Jenis Penelitian Metode Analisis Data Penelitian

29

BAB 3 METODE PENELITIAN

1.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian survei yang berupa deskriptif komparatif jadi penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif komparatif karena ingin mencari perbandingan pemahaman konseling kelompok antara guru BK yang lulusan Unnes dengan Non-Unnes. Singarimbun 1989: 3 menyatakan bahwa “penelitian survei diartikan sebagai penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok”. Jadi penelitian survei yang berupa deskriptif yaitu memaparkan atau menggambarkan suatu variable atau fenomena tanpa melakukan pengujian hipotesis. Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena, pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat. Peneliti mengembangkan konsep, menghimpun fakta tapi tidak menguji hipotesis. Menurut Sukmadinata 2008: 35 survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relative kecil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data tentang pemahaman guru BK terhadap pelaksanaan layanan konseling kelompok.

1.2 Variabel Penelitian

1.2.1 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini ada 2 variabel yaitu variabel terikat adalah pemahaman guru BK tentang konseling kelompok, dan variabel bebas adalah status perguruan tinggi.

1.2.2 Definisi Operasional Variabel

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti suatu materi atau gagasan, mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Konseling kelompok merupakan proses interpersonal yang dinamis yang menitikberatkan pada kesadaran berpikir dan tingkah laku. Pemahaman terhadap konseling kelompok merupakan kemampuan mengerti suatu materi atau gagasan yang dilakukan guru BK dalam hubungan dengan sejumlah klien pada waktu yang sama sebagai upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, yang menitikberatkan pada kesadaran berpikir dan tingkah laku.

1.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1.3.1 Populasi

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objeksubjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ” Sugiyono,2007: 80. Sedangkan menurut Singarimbun 1989: 76 “populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri- cirinya akan diduga”. Populasi yang digunakan dalam survei ini adalah seluruh guru BK yang ada di SMP Negeri se-Kota Semarang. Tabel 3.1 Daftar persebaran SMP Negeri Kota Semarang beserta jumlah guru BK berdasarkan pembagian letak wilayah pinggiran, transisi dan kota Wilayah Nama Sekolah Jumlah Guru BK Pusat kota SMP Negeri 2 3 guru SMP Negeri 3 3 guru SMP Negeri 4 4 guru SMP Negeri 5 3 guru SMP Negeri 6 2 guru SMP Negeri 7 2 guru SMP Negeri 8 4 guru SMP Negeri 9 3 guru SMP Negeri 15 5 guru SMP Negeri 32 3 guru SMP Negeri 37 3 guru SMP Negeri 39 5 guru Jumlah total 12 sekolah 40 guru Transisiperbatasan SMP Negeri 1 4 guru SMP Negeri 10 3 guru SMP Negeri 11 2 guru SMP Negeri 12 4 guru SMP Negeri 13 5 guru SMP Negeri 14 4 guru SMP Negeri 16 4 guru SMP Negeri 17 4 guru SMP Negeri 18 4 guru SMP Negeri 19 2 guru SMP Negeri 21 3 guru SMP Negeri 25 3 guru SMP Negeri 26 5 guru SMP Negeri 27 4 guru SMP Negeri 29 4 guru SMP Negeri 30 4 guru SMP Negeri 33 4 guru SMP Negeri 34 4 guru SMP Negeri 36 4 guru SMP Negeri 38 4 guru SMP Negeri 40 4 guru Jumlah total 21 sekolah 79 guru Desa SMP Negeri 20 4 guru SMP Negeri 22 4 guru SMP Negeri 23 3 guru SMP Negeri 24 4 guru SMP Negeri 28 3 guru SMP Negeri 31 4 guru SMP Negeri 41 3 guru Jumlah total 7 sekolah 25 guru

1.3.2 Sampel dan Teknik Sampling

Menurut Sugiyono, 2007: 62, “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh p opulasi”. Menurut Arikunto 2006: 109 sampel adalah “sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Jadi sampel adalah wakil dari populasi yang bersifat sama dengan populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan Cluster Proportional Random Sampling. Alasan peneliti mengambil teknik ini adalah dengan melihat wilayah unit kerja konselor sekolah di kota Semarang yang sangat luas, maka tiap wilayah akan diambil secara proportional dengan cara random atau acak. Sugiyono 2007: 65 menjelaskan cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Teknik ini dilakukan dengan mengambil sampel berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Proportional sampling digunakan untuk menentukan sampel dari masing-masing daerah populasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan untuk teknik random sampling, Sugiyono 2007: 64 mengungkapkan bahwa teknik ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada, cara yang demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen atau sama sehingga setiap obyek mendapat kesempatan dipilih menjadi sampel. Teknik ini dipilih karena diasumsikan homogen dari segi profesinya yaitu guru BK di SMP. Menurut Arikunto 2006: 134, untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya berupa penelitian populasi. Namun, jika jumlah subyeknya lebih dari 100 dapat diambil 10-15 atau 20-25 atau lebih. Berdasarkan keterangan tersebut, peneliti memilih jumlah sampel penelitian sebesar 25 dari jumlah populasi yang sudah terbagi kedalam 3 kelompok wilayah sebagai berikut : daerah pusat kota sebanyak 9 guru BK, daerah perbatasantransisi sebanyak 20 guru BK, dan daerah pinggiran kota sebanyak 8 guru BK. Setiap wilayah akan dipilih secara random, sehingga terpilih sampel sebagai berikut : Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian Wilayah Nama Sekolah Jumlah Guru BK Asal Perguruan Tinggi Pusat Kota SMP Negeri 2 2 guru IKIP Negeri Surabaya 1 guru IKIP Negeri Semarang SMP Negeri 3 1 guru IKIP Veteran Semarang 2 guru IKIP Negeri Semarang SMP Negeri 32 1 guru Universitas Sebelas Maret UNS 1 guru Universitas Kristen Satya Wacana UKSW 1 guru IKIP PGRI Semarang Jumlah 3 sekolah 9 guru Transisi SMP Negeri 1 1 guru IKIP Veteran Semarang 1 guru Universitas Kristen Katholik Soegijapranata Unika 2 guru IKIP Negeri Semarang SMP Negeri 10 1 guru IKIP Negeri Bandung 1 guru IKIP Negeri Yogyakarta 1 guru IKIP Negeri Semarang SMP Negeri 33 1 guru IKIP Negeri Semarang 2 guru IKIP PGRI Semarang SMP Negeri 17 1 guru IKIP Veteran Semarang 2 guru IKIP PGRI Semarang 1 guru IKIP Negeri Semarang SMP Negeri 27 1 guru Universitas Sebelas Maret UNS 3 guru IKIP Negeri Semarang SMP Negeri 14 2 guru IKIP PGRI Semarang 1 guru IKIP Veteran Semarang 1 guru IKIP Negeri Semarang Jumlah 6 sekolah 22 guru Pinggiran SMP Negeri 24 4 guru IKIP Negeri Semarang SMP Negeri 22 4 guru IKIP Negeri Semarang Jumlah 2 sekolah 8 guru

1.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Data merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu penelitian karena dengan adanya data akan dapat ditarik suatu kesimpulan, untuk menyimpulkan suatu data digunakan satu cara atau alat yang tepat. Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah pemahaman konseling kelompok guru BK di sekolah, responden yang akan menjadi sumber data berjumlah banyak, dan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian untuk mengetahui dari segi kognitifnya saja maka dari pertimbangan tersebut dipilihlah tes sebagai metode pengumpulan data.

1.4.1 Alat Pengumpulan Data

Penentuan alat pengumpul data yang akan digunakan dalam penelitian ditentukan berdasarkan variabel yang akan diamati yaitu pemahaman konseling kelompok guru BK di sekolah. Alat pengumpulan data yang dipilih pada penelitian ini yaitu jenis tes . “Yang dimaksud tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti ” Arikunto, 2006: 223. Instrumen berupa tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Tes pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data pemahaman guru BK tentang konseling k elompok di sekolah. Peneliti menggunakan jenis pertanyaan “benar salah” untuk mengetahui sejauh mana pemahaman guru BK di sekolah terhadap layanan konseling kelompok.

1.4.2 Penyusunan Instrumen

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen dilakukan dengan beberapa tahap, baik dalam pembuatan maupun uji coba seperti bagan berikut : Gbr 3.1 Langkah Dasar Penyusunan Instrumen Kisi-kisi pengembangan Instrumen penelitian Instrumen 2 Uji Coba Revisi 4 Instrumen Jadi 5 Dalam penelitian ini digunakan tes. Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman guru BK terhadap layanan konseling kelompok di sekolah. Jawaban yang disediakan hanya ada 2 pilihan yaitu benar atau salah, sehingga guru BK akan diberikan sejumlah pernyataan tentang konseling kelompok dan hanya tinggal memilih apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Untuk penskoran bagi jawaban yang benar adalah skor 1, dan yang jawaban salah atau tidak sesuai yang seharusnya adalah skor 0. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada pengembangan kisi-kisi instrumen tentang pemahaman konseling kelompok pada guru BK sebagai berikut: Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Guru BK terhadap Konseling Kelompok Variabel Komponen Indikator Deskriptor Item + - Pemahaman konseling kelompok 1. Memahami konsep dasar konseling kelompok 1.1 Mengerti pengertian konseling kelompok 1.1.1 Konsep dasar konseling kelompok 1.1.2 Proses interaksi yang ada dalam konseling kelompok 1,2,3,5 11 4,6,8 9,10,12 1.2 Mengerti tujuan konseling kelompok 1.2.1 Tujuan umum konseling kelompok 1.2.2 Tujuan khusus konseling kelompok 14,18 13,20 17,16 15,19 1.3 Mengerti asas- asas konseling kelompok 1.3.1 Asas kerahasiaan 1.3.2 Asas kekinian 23,31 34,40 21,27 24,37 1.3.3 Asas kesukarelaan 22,26 29,35 1.3.4 Asas keterbukaan 32,43 36,39 1.3.5 Asas kegiatan 25,42 30,44 1.3.6 Asas kenormatifan 33,41 28,38 1.4 Mengerti komponen konseling kelompok 1.4.1 Karakteristik dan peran pemimpin kelompok 45,47, 53 46,48 1.4.2 Karakteristik dan peran anggota kelompok 56,58 54,57 1.4.3 Besarnya jumlah anggota kelompok yang efektif 49,50, 55 51,52 1.5 Mengerti persamaan dan perbedaan konseling kelompok 1. Persamaan konseling kelompok dengan bimbingan kelompok 60,61 62,65 2. Perbedaan bimbingan kelompok dan konseling 63,66 59,64 dengan bimbingan kelompok kelompok 1.6 Mengerti hambatan- hambatan konseling kelompok 1. Kepercayaan dan keterbukaan anggota kelompok terhadap pemimpin kelompok 68,70, 71 67,73 2. Proses dinamika kelompok 74,76 72,75 2 Memahami prosedur pelaksanaan konseling kelompok 2.1 Mengerti cara perekrutan anggota konseling kelompok 2.1.1 Sosialisasi konseling kelompok kepada siswa di sekolah 77,78 79,83 2.1.2 Teknik-teknik perekrutan anggota kelompok 81,82 80,84 2.2 Mengerti tahap permulaan konseling kelompok 2.2.1 Menerima anggota kelompok lalu memimpin doa rapport 85,87 86,88 2.2.2 Menjelaskan pengertian,tujuan, cara, dan asas pelaksanaan konseling kelompok 89,90, 91 92,93, 96 2.2.3 Kesepakatan waktu, perkenalan dan permainan 94,95 97,98, 99 2.2 Mengerti tahap peralihan dalam konseling kelompok 2.3.1 Menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok 102, 105 100, 106 2.3.2 Melihat kesiapan anggota kelompok dan menjelaskan batasan masalah 101, 104 103, 107 2.4 Mengerti tahap kegiatan konseling kelompok 2.4.1 Memberikan contoh masalah pribadi 108, 111 112, 116 2.4.2 Mempersilahkan anggota kelompok mengemukakan topik masalah pribadi kemudian membahas masalah terpilih 110, 113, 114 109, 119 2.4.3 Kegiatan selingan dan penyimpulan kegiatan 118, 120 115, 117 2.5 Mengerti tahap pengakhiran konseling kelompok 2.5.1 Menjelaskan kegiatan akan diakhiri dan penilaian segera UCA 121, 123 122, 127 2.5.2 Pembahasan kegiatan lanjutan 126, 129 124, 131 2.5.3 Mengemukakan pesan dan harapan 125, 128 130, 132 2.5 Mengerti proses evaluasi dan tindak lanjut konseling kelompok 2.6.1 Evaluasi isi, dampak, dan proses 133, 136 134, 135 2.6.2 Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut 139, 144 137, 141 2.6.3 Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait 140, 142 143, 138 2.7 Mengerti proses penyusunan laporan 2.7.1 Menyusun laporan konseling kelompok dan menyampaikan pada pihak terkait 147, 151 146, 148 2.7.2 Mendokumentasikan laporan layanan 149, 145 150, 152

1.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.5.1 Validitas

Menurut Azwar 2006: 5 “validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur tes dalam melakukan fungsi ukurnya”. Dalam penelitian ini juga menggunakan validitas yang dilihat dari validitas itemnya melalui pengecekan kesejajaran antara item satu dengan item lainnya. Validitas ini untuk mengetahui butir angket yang mana yang tidak mendukung validitas angket secara keseluruhan. Uji validitas menggunakan validitas internal. Validitas internal akan dicapai jika terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Instrumen dikatakan valid apabila setiap bagian instrumen mengandung tujuan instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data variabel yang dimaksud. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas menurut Arikunto 2006: 17 adalah “rumus yang digunakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus krelasi Product Moment.                       2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r xy Keterangan : xy r : Koefisien X dan Y  X : Jumlah Skor X 2  X : Jumlah kuadrat skor X  Y : Jumlah Skor Y  2 Y : Jumlah kuadrat skor Y  XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y a. N : Jumlah responden

1.5.2 Reliabilitas

Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil tes tersebut menunjukkan hasil yang relatif sama. Kemudian hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Jika datanya memang sudah sesuai dengan faktanya, maka berapa kalipun diambil datanya akan tetap sama. Menurut Arikunto 2006: 178 “reliabilitas menunjukkan pada tingkat keterandalan sesuatu”. Untuk mengetahui reliabel atau tidaknya digunakan rumus Alpha. Rumus ini dipilih karena skornya menggunakan rentangan antara beberapa nilai skala. Menurut Arikunto 2006: 196 “rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 misalnya, antara 1 sampai dengan 5 misalnya:. Adapun rumus Alpha sebagai berikut : Keterangan: = Reliable instrument = Jumlah varians butir = Varians total K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

1.6 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

1.6.1 Hasil Uji Validitas Angket Pemahaman Konseling Kelompok

Berdasarkan hasil pengujian validitas item dengan menggunakan rumus product moment, dapat diketahui bahwa dari bahwa dari 141 item yang diajukan kepada 20 responden diperoleh 31 item yang tidak valid, adapun 31 nomer tersebut adalah 1, 4, 12, 17, 19, 20, 23, 24, 27, 35, 38, 42, 48, 52. 53, 55, 70, 75, 76, 83, 85, 96, 105, 106, 116, 122, 124, 130, 132, 140, dan 141. Item yang tidak valid tersebut kemudian dibuang dan tidak digunakan dalam penelitian, karena telah terwakili oleh item yang lain sesuai dengan indikator dalam instrument. Sehingga instrument angket pemahaman konseling kelompok yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 110 item.

1.6.2 Hasil Uji Reliabilitas Angket Pemahaman Konseling Kelompok

Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha terdapat 20 responden, angket pemahaman konseling kelompok dinyatakan reliable, karena r 11 r tabel dengan nilai r 11 = 0,970 dan r tabel = 0,444.

1.7 Metode Analisis Data Penelitian

Metode analisis data adalah cara yang ditempuh untuk mengurai data menurut unsur-unsur yang ada di dalamnya sehingga mudah dibaca dan dipresentasikan. Data yang terkumpul perlu diolah untuk mengetahui kebenaran sehingga diperoleh hasil yang meyakinkan. Data ini berhubungan dengan angka, maka analisis yang digunakan adalah analisis statistik. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu ingin mengetahui 1 tingkat pemahaman guru BK SMP Negeri kota Semarang yang lulusan Unnes tentang konseling kelompok, 2 tingkat pemahaman guru BK SMP Negeri kota Semarang yang lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok, dan 3 perbedaan pemahaman antara guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes dan Non-Unnes tentang konseling kelompok, maka harus ditentukan tingkat persentase pemahaman konseling kelompoknya terlebih dahulu. Berhubung skor dalam nilai pemahaman konseling kelompok dalam penelitian ini hanya ada 1 dan 0, sehingga tidak dikelompokkan dalam bentuk persentase melainkan interval angka biasa saja. Untuk menentukan interval kriteria nilai pemahaman konseling kelompok dengan skor 1 dan 0, dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1 Menentukan nilai maksimum = nilai tertinggi x jumlah item = 1 x 110 = 110 2 Menentukan nilai minimum = nilai terendah x jumlah item = 0 x 110 = 0 3 Menentukan interval kelas = nilai max – nilai min : banyaknya criteria = 110 – 0 : 5 = 110 : 5 = 22 Berdasarkan panjang kelas interval tersebut, maka kategori dapat disusun sebagai berikut : Tabel 3.4 Kategori Tingkatan Pemahaman Konseling Kelompok Interval Kategori ≥ 92 Sangat Tinggi 69 – 91 Tinggi 46 – 68 Sedang 23 – 45 Rendah – 22 Sangat Rendah Untuk tujuan penelitian yang terakhir yaitu mengetahui perbedaan pemahaman antara guru BK lulusan Unnes dan lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok perlu dilakukan uji beda. Uji beda yang akan dilakukan menggunakan rumus t-test dua sampel independen t-test polled varian. Penggunaan uji t-test ini untuk mengetahui perbedaan signifikan pemahaman antara guru BK lulusan Unnes dan lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok. Namun sebelum uji t-test dilakukan, maka akan dilakukan uji analisis prasyarat yaitu uji normalitas data. Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah skor-skor terhadap sampel normal atau tidak. Jika signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Uji normalitas data disini menggunakan rumus Kolmogorov – Smirnov dan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 3.5 Hasil Uji Normalitas Data menggunakan Kolmogorov – Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Nilai KKp N 39 Normal Parameters a Mean 79.46 Std. Deviation 12.311 Most Extreme Differences Absolute .159 Positive .159 Negative -.140 Kolmogorov-Smirnov Z .990 Asymp. Sig. 2-tailed .281 a. Test distribution is Normal. Dari hasil penghitungan menggunakan SPSS di atas, sudah terlihat hasilnya bahwa data sampel pemahaman konseling kelompok terdistribusi secara normal. Dikarenakan jenis sampel yang digunakan adalah sampel homogen yaitu guru BK SMP Negeri kota Semarang, maka dalam penghitungan normalitas data digunakan rumus one sampel kolmogorov-smirnov test. Dari hasil penghitungan tersebut menunjukkan nilai Asymp. Sig. 2-tailed pada sampel pemahaman konseling kelompok guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes dan Non-Unnes sebesar 0,281 0,05. Jadi hasil hitung lebih besar dari tabel sehingga Ho tersebut diterima dan data variabel pemahaman konseling kelompok terdistribusi secara normal. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok sampel yang berbeda, sehingga digunakan rumus t-test sebagai berikut : M x - M y t = Keterangan : t = koefisien perbedaan Mx dan My = masing-masing adalah perbedaan mean Σx 2 dan Σy 2 = jumlah deviasi dari mean perbedaan N = jumlah sampel Arikunto, 2002: 280 Dari hasil hitung tersebut dicocokkan dengan indeks tabel. Jika hasil analisis lebih besar dari indeks tabel maka hipotesis terbukti. Hipotesis yang diajukan adalah : 1. Ho ditolak Ha diterima apabila t hitung lebih besar atau sama dengan t tabel 2. Ho diterima Ha ditolak apabila t hitung lebih kecil dari t tabel 45

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan secara lebih mendalam tentang hasil penelitian dan pembahasan pemahaman guru BK lulusan Unnes tentang konseling kelompok, pemahaman guru BK lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok, dan perbedaan pemahaman konseling kelompok diantara keduanya.

1.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka dibawah ini akan dijelaskan hasil penelitian tentang pemahaman konseling kelompok pada guru BK lulusan Unnes, pemahaman konseling kelompok pada guru BK lulusan non-Unnes dan perbedaan pemahaman konseling kelompok diantara keduanya. Hasil penelitian akan disajikan secara kuantitatif dan deskriptif.

1.1.1 Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Unnes

tentang Konseling Kelompok Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mengetahui bagaimana pemahaman guru BK lulusan Unnes tentang konseling kelompok maka akan disajikan hasil penelitian dari lapangan. Hasil analisis penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :