500 -400
-300 -200
-100 -8
-6 -4
-2 2
st 1-2 st 2-3
Musim Timur Transek 1 Kecepatan Arus Geostropik ms
-900 -800
-700 -600
-500 -400
-300 -200
-100 -8
-6 -4
-2 2
Kedalaman m
st 7-8 st 8-9
Musim Barat Transek 2 Kecepatan Arus Geostropik ms
- 9 0 0 - 8 0 0
-700 - 6 0 0
-500 - 4 0 0
- 3 0 0 - 2 0 0
-100
-2 2
4 6
8 10
st 4-5 st 5-6
utara. Hal ini menunjukkan bahwa pada Musim Barat maupun Musim Timur arah arus di lapisan permukaan perairan Selat Lombok bergerak menuju ke selatan.
Menurut Mitnik et al., 2006, arus di Selat Lombok bergerak ke selatan dan utara, namun pada kedalaman di atas 200 m arah arus selalu bergerak ke selatan
sepanjang tahun.
4.6. Kecepatan arus dan volume transpor