bahang akibat bertiupnya angin yang memiliki kelembaban rendah dari Benua Australia.
Pada sebaran melintang suhu Gambar 12 terlihat bahwa lapisan homogen yang terbentuk pada Musim Timur lebih tebal daripada Musim Barat. Perbedaaan
ketebalan lapisan ini pada kedua musim mencapai 46 m. Hal ini menunjukkan bahwa proses pengadukan pada Musim Timur lebih besar daripada Musim Barat
yang disebabkan karena kecepatan arus. Pada penelitian ini, dengan menggunakan metode geostropik diperoleh hasil kecepatan rata-rata aliran massa
air di Selat Lombok pada bulan Juni 2005, sekitar 20 cmdet ke selatan lebih kuat dibandingkan bulan Januari 2004 Gambar 20. Makin cepat pergerakan arus
maka kekuatan pengadukan makin besar sehingga dapat mendorong lapisan termoklin lebih kedalam Wyrtki, 1961.
Pada Gambar 11 terlihat bahwa lapisan termoklin yang terbentuk pada Musim Barat lebih tebal daripada Musim Timur bahkan mencapai permukaan.
Menurut Illahude dan Gordon 1996, hal ini juga terjadi pada berbagai perairan yang lain di Indonesia, misalnya di Laut Flores, Selat Makasar dan Laut Banda.
Suhu pada lapisan permukaan sampai kedalaman tertentu pada Musim Barat menjadi lebih hangat dibandingkan Musim Timur sehingga memperkuat
pembentukan lapisan termoklin. Pada penelitian ini, perbedaan ketebalan lapisan termoklin pada kedua musim mencapai 71 m.
4.2. Sebaran menegak dan melintang salinitas
Profil menegak dan melintang salinitas yang digunakan untuk melihat pola pelapisan massa air berdasarkan salinitas serta menunjukkan adanya salinitas
maksimum dan minimum disajikan pada Gambar 13 dan 14.
Sumber : Diolah dari data INSTANT bulan Januari 2004 dan Juni 2005 Gambar 13. Sebaran menegak salinitas pada Musim Barat dan Musim Timur di
aliran masuk selat transek 1 dan aliran keluar selat transek 2
Transek 1 Transek 2
Musim Barat Aliran Masuk Selat Musim Timur Aliran Masuk Selat
Musim Barat Aliran Keluar Selat
Sumber : Diolah dari data INSTANT bulan Januari 2004 dan Juni 2005 Gambar 14. Sebaran melintang salinitas pada Musim Barat dan Musim Timur di
aliran masuk selat transek 1 dan aliran keluar selat transek 2
Melalui sebaran menegak salinitas Gambar 13, terlihat pola pelapisan massa air dari permukaan sampai lapisan dalam yang dibagi dalam tiga lapisan,
yaitu lapisan homogen, lapisan haloklin dan lapisan dalam. Lapisan homogen
Musim Barat Musim Timur
34.3 34.3
ditandai dengan terbentuknya garis menegak di lapisan permukaan. Hal ini menunjukkan nilai salinitas pada lapisan ini hampir seragam. Lapisan haloklin
ditandai dengan terbentuknya garis miring. Hal ini menunjukkan salinitas pada lapisan ini mengalami perubahan yang cepat terhadap kedalaman. Lapisan dalam
membentuk garis hampir tegak di bawah lapisan haloklin. Pada gambar sebaran menegak salinitas Gambar 13, terlihat bahwa
hampir seluruh stasiun tidak terbentuk lapisan homogen. Lapisan ini hanya terbentuk tipis pada stasiun 8 dan 9, yaitu sampai kedalaman 20 dan 31 m.
Kisaran salinitas pada lapisan ini adalah 33,35-33,36 psu dengan gradien salinitas mencapai 0,0009 psum.
Lapisan haloklin yang terbentuk pada masing- masing stasiun pengamatan memiliki ketebalan yang berbeda-beda. Lapisan ini terbentuk sampai kedalaman
antara 78-146 m dengan kisaran salinitas mencapai 32,22-34,62 psu dan gradien salinitas sekitar 0,01-0,04 psum. Ketebalan lapisan haloklin dan lapisan dalam
pada masing- masing stasiun serta kisaran nilai salinitas yang terdapat pada lapisan tersebut disajikan secara lebih jelas pada Tabel 4.
Tabel 4. Variasi salinitas pada lapisan haloklin dan lapisan dalam
Transek Stasiun Lapisan
Haloklin m
Kisaran Salinitas psu
Lapisan Dalam m
Kisaran Salinitas
psu 1
1 2
3 7
8 9
5 -93 5 -103
5 -114 5 -102
20 - 120 31 – 135
33,92 – 34,54 34,04 – 34,52
33,91 – 34,50 32,22 – 34,51
33,36 – 34,54 33,35 – 34,51
93 – 600 103 – 600
114 – 600 102 – 600
120 – 600 135 – 600
34,62 - 34,55 34,61 - 34,55
34,61 - 34,54 34,54 - 34,53
34,55 - 34,53 34,52 - 34,53
2 4
5 6
5 - 126 5 - 114
5 - 90 34,00 - 34,55
34,07 – 34,52 34,02 – 34,49
126 – 300 114 – 300
90 – 300 34,54 - 34,50
34,49 - 34,48 34,40 - 34,49
Sumber : Diolah dari data INSTANT bulan Januari 2004 dan Juni 2005
Gradien salinitas pada lapisan dalam berkisar 0,0001-0,00002 psum. Hal ini menunjukkan bahwa pada lapisan ini perubahan nilai salinitas sangat kecil
bahkan hampir konstan. Melalui sebaran melintang yang disajikan pada Gambar 14 dapat diketahui
kondisi profil salinitas serta karakteristik massa air di Selat Lombok pada Musim Barat dan Musim Timur. Lapisan permukaan pada Musim Timur mendapat
pasokan massa air bersalinitas rendah lebih banyak dari pada Musim Barat. Hal ini dapat dilihat dari gradien perubahan warna pada sebaran melintang serta letak
garis isohalin 34,3 psu. Pada Musim Timur, garis isohalin ini terdesak sampai kedalaman sekitar 54-80 m sedangkan pada Musim Barat transek 1 isohalin
34,3 psu ditemukan pada kedalaman 29-35 m dan pada musim barat transek 2 isohalin ini ditemukan pada kedalaman sekitar 42-78 m. Menurut Arief 1997,
hal ini mengindikasikan masuknya massa air bersalinitas rendah yang berasal dari pantai utara Bali pada Musim Timur. Hal ini sekaligus menunjukkan peran Selat
Lombok dalam mengalirkan air laut bersalinitas rendah dari bagian barat perairan Indonesia ke Samudera Hindia.
Pada Musim Barat ditemukan salinitas maksimum yang memiliki nilai 34,60-34,62 psu Gambar 13. Pada daerah aliran masuk transek 1 salinitas
maksimum ini ditemukan pada kedalaman 135-164 m yang ditunjukkan oleh garis isohalin dari bagian barat sampai timur selat, namun selama perjalanannya menuju
daerah ambang ambang transek 2 massa air bersalinitas maksimum ini mengalami proses percampuran yang intensif sehingga pada daerah aliran keluar
selat transek 2 massa air bersalinitas maksimum ini hanya berbentuk kurva tertutup dengan cakupan wilayah lebih kecil yang berada disekitar daerah
115.72°-115.73° BT. Menurut Arief 1997, massa air bersalinitas maksimum ini masuk ke Selat Lombok melalui jalur bagian timur Selat.
Nilai salinitas pada Musim Timur lebih rendah daripada Musim Barat, yaitu hanya mencapai sekitar 34,53-34,54 psu. Pada Musim Timur banyak
ditemukan massa air dengan salinitas kurang dari 34,5 psu. Ketebalan massa air ini mencapai 303 m sedangkan ketebalan massa air ini pada musim barat hanya
253 m. Menurut Arief 1997 penurunan nilai salinitas pada Musim Timur ini disebabkan karena terjadinya percampuran massa air yang intensif antara massa
air bersalinitas tinggi yang lemah dengan massa air bersalinitas rendah yang dominan pada kedalaman antara 150-462 m.
4.3. Diagram T-S